Tag: Gottfried Roelcke

Pacet

COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Rijstterrassen_in_de_omgeving_van_Patjet_TMnr_60016823

Salah satu uwak saya sudah sangat lama tinggal di Majalaya, dari tahun 1950-an. Dia bekerja sebagai mantri gigi di Rumah Sakit Majalaya. Dulu rumah tinggal uwak adalah rumah dinas rumah sakit yang terletak di halaman belakang. Rumah bergaya kolonial yang dikelilingi halaman rumput yang luas. Di belakang rumah juga ada halaman rumput luas dan sebuah kolam. Bila keluarga besar berkumpul, biasanya kami gelar tikar di situ makan siang bersama. Di dekat kolam ada menara besi tinggi yang di puncaknya terdapat penampungan air. Anak-anak senang memanjati menara itu.

Selain menara, kami juga senang memanjati pohon jambu batu yang batangnya meliuk-liuk sehingga bisa kami duduki. Dari atas pohon terlihat bentangan sawah di balik pagar semak yang membatasi halaman rumah dengan sawah. Di kejauhan membayang jajaran pergunungan, katanya di sana ada satu tempat yang sangat sejuk, nama daerahnya terdengar aneh, Pacet.

2013-08-25 08-10-21-110

Belasan tahun kemudian saya benar-benar punya kesempatan menginjakkan kaki ke Pacet. Saat itu saya sudah punya tambahan sedikit informasi tentang Pacet dan kawasan sekitarnya. Kali pertama menuju Pacet, saya dibuat kagum sepanjang perjalanan mulai dari arah Ciparay. Jalanan terus menanjak dengan pemandangan persawahan yang bertingkat-tingkat di kiri-kanan jalan.

Di lembah sebelah kiri, mengalir sungai Ci Tarum yang penuh dengan sebaran batuan berukuran besar. Di sebelah kanan jalan pemandangan terisi oleh jajaran perbukitan yang termasuk kawasan Arjasari. Pada masa Hindia Belanda, di Arjasari terdapat perkebunan teh yang cukup luas yang dikelola oleh salah satu perintis Preangerplanters, Rudolf A. Kerkhoven (1820-1890). Continue reading

Panenjoan di Cihanjuang

Cihanjuang 1b

The other good walk is to follow the line of the Lembang Fault ridge as far as you can.  One of the easiest ways to reach this line of hills, is to continue along this road for about 7 km until you see the Advent College on your right.

Immediately opposite the main entrance is a turning left leading straight to the ridge. Park your vehicle where the road cuts the ridge (there is a small kampung at the top) and begin walking. The track to the right (heading west) does not go far, but ends in one of the most spectacular views in the Bandung area.

Walk along the track for a few hundred meters, across across the small bridge before climbing up a track to the highest point, passing through flowers, citrus, etc., and you will be on top of a deep gorge cut through the hills by a tiny silver streak of river 300 meters below.

You cannot continue further (unless you have wings) so you must return to the rocky road.

(Catatan Richard & Sheila Bennett dalam Bandung and Beyond, 1980) Continue reading

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑