Perpustakaan dan Toko Buku Rasia Bandoeng
Oleh Dongeng Bandung

Berikut ini adalah terjemahan dari riwayat singkat Werner Rothpletz yang ditulis sebagai obituari oleh rekannya, W. Mohler.
Werner Rothpletz adalah seorang geolog berkebangsaan Swiss yang dilahirkan di Basel pada tahun 1903. Walaupun guru sekolah menengahnya mengakui ia memiliki bakat sendiri, tapi Rothpletz sendiri lebih tertarik pada ilmu pengetahuan alam yang memperkenalkannya kepada geologi. Setelah lulus, ia bekerja di kantor topografi Dr. R. Helbling di Flums, dan berkenalan dengan fotogeologi yang saat itu sedang berkembang.
Pada tahun 1933 Rothpletz bergabung dengan Bataafsche Petroleum Maatschappij di Den Haag yang kemudian menugaskannya ke daerah Cepu di Jawa Tengah sampai tahun 1934. Antara 1935-1937 ia bekerja di hutan-hutan Papua. Ketika itu ia terpilih untuk ikut ekspedisi ilmiah A.H. Colijn ke puncak gunung bersalju, Cartenz, namun malaria menderanya. Dengan rasa kecewa yang mendalam ia terpaksa tak dapat berpartisipasi lebih lanjut dalam ekspedisi itu.
Setelah tahun-tahun yang berat di Papua, ia dikembalikan ke Jawa, ke tempat yang kelak dianggapnya sebagai masa terbaik dalam hidupnya, Jawa dan Bali. Di sini ia dapat menyalurkan hasrat artistik dan etnografisnya. Ia banyak mengumpulkan benda seni Hindu-Jawa, tekstil, dan senjata tradisional.
Ketika Jepang menduduki Hindia Belanda, Rothpletz tinggal di Bandung dan bekerja bersama ahli-ahli geologi lainnya di “Dienst van den Mijnbouw” di bawah pengelolaan Jepang. Pada periode ini Rothpletz menemukan cetakan cor dari zaman perunggu di daerah Dago. Ia juga menemukan banyak artefak obsidian di daerah yang sama. Ia memiliki naluri arkeologi yang sama kuatnya dengan etnografi dan geologi.
Walaupun sebetulnya ia tidak ingin kembali ke Eropa, namun kondisi kesehatan ibunya yang memburuk membuatnya harus kembali ke sana. Pada 17 Maret 1947 ia menumpang kapal “Oranje” dan membawa sebagian besar koleksinya yang berharga. Koleksi ini kini tersimpan di Museum Etnografi Basel.
Pada tahun 1950 ia kembali lagi ke penelitian pertambangan di Jawa di wilayah yang sudah bernama Republik Indonesia. Mungkin dalam bayangannya, kedatangannya kali ini adalah yang terakhir kalinya. Ia takkan pernah kembali lagi ke Eropa. Tapi jalan hidup menghendaki yang lain, dalam perjalanan ke Kepualauan Sunda Kecil pada tahun 1960, ia menderita sakit parah yang mengharuskannya menjalani operasi serius. Ia terpaksa kembali lagi ke Basel. Walaupun ia selalu teringat pada koleksi-koleksi yang ditinggalkannya di Indonesia, tapi kondisi kesehatannya yang buruk tak memenungkinkannya untuk kembali lagi (kemudian hari koleksinya ini disimpan dan menjadi koleksi Museum Geologi, Bandung).
Setelah berhasil sembuh, minatnya pada etnologi dan prasejarah semakin kuat. Di Museum Etnologi Basel ia mengatur koleksinya sambil terus mempelajari hal-hal baru, bahkan sampai menjadi ahli dalam sejarah porselen Tiongkok klasik. Dalam beberapa pandakian di Jura, ia berhasil menemukan jejak permukiman kuno dan lokasi peleburan biji besi kuno. Ia mengumpulkan batuan pembawa ametis dan fosil kayu dari era Paleozoikum yang sebelumnya tidak terperhatikan. Temuan-temuannya itu kini disimpan di Museum Sejarah Alam Basel.
Dalam keadaan sakit yang terus memburuk, ia tetap aktif dan bersemangat, hinggal ajal menjemputnya pada 11 Juni 1980. Satu hari yang membebaskannya dari segala sakit yang sudah dideritanya sejak tahun 1960. Dan pada hari itu juga rekan-rekan, sahabat-sahabatnya dan kerabatnya mengucapkan selamat jalan kepadanya. Dalam iringan gamelan Jawa, Profesor H.G. Bandi menyampaikan kata-kata perpisahannya. Dalam iringan gamelan Jawa itu juga upacara pemakamkannya ditutup. ***
Dongeng Bandung #23b Mengenal Kawasan Peninggalan Kuno di Bandung – Bagian-1
Dongeng Bandung #23c Mengenal Kawasan Peninggalan Kuno di Bandung – Bagian-2
Dongeng Bandung #23d Mengenal Kawasan Peninggalan Kuno di Bandung – Bagian-3
Ping balik: Dongeng Bandung #23d Mengenal Kawasan Peninggalan Kuno di Bandung – Bagian-3 | Dunia Aleut!
Ping balik: Dongeng Bandung #23b Mengenal Kawasan Peninggalan Kuno di Bandung – Bagian-1 | Dunia Aleut!
Ping balik: Dongeng Bandung #23c Mengenal Kawasan Peninggalan Kuno di Bandung – Bagian-2 | Dunia Aleut!