Tag: Palagan Bandung

Sekitar Bandung Lautan Api: “Palagan Bandung” Bagian 3

Oleh: Komunitas Aleut

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan Sekitar Bandung Lautan Api: “Palagan Bandung”

Tulisan Bagian 1 bisa dibaca di sini, dan bagian 2 bisa dibaca di sini.

PEMBOMAN GUDANG DKA ANDIR DAN CICADAS

Tentara Sekutu melihat bagaimana bala bantuan laskar-laskar dari utara ke Lengkong Besar dan mengetahui bahwa jalur yang digunakan oleh laskar-laskar itu adalah melalui Cicadas. Ini membuat tentara Sekutu mulai mengincar Cicadas. Seminggu setelah penyerangan Lengkong Besar, tanggal 14 Desember 1945, tentara Sekutu melakukan dua penyerangan, termasuk ke Cicadas.

Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api: “Palagan Bandung” Bagian 2

Oleh: Komunitas Aleut

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan Sekitar Bandung Lautan Api: “Palagan Bandung”

Tulisan Bagian 1 bisa dibaca di sini.

PENGOSONGAN BANDUNG UTARA

Tanggal 27 November, Jendral MacDonald meminta Gubernur Sutardjo untuk datang ke markas tentara Inggris di Bandung Utara. Gubernur harus datangd dengan bendera putih di atas mobilnya dan diantar oleh tentara Inggris. Dalam pertemuan ini MacDonald menyerahkan ultimatum yang ditujukan kepada penduduk Bandung:

  1. Orang-orang Indonesia tidak boleh berada di sebelah utara jalan kereta api.
  2. Penduduk harus segera menyerahkan semua senjata api atau senjata tajam kepada Sekutu.
  3.  Tempat-tempat RAPWI (Recovery of Allied Prisoners and Internees) dan tempat-tempat yang dijaga oleh tentara Jepang tidak boleh didekati oleh rakyat dalam jarak 200 meter.
  4. Tidak boleh memasang rintangan-rintangan. Bila ada rintangan-rintangan yang dijaga, maka penjaga-penjaganya akan ditembak.
  5. Ultimatum berlaku dalam tempo 2 x 24 jam, sampai 29 November 1945 pukul 24.00
Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api: “Palagan Bandung” Bagian 1

Oleh: Komunitas Aleut

Pada 29 September 1945, tentara Sekutu yang dipimpin oleh Panglima Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI), Letjen Sir Philip Christison, melakukan pendaratan di Tanjung Priok. Kapal perang bernama Cumberland ini mengangkut tiga divisi tentara Sekutu, salah satunya, 23rd Division yang dipimpin oleh Mayjen DC Hawthorn yang akan bertugas di wilayah Jakarta dan Jawa Barat.

Malam sebelumnya, Panglima South East Asia Command (SEAC), Lord Louis Mountbatten, mengeluarkan pengumuman dari Singapura yang menyatakan bahwa kedatangan tentara Sekutu tersebut adalah untuk melindungi dan mengungsikan tawan-tawan perang, lalu melakukan pelucutan dan mengembalikan tentara Jepang, dan menjaga keamanan dan ketentraman wilayah dalam melakukan dua tugas tersebut.

Rakyat Indonesia tidak serta merta mempercayai rencana ini. Terbukti, pada hari berikutnya, tentara Sekutu meminta untuk menempatkan pasukan-pasukannya di Bogor dan Bandung. Menghadapi ini, Gubernur Jawa Barat, Sutarjo Kartohadikusumo dan Residen Ardiwinangun membuat pertemuan dengan dengan pemimpin-pemimpin Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan badan-badan perjuangan.

Continue reading

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑