Oleh: Vecco Suryahadi (@VSS)
Pada tahun 1932, Bataviaasch Nieuwsblaad mengeluarkan satu laporan penuh tentang aktivitas N.V. Faroka di Hindia Belanda. Dalam laporan itu diketahui pula bahwa Faroka memenangkan medali emas saat mengikuti acara tahunan di Bandung. Dan perlu diketahui bahwa penghargaan itu didapatkan Faroka hanya setahun setelah N.V. Faroka berdiri.
Tapi siapa sih N.V. Faroka?
Pabrik yang bernama lengkap Naamloose Vennotschap tot Exploitate van Ciggarettenfabrieken Faroka didirikan pada 13 Juni 1931 oleh perusahaan Belgia NV Tobacofina di Malang. Berdirinya pabrik Faroka adalah bentuk pengembangan jaringan internasional NV Tobacofina yang sudah mendirikan pabrik di Belanda, Zaire, dan Swiss.
Walau telah berdiri tahun 1931, N.V. Faroka baru meluncurkan produk rokok pertamanya pada 2 April 1932. Keterlambatan itu disebabkan penyesuaian dan preparasi mesin yang digunakan Faroka. Alasan diungkapkan dalam Het Nieuws van Den Dag edisi April 1935.
Setelah peluncuran pada 2 April, N.V. Faroka melakukan promosi yang luar biasa. Beberapa kota di Hindia Belanda menjadi target pemasaran Faroka. Salah satunya adalah Bandung.
Salah satu cara Faroka memperkenalkan produk mereka di Bandung ialah dengan membuka stand di acara tahunan Jaarbeurs. Saat itu Faroka mendapatkan penghargaan berupa medali emas karena promosi produk rokok mereka yang menarik perhatian pengunjung Jaarbeurs. Kemenangan itu menjadi modal mereka untuk ikut pasar tahunan di Malang dan Batavia pada tahun berikutnya.
Tapi tidak hanya itu saja cara Faroka masuk ke pasar rokok di Bandung. Setidaknya ada dua cara yang saya ketahui. Pertama, Faroka membuka kantor pemasaran dan gudang di Naripanweg 29 serta kantor representatif yang dipegang oleh Tan Sin Hin di Tjibadakweg 145. Kedua, mereka mengirim lebih dari 10,000 buletin via KNILM ke Bandung.
Promosi mereka membuahkan hasil. Salah satu produk rokok Faroka yang laku di Bandung adalah Blue Ribbon karena cocok dengan mulut orang Eropa.
Sayangnya, jejak mereka di Bandung serta kisah Faroka di luar Bandung tidak terlacak lagi saat era pendudukan Jepang. Ada dugaan karena orang Eropa dan Tionghoa yang bekerja di Faroka dimasukkan ke kamp interniran.
Leave a Reply