Dongeng Bandung #23c Mengenal Kawasan Peninggalan Kuno di Bandung – Bagian-2

Perpustakaan dan Toko Buku Rasia Bandoeng

Oleh Dongeng Bandung

Von Koenigswald sebelumnya sudah menyatakan bahwa beberapa tempat permukiman tua di perbukitan utara itu, seperti kawasan KQ-380 dan Ciharalang, permukaannya diratakan oleh manusia (bukan alami). Rothpletz menambahkan bahwa selain itu juga di banyak tempat terdapat parit pemisan dan tebing buatan, serta beberapa tempat permukiman diperkuat dengan tanggul tanah. Paling sedikit ada 15 lokasi permukiman tua yang terletak di punggungan bukit dan dipisahkan dari sekitarnya oleh parit-parit melintang selebar kira-kira 10 meter atau hanya oleh tebing curam. Ada beberapa lokasi permukiman yang dilindungi dari satu sisi oleh dua parit berurutan, jaraknya sekitar 100-150 meter, yang mungkin setara dengan jarak tembak panah. Selain itu, di kedua sisi punggungan, kemiringan alai lereng sering dibuat lebih curam yang biasanya disambung dengan suatu teras.

Pembentukan teras yang berada di dasar parit itu tampaknya disebabkan oleh penimbunan tanah galian dari bagian atas lerengnya yang dibuat curam. Tebing dan teras semacam itu juga sering dijumpai di lereng bukit yang tidak berparit.

Gambar 1. Situs permukiman kuno puncak-tengah Pasirluhur, tampak dari barat laut. Kiri: Parit penampang. Di latar belakang, kanan atas: tepi timur Dataran Bandung (Alte Siedlungsplatze bei Bandung (Java) und die Entdeckung Bronzezeitlicher Gussformen).

Salah satu contoh paling jelas dari lokasi permukimkan di punggungan bukit yang dilindungi oleh parit di sisi perbukitan dan tebing buatan di sisi lainnya ialah puncak-tengah Pasirluhur sekitar 4 kilometer di utara Ujungberung. Ini merupakan bagian medan yang memanjang dari timur laut ke barat daya sekitar 80-100 meter. Puncak ini berada pada ketinggian sekitar 1150 mdpl, jadi sekitar 425 m di atas paras danau. Gambar di atas menunjukkan parit yang dibuat di sisi perbukitan dan teras yang memanjang di sisi barat laut mengelilingi lokasi permukiman.

Gambar 2. Situs permukiman kuno di sebelah barat Tugu 2, tampak skematis dari utara (Alte Siedlungsplatze bei Bandung (Java) und die Entdeckung Bronzezeitlicher Gussformen).

Punggungan dengan dua parit dan tebing buatan ditemukan di sebelah barat Tugu-2 dan Pasir Kiarajanggot, masing-masing 5 km dan 6 km di utara permakaman Tionghoa Cikadut. Gambar kedua di bawah ini menunjukkan tampak skematis dari punggungan di sebelah barat dusun Tugu-2. Punggungan ini memanjang kira-kira ke arah timur-barat untuk jarak pendek dan di barat dusun dipotong oleh dua parit yang masih terpelihara baik, berjarak sekitar 100 meter satu sama lain. Di  sebelah barat, punggungan ini berakhir pada tebing yang mungkin diperkuat secara buatan. Lokasi ini berada pada ketinggian 1300 mdpl dan 575 m di atas paras danau.

Di kedua sisi lereng punggungan ini tampak kemiringan yang dibuat lebih curam. Di sisi timur laut yang medannya relatif datar, beberapa meter dari kaki tebing terdapat sebuah tanggul tanah setinggi dua meteran yang melengkung mengikuti bentuk tebing sepanjang kira-kira 150 meter. Di selatan, tanggul ini berakhir tepat di parit timur tadi. Di bagian tengahnya terdapat satu celah yang mungkin berasal dari periode kemudian. Di lokasi permukiman di puncak Pasir Panyandakan, di sisi timur lautnya juga masih tampak sisa tanggul serupa.

Keseluruhan temuan ini mengarah pada kesimpulan bahwa parit, tebing buatan, dan tanggul tanah itu memiliki fungsi sebagai benteng pertahanan untuk melindungi permukiman. Dan sebagian besar permukiman dengan perlindungan ini menghasilkan bahan temuan yang kaya, sehingga dapat disimpulkan merupakan tempat tinggal terpenting pada masa itu.

Di sini Rothpletz juga menyinggung laporan von Koenigswald mengenai dua benteng pelarian di daerah Pacet, Bandung Selatan, dengan tata letak cincin dinding yang sebagian sangat rumit, dan menurutnya bentuk seperti itu belum pernah dilaporkan keberadaannya, baik di utara Bandung maupun di Pulau Jawa dan pulau-pulau lain.

Kuburan Pra-Islam

Rothpletz juga melaporkan keberadaan beberapa makam yang menurut dugaannya berasal dari masa sebelum masuknya Islam. Ia menduga beberapa temuannya memiliki hubungan dengan makam-makam ini.

Makam-makam yang dimaksud umumnya hanya ditandai oleh susunan batu dan sering dihiasi oleh beberapa jenis pohon atau semak, semacam hanjuang, melur, atau kacapiring, jenis tanaman yang masih sering ditemukan di kompleks permakaman di banyak daerah di Indonesia. Dari sekitar makam ini banyak ditemukan peninggalan berupa benda-benda besi dan perunggu, serta manik-manik.

Di Pasir Panyandakan ada dua makam. Makam pertama terletak di titik tertinggi bukit, persis di titik triangulasi KQ-273. Bentuknya lebih sederhana dibanding makam kedua yang ukurannya lebih besar. Lokasinya tidak jauh di sebelah tenggara, di sebuah teras kecil (buatan?) di bawah tanda triangulasi. Keduanya dikelilingi oleh pohon dan semak.

Rothpletz lebih jauh menyebut kedua makam ini sebagai makam megalitik. Keduanya menunjukkan kesamaan dalam tata bagian dalam dan orientasi utara-selatan. Makam yang di selatan lebih menonjol karena dinding batu besar yang mengelilingi bagian dalamnya. Di sisi utara kedua makam terdapat sebuah monolit atau menhir, yang pada makam utara telah roboh. Di bagian tengahnya masing-masing terdapat sebuah batu bulat sebesar kepala, yang pada makam utara bertumpu di atas tiga lempeng batu, sedangkan pada makam selatan di atas sebuah bongkah batu. Makam selatan memiliki batu berlubang dengan satu cekungan bundar (buatan?).

Batu-batu bulat di kedua makam ini mengingatkan Rothpletz pada batu pelor dari Kosala, tempat suci kaum Karang-Badui, suatu kelompok masyarakat di bagian barat pergunungan Jawa yang sampai pada masa itu masih menganut kepercayaan Hindu dengan corak animistik. Rothpletz tidak dapat menyatakan apakah makam-makam ini berasal dari masa Hindu atau mungkin lebih tua lagi, mengingat ada penggunaan batu-batu besar di situ.

__________________________

Dongeng Bandung #23b Mengenal Kawasan Peninggalan Kuno di Bandung Bagian-1

Dongeng Bandung #23d Mengenal Kawasan Peninggalan Kuno di Bandung Bagian-3

Riwayat Singkat Werner Rothpletz

3 pemikiran pada “Dongeng Bandung #23c Mengenal Kawasan Peninggalan Kuno di Bandung – Bagian-2

  1. Ping balik: Dongeng Bandung #23d Mengenal Kawasan Peninggalan Kuno di Bandung – Bagian-3 | Dunia Aleut!

  2. Ping balik: Dongeng Bandung #23b Mengenal Kawasan Peninggalan Kuno di Bandung – Bagian-1 | Dunia Aleut!

  3. Ping balik: Dongeng Bandung #23a Riwayat (Sangat) Singkat Werner Rothpletz | Dunia Aleut!

Tinggalkan komentar