Tagged: Jongkindt Coninck

0

Sampai bertemu lagi, Willem Gerard Jongkindt Coninck

Oleh Deuis Raniarti Tak biasanya aku terbangun pagi sekali, aku melongok ke luar. Sudah ramai orang berjalan berbondong-bondong. Hari ini ada memang ada kegiatan besar, penganugrahan Ridder in de Orde van Oranje-Nassau yang akan diterima oleh administratur perkebunan Kertamanah. Aku pun bergegas, ingin segera bergabung dengan orang-orang. Aku berjalan perlahan, tatapanku tak hanya ke depan. Aku melirik ke kanan dan ke kiri, laki-laki dan perempuan Belanda berpakaian dengan mode fashion terkini. Orang sepertiku juga sama, memakai pakaian terbaik yang mereka punya untuk menghadiri perayaan yang megah ini. Kulihat beberapa pekerja sibuk menerima banyak telegram untuk tuannya, pekerja yang lain sibuk menata kiriman karangan bunga yang terus berdatangan, dan di bagian lain terlihat tumpukan bingkisan hadiah untuk Sang Tuan. Kuhampiri Sang Tuan yang sedang berbahagia, “Halo tuan, perkenalkan, saya Rani, dari masa depan.” Ia terkejut. “Dari masa depan? Apa yang kau lakukan di sini?” Aku menjawab “Aku hanya ingin turut mengucapkan selamat atas pencapaianmu, terima kasih atas kerja kerasmu selama berpuluh tahun di sini.” Ia yang menerima ratusan ucapan selamat pada hari itu membalas ucapanku dengan senyuman. “Bagaimana kau mengenalku?” Ia tampak keheranan. “Tentu saja aku kenal, siapa yang tak kenal pada administratur yang sukses ini? Lihat saja ke depan sana,...

1

Catatan Perjalanan: Momotoran Kertamanah (– Sedep)

Oleh: Irfan Pradana Putra Pagi itu, 28 Januari 2024, kami memulai perjalanan pukul delapan pagi. Cuaca sedang sangat enak sekali, tidak panas, cenderung mendung. Udara nyaman ini ternyata hanya berlangsung sampai sekitar Banjaran-Arjasari, karena setelah itu hujan mulai turun. Memasuki jalur Cimaung kami harus berbagi jalan dengan iring-iringan bis pariwisata. Entah berapa kali saya harus menutup wajah karena terkena kepulan asap hitam dari knalpot bis itu. Saya hitung setidaknya ada lima bis berjalan berurutan dan semuanya berplat nomor luar Bandung. Tiba di belokan jalan ke arah Gunung Puntang, bis-bis ini satu per satu berbelok ke kanan, rupanya menuju lokasi permakaman Emmeril Kahn Mumtadz, putra Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang wafat beberapa waktu lalu terhanyut di arus sungai Aare di Bern, Swiss. Menembus Kabut di Cimaung Setelah lewat Cimaung, udara dingin mulai menyergap. Di depan, jarak pandang menjadi terbatas karena kabut turun cukup tebal. Pada jalanan berkelok-kelok terlihat kabut turun cepat dari arah perbukitan. Jalanan terasa lebih licin dari sebelumnya, mesti lebih berhati-hati berkendara kalau tidak mau tidak tergelincir dan wassalam masuk jurang. Tiba di persimpangan sebelum Secata, kami langsung mengambil arah kiri untuk masuk ke kawasan perkebunan Kertamanah. Hujan mulai reda dan kabut perlahan hilang. Mata kami langsung dimanjakan...