Sekitar Bandung Lautan Api: Simon Tobing

Oleh: Komunitas Aleut

Prasasti Ganesa 10. Foto: Komunitas Aleut.

Di depan kampus ITB Jalan Ganesha ada sebuah prasasti, “Warga Ganesa 10,” isinya adalah daftar nama dengan keterangan asal jurusan pendidikan, tanggal gugur, dan peristiwa terkait yang membuat mereka gugur. Salah satu nama yang disebut adalah Simon Lumbang Tobing, nama yang cukup sering muncul dalam bahasan seputar masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI di Bandung. Kadang ditulis dengan nama lengkap, tapi tak jurang juga disingkat menjadi SL Tobing atau hanya Tobing saja. Dalam prasasti di atas, tercantum keterangan: Simon Lumban Tobing (Mayor), Kogyo Daigaku, Oyokagakuka, Gugur 04-08-1949, Pertempuran DI/TII di Tasikmalaya.

PEMUDA REPUBLIK INDONESIA (PRI)

Nama Simon Lumban Tobing, atau biasa disingkat menjadi Simon Tobing saja, umumnya dikaitkan dengan kelompok perjuangan Pemuda Republik Indonesia (PRI). Kelompok ini semula bernama Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia (PPPI), dibentuk tak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Seluruh anggota kelompok ini berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Ketuanya adalah Suprapto dan markasnya di Jalan Tamblong.

Nama kelompok ini kemudian berubah menjadi Pemuda Republik Indonesia (PRI) dengan pemimpinnya Sujono dan pada jajaran staf-nya terdapat nama-nama yang dikenal sebagai sebagai pemimpin-pemimpin perjuangan, antara lain Sutoko, Mashudi, Surjono, dan Abdul Jabar. Kelompok ini mula-mula bermarkas di Toko Chiyoda (= Toko Kota Tujuh) di Groote Postwe, namun kemudian pindah ke Jalan Raden Dewi.

PRI mengelola pasukan-pasukan di kantor-kantor yang tersebar di banyak tempat di Kota Bandung, di antaranya terdapat di Andir, Sukajadi, Cicadas, Pasirkaliki, Kaca-kaca Wetan, Kosambi, dan Kiaracondong. Berperan sebagai komandan pasukan dalam PRI adalah Simon Lumban Tobing dan Sudarman.

Tatang Endan dalam bukunya “Bandung Lautan Api; Puncakna Perjoangan Rakyat Bandung Ngalawan Tentara Sekutu” (-, 2005) yang ditulis untuk Peringatan 60 Tahun Bandung Lautan Api, menceritakan bahwa selain mengajari keterampilan kemiliteran, Tobing juga selalu menyampaikan informasi seputar perkembangan situasi di luar, di antaranya tentang akan datangnya tentara Sekutu ke Bandung dan bahwa tidak mustahil tentara Belanda pun akan ikut datang untuk menegakkan kembali kekuasaan mereka di tanah bekas jajahannya ini. Disebutkan juga di sini bahwa “Bang Tobing” adalah mahasiswa di Kogyo Dai Gaku (Sekolah Tinggi Teknik/ITB).

Sedikit kisah tentang Simon Lumban Tobing diceritakan dalam buku “Tiada Berita dari Bandung Timur” yang ditulis oleh RJ Rusady W (PT Luxima Metro Media & USR Associates, Bandung, 2010) yang pernah menjadi bawahan langsung sebagai Kepala Bagian Penyelidikan dan Kepala Perhubungan dalam Batalyon 33 Pelopor pimpinan Mayor Tobing.

Pada bulan Februari 1946, Simon Tobing yang memimpin pasukan dalam PRI mengumumkan pembubaran pasukan Polisi Istimewa, dan sebagai gantinya akan membentuk Detasemen Pelopor. Rusady dan kawan-kawannya, antara lain Muchlis, Ukas Padmanegara, Sujoko, Iman Suripto, Sukarjo, Nondon, Ridwan Baay, Yuki Alibasyah, Tito Sumitro, Lukito Santoso, Edi M Achir, Lili Sumantri, Arbain M, menyatakan bergabung. Dari seluruh anggota Pasukan Polisi Istimewa hanya 20 orang saja yang bergabung dengan Detasemen Pelopor yang dipimpin oleh Simon Tobing ini. Yang lainnya bergabung dengan kelompok-kelompok lain yang sesuai dengan keinginan hati masing-masing.

AH Nasution menyebut Polisi Istimewa yang dipimpin oleh Harsono dan bermarkas di Jalan Kebonjati itu adalah satuan polisi yang dipersenjatai sebagai infantri, dan di masa awal Proklamasi menjadi satu-satunya kesatuan bersenjata yang resmi dan utuh. Kelak, di Tasikmalaya kesatuan ini bersama dengan kelompok-kelompok perjuangan yang tidak memiliki ikatan induk, seperti Beruang Merah (A. Saleh), KRIS, dan Merah Putih, dipersatukan atau di-TKR-kan menjadi satu Resimen Pelopor.

Foto: Simon Lumban Tobing dari buku Tiada Berita dari Bandung Timur (R. J. Rusady W., Yayasan Garuda Nusantara, Bandung, 2010.

Tinggalkan komentar