Pantai Selatan Priangan, dari Pagi sampai Malam

Tulisan ini adalah hasil “Kelas Menulis” yang merupakan bagian dari kegiatan pelatihan Aleut Development Program (APD) 2020 Ditulis oleh: Farly Mochamad Pagi yang cerah menghiasi Kota Bandung yang sejuk rupawan. Banyak orang memanfaatkan waktu akhir pekan dengan berolahaga dan melakukan aktivitas luar ruangan lainnya. Aleutians memilih menjelajahi hutan rindang dan gelombang ombak di selatan Priangan. … Lanjutkan membaca Pantai Selatan Priangan, dari Pagi sampai Malam

Beberapa Tokoh dalam Penanggulangan Wabah

Dalam sejumlah wabah yang pernah melanda dunia, terdapat beberapa tokoh yang berinisitif terlibat dalam penanggulangannya. Tiga di antaranya adalah Cipto Mangunkusumo, Slamet Atmosudiro, dan Ernesto “Che” Guevara de la Serna. Ketiga tokoh ini berasal dari keluarga menengah yang mampu mengenyam pendidikan tinggi sehingga menjadi dokter. Kita mulai dari Cipto Mangunkusumo. Ia dilahirkan pada 4 Maret … Lanjutkan membaca Beberapa Tokoh dalam Penanggulangan Wabah

Sejarah Perkebunan dan Pertanian di Bamboo House, Cimurah, Karangpawitan, Garut

Nama tempatnya sederhana saja, Bamboo House, walaupun isinya sebetulnya jauh lebih kaya dari yang dapat dibayangkan melalui nama itu

Soronger dan Peringatan 130 Tahun Jalur Cicalengka-Garut

“For the fifth time I would go from Tjitjalengka to Garoet, along the old postal road, witnessing so much horse suffering and traveler anxiety and sorrow;” (Bataviaasch Nieuwsblad, 1889) Satu dari sekian banyak jalur kereta api mati yang akan dihidupkan kembali oleh pemerintah di sekitar tahun 2019 ini adalah jalur antara Cibatu dan Garut. Dahulu, … Lanjutkan membaca Soronger dan Peringatan 130 Tahun Jalur Cicalengka-Garut

Melewati Puncak Cae

Oleh : Fauzan (@BandungTraveler) Perjalanan di bulan puasa kali ini, membawa penulis dan rekan-rekan dari Komunitas Aleut hinggap di atas Gunung Cae, perbatasan Kabupaten Bandung dan Garut. Gunung ini berada di antara Cihawuk, Kertasari dan Puncak Drajat Garut. Dari Jalan raya Ciparay – Cibeureum kita harus berbelok ke sebuah jalan kecil ke arah timur. Setelah … Lanjutkan membaca Melewati Puncak Cae

Jalan Lain Ke Garut: Puncak Cae

Oleh: Arif Abdurahman (@yeaharip) Di pertigaan jalanan mungil perkampungan, terpancang petunjuk jalan sederhana bertuliskan Garut. Bukan rambu petunjuk jalan buatan Dishub, yang dari lempeng besi berwarna hijau dan biasanya ditambahi keterangan jarak tempuh itu. Hanya papan tanda dari kayu atau bambu atau triplek (saya lupa tak sempat memotretnya), dengan tulisan tangan. Sebelumnya, setelah main air … Lanjutkan membaca Jalan Lain Ke Garut: Puncak Cae

S.H. Autobus Dienst, Perusahaan “travel” Milik Tuan Sato Shigeru

Oleh: Vecco Suryahadi (@Veccosuryahadi) Pada tahun 1924, koran Jepang berjudul Jawa Nippo menerbitkan sebuah iklan perusahaan "travel" baru bernama S.H. Autobus Dienst yang didirikan di Garut. Pendiri sekaligus pemilik "travel" baru ini ialah Tuan Sato Shigeru yang sebelumnya telah menjadi pemilik Perkebunan Sato Noen. Rute pertama yang dibuka ialah Bandoeng-Garoet. Lambat laun perusahaan ini memperluas jaringannya … Lanjutkan membaca S.H. Autobus Dienst, Perusahaan “travel” Milik Tuan Sato Shigeru

Sejarah Bahasa Sunda dalam Kebudayaan Cetak

Oleh: Irfan Teguh Pribadi (@irfanteguh) Perkembangan bahasa Sunda sampai bentuknya yang sekarang ini tidak bisa dilepaskan dari peran orang-orang Belanda. Atau, menurut Mikihiro Moriyama dalam buku Semangat Baru; Kolonialisme, Budaya Cetak, dan Kesastraan Sunda Abad ke-19, bahasa Sunda dalam sejarahnya “ditemukan”, “dimurnikan”, dan “didayagunakan” oleh orang kolonial. “Kaum cendekiawan Belanda yang berstatus pejabat pemerintah kolonial, penginjil, dan partikelir … Lanjutkan membaca Sejarah Bahasa Sunda dalam Kebudayaan Cetak

H.O.S Tjokroaminoto dan Pengaruhnya di Priangan

Oleh: Bagus Reza Erlangga (@bagusreza) Haji Oemar Said Tjokroaminoto adalah sang Raja Tanpa Mahkota. Ia dilahirkan di Madiun pada 16 Agustus 1882 dengan gelar kebangsawanan Raden Mas, namun gelar ini ia tanggalkan dan menggantinya dengan Haji Oemar Said. Hal ini ia lakukan karena merasa gelar kebangsawanannya melekat erat dengan cap pro-kolonial. Ia memang sosok yang … Lanjutkan membaca H.O.S Tjokroaminoto dan Pengaruhnya di Priangan

Catatan Perjalanan: Kendan, Nagreg, dan Candi Bojong Menje (Part 1)

Oleh: Chika Aldila (@chikaldila) “Kendan berasal dari kata ‘kenan’, yaitu sejenis batuan cadas, berongga, dan di dalamnya mengandung kaca (batu beling) berwarna hitam, yang biasa kita sebut dengan nama batu Obsidian. Hanya di bukit Kendan ini kita dapat menemukan bebatuan yang sangat indah ini.” Membaca kutipan mengenai Kendan di atas membuat aku teringat akan pengalamanku … Lanjutkan membaca Catatan Perjalanan: Kendan, Nagreg, dan Candi Bojong Menje (Part 1)

Kendan, Limbangan, Kareumbi, Bagian 1

Kepada rekan yang terakhir, sekali lagi pria ini berpesan agar kami benar2 berhati2 dalam perjalanan.

Stasiun Cikajang +1.530

Di ruang depan kasur tanpa seprai menggeletak begitu saja, kain-kain serta pakaian bertebaran, sebuah lemari sederhana berdiri miring seperti menunggu runtuh.

Payen dan Sang Pangeran Jawa

Pada saat itu sebenarnya Payen bersama Raden Saleh sudah mulai tinggal di Bandung karena fokus perjalanannya kali ini masih di daerah Priangan. Tepatnya dia memusatkan perhatiannya di daerah Priangan sebelah selatan hingga ke pesisir Samudera Hindia.

Abdul Muis

Dari informasi yang terkumpul, Abdul Muis memang pernah tinggal di sebuah rumah kecil di Jl. Pungkur, tak jauh dari persimpangan dengan Jl. Ciateul.

HOS Tjokroaminoto

Oleh @bagusreza Haji Oemar Said Tjokroaminoto, sang Raja Tanpa Mahkota. Ia dilahirkan di Madiun pada 16 Agustus 1882. Menanggalkan gelar kebangsawanan Raden Mas dan menggantinya dengan Haji Oemar Said. Mengundurkan diri sebagai pegawai juru tulis di Madiun yang sangat pro-kolonial dan kemudian melarikan diri ke Semarang menjadi buruh angkut pelabuhan, tempat Ia dapat merasakan penderitaan … Lanjutkan membaca HOS Tjokroaminoto