Oleh: Vecco Suryahadi Saputro (@veccosuryahadi)
Nasi telah menjadi bubur nasi, bukan bubur kacang.
Tempo kini, fungsi bubur tidak hanya menjadi pengingat seperti orang Tiongkok lakukan tiap hari ke-8 bulan lunar ke-12. Sekarang ini, bubur hanya berfungsi sebagai obat lapar yang dikonsumsi tanpa harus memikirkan filsafat bubur. Terkadang, bubur menjadi makanan utama bagi orang sakit.
Lebih jauh dari obat lapar dan makanan orang sakit, beberapa kota di Indonesia menjadikan bubur sebagai ikon atau simbol kuliner mereka. Salah satu kota di Indonesia yang menjadikan bubur sebagai simbol kulinernya adalah Cianjur.
Bubur Cianjur ini begitu ciamik! Saya mengatakan hal demikian karena bubur ini memiliki rasa yang menyenangkan untuk lidah saya, yakni gurih dan sedikit manis. Lalu, jeroan seperti ati, ampela, dan usus menjadi hal favorit saya dari bubur ini. Selain itu, terdapat kunyit yang memberi warna kuning terang pada bubur ini.
Saya tidak menikmati bubur Cianjur ini saat berada di Cianjur, melainkan di Buah Batu. Kios bubur ini berlokasi di depan KCP BNI Buah Batu. Ada spanduk dan plang bertuliskan “Bubur Ayam dan Kacang Khas Cianjur” yang memudahkan saya untuk menemukan kios ini.

Kios Bubur Cianjur
Oh iya, saya bertemu dengan pemilik dan pembuat kios bernama Dede saat membeli bubur. Pak Dede telah merintis kios Bubur Khas Cianjur di Buah Batu sejak tahun 2005. Selain itu, dia juga memang berasal dari Cianjur. Sehingga bubur yang dijual memang khas Cianjur karena dibuat oleh orang Cianjur.
Nah, bagi yang tertarik untuk menikmati bubur ini, langkahkan kakimu ke Jalan Buah Batu, lalu temui Pak Dede untuk membeli satu mangkuk bubur yang buka hingga jam 1 subuh ini. Jangan lupa juga siapkan uang Rp 13.000,00 untuk menikmati seporsi buburnya.
Tautan asli: https://catatanvecco.wordpress.com/2015/11/21/catatan-kuliner-bubur-cianjur-rasa-buah-batu/
0 Comments
1 Pingback