
Oleh: Irfan Teguh (@Irfanteguh)
Ketika pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) tengah berkecamuk di Jawa Barat, banyak penduduk yang mengungsi ke tempat yang lebih aman, salah satunya ke Kota Bandung. Mereka yang mengungsi ke Kota Bandung itu mayoritas datang dari Tasikmalaya terutama dari Ciawi dan Garut. Bahkan ada juga yang datang dari daerah-daerah dekat seperti Ciparay, Manggahang, dan Dayeuhkolot.
Tahun 1952 seorang bocah melihat banyak tamu datang ke rumah orang tuanya. Ia bertanya kepada bapaknya ihwal siapa tamu-tamu tersebut. Bapaknya menjelaskan bahwa mereka adalah para pengungsi yang menghindari gerombolan DI/TII. Us Tiarsa nama anak tersebut. Ia baru kelas tiga sekolah rakyat waktu itu, tapi sudah senang membaca koran Pikiran Rakyat dan Sipatahoenan.
Kebiasaan Us membaca dua koran itu mendorongnya untuk menulis saat satu peristiwa kedatangan para rombongan ke rumahnya. Ia lalu mengirimkan tulisannya ke redaksi Pikiran Rakyat tanpa memberitahu orang tuanya. Continue reading