Oleh: Aditya Wijaya

Pada 16-17 Juli 2023 lalu, saya bersama Komunitas Aleut berkunjung ke beberapa lokasi di Pangalengan, di antaranya ke Mess Purbasari di Desa Wanasuka, Pangalengan, Kab. Bandung. Kunjungan-kunjungan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan dalam rangka mengumpulkan materi lapangan terkait Kawasan Perkebunan Malabar.
Siang itu kami tiba di Mess Purbasari. Di sini kami memerhatikan sebuah plakat berbahasa Belanda yang terpasang di dinding tepat di atas perapian. Saya coba tuliskan inskripsi dalam plakat tersebut.

Bahasa Belanda:
Gouvernements
Kina-en Theeonderneming Tjinjiroean
Theefabriek
Pasir Junghuhn
Gebouwd in opdracht van het
Gouvernement van Nederland Indie
Onder beheer van den
Hoofdadministrateur
Dr. M. Kerbosch
Geleverd door de
Machinefabriek Braat Soerabaia
1930
Bahasa Indonesia:
Perusahaan Kina dan Teh Pemerintah, Tjinjiroean
Pabrik Teh
Pasir Junghuhn
Dibangun atas perintah dari
Pemerintah Hindia Belanda
Dikelola oleh
Kepala Administrasi
Dr. M. Kerbosch
Dipasok oleh
Pabrik Mesin Braat Surabaya
1930
Di bagian atas plakat juga terpasang sebuah foto yang saat itu saya duga sebagai Kerbosch. Tetapi saat menulis tulisan ini saya mencoba mencari foto-foto Kerbosch dan membandingkannya dengan foto yang ada di atas plakat. Ternyata foto tersebut tidak ada miripnya dengan Kerbosch, foto tersebut milik Mr. W.E. Gladstone. Entah siapa yang memasangnya, mungkin sebagian besar orang yang berkunjung akan mengira foto tersebut adalah foto Kerbosch.
Ada hal menarik mengenai plakat ini. Setelah saya terjemahkan ke dalam bahasa, dugaan saya sepertinya plakat ini merupakan plakat peringatan untuk peresmian atau pembangunan Pabrik Teh Pasir Junghuhn. Pabrik teh tersebut saat itu dikelola oleh Kerbosch. Entah kenapa plakat tersebut ada di Mess Purbasari, desa Wanasuka. Rasanya plakat ini lebih cocok dipasang di Pabrik atau di sekitar Kawasan Pasir Junghuhn. Apakah plakat ini merupakan pindahan dari suatu tempat? Atau dahulunya tempat ini adalah rumah Kerbosch? Atau sebenarnya Purbasari ini merupakan bagian dari Pasir Junghuhn? Entahlah.
Saat berkunjung ke Mess Purbasari ini kami didampingi oleh petugas jaga mess. Beliau mempersilakan kami melihat-lihat dan berkeliling, lalu menyajikan minum untuk kami, empat cangkir teh panas dengan gula. Kami ucapkan terima kasih banyak.

Dr. M.G.J.M Kerbosch, Sang Ahli Kina
Dr. Mathieu Gerard Jacques Marie Kerbosch lahir pada tanggal 18 Mei 1880 di Venlo, Belanda. Ia menempuh pendidikan di Universitas Utrecht dan Leiden. Ia meraih gelar doktor dalam farmasi pada tanggal 9 Juli 1910 di Leiden.
Pada tahun 1911, Kerbosch pergi ke Hindia Belanda di mana ia diangkat menjadi kepala laboratorium analisis di Bogor. Tahun 1914, ia diangkat sebagai wakil direktur Perusahaan Kina Cinyiruan. Setahun kemudian ia menjadi direktur stasiun uji kina.


Ia telah menerbitkan berbagai publikasi, khususnya dalam bidang budidaya kina seperti “Mededeelingen van het Gouvernements Kina-Proefstation”, “Cinchona” dan “Archief voor de Kina-cultuur” termasuk mengenai kemampuan berkecambah biji kina dan pemupukan hijau di wilayah dataran tinggi.
Kegiatan utama Kerbosch adalah sebagai direktur stasiun uji kina, dengan upayanya selalu berfokus pada sinergitas antara ilmu pengetahuan dan praktik. Selain itu, kegiatan lainnya berfokus pada organisasi produksi kulit kayu kina dan kerja sama mereka dengan pabrik-pabrik kina, seperti yang tercermin dalam Perjanjian Kina. Kerbosch juga dikenal karena usahanya untuk membawa kina ke daerah-daerah miskin yang terjangkit malaria.

Saat itu Hindia Belanda memegang peranan penting dalam urusan kina. Produksi kina dunia sebesar 97 persen dihasilkan di Hinda Belanda. Beberapa perusahaan berada di Sumatra, namun bagian terbesar berada di daerah Preanger atau Priangan. Sekitar 90 persen produksi tercakup dalam perjanjian kina. Kerbosch memiliki peran besar dalam pembentukan dan perpanjangan perjanjian ini.

Pada tahun 1926, ia mulai mendirikan divisi teh seluas sekitar 600 ha. Tahun 1930 didirikan pabrik teh Pasir Junghuhn atas prakarsa Kerbosch. Pendirian pabrik ini mendapat tentangan dari banyak pihak, tetapi Kerbosch saat itu mendapat dukungan dari Direktur Pertanian, Dr. Rutgers.

Pabrik teh modern ini memiliki luas 700 bouws. Produksi tahunannya maksimum mencapai setengah juta pon daun teh kering. Untuk membangun pabrik dipercayakanlah Perusahaan Braat dari Surabaya bekerja sama dengan Perusahaan Sanders Birnie. Sedangkan untuk peralatan listriknya disediakan oleh Perusahaan Siemens Schuckert.

Pada tahun 1930, Kerbosch berpartisipasi dalam kongres di St. Louis untuk memperingati 300 tahun penggunaan kina sebagai obat. Ia menyampaikan pidato mengenai perkembangan sejarah budidaya kina di Jawa yang memberinya kesempatan untuk mengoreksi banyak kesalahpahaman yang sering muncul dalam pers asing mengenai apa yang disebut monopoli kina Belanda.

Di bawah bimbingan Kerbosch dan bekerja sama dengan stasiun uji teh telah membuat banyak kebun seleksi biji teh. Kebun-kebun seleksi ini berada di belantara Malabar, di bawah perusahaan kina dan teh pemerintah.
Hingga tahun-tahun terakhirnya di Hindia. Ia terus aktif berkegiatan hingga mendapat anugerah Medali Bosscha. Selain itu ia diangkat sebagai perwira dalam Ordo Oranye-Nassau dan dianugerahi Ordo Mahkota Belgia.
Tahun 1937, Kerbosch mengundurkan diri dari jabatannya di Perusahan Kina Cinyiruan dan akan pulang ke Belanda pada tanggal 15 Desember 1937 menggunakan kapal Johan van Oldenbarnevelt.
Dari penelusuran ini dapat kita ketahui bahwa peran Kerbosch sangatlah penting di Hindia Belanda, khususnya di kawasan perkebunan di Selatan Kota Bandung. Saat ini satu-satunya jejak Kerbosch berada di Mess Purbasari dengan sebuah plakat atas namanya. Penting untuk kita menjaga jejak ini agar tidak hilang termakan oleh waktu. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk rekan-rekan semua, terima kasih. ***
Leave a Reply