Tag: Villa Isola

Sekitar Bandung Lautan Api: “Amirmachmud, Prajurit Pejuang dari Cibeber, Cimahi” Bagian 2

Oleh Komunitas Aleut

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan Sekitar Bandung Lautan Api: “Amirmachmud, Prajurit Pejuang dari Cibeber, Cimahi”

Tulisan Bagian 1 bisa dibaca di sini.

PEMBENTUKAN BKR LEMBANG

Ketika Proklamasi Kemerdekaan RI diumumkan melalui radio Domei, Amirmachmud sempat mendengarnya langsung ketika sedang tinggal di rumah kakaknya di Lembang. Sehari kemudian Jepang membubarkan tentara PETA. Tanggal 20 Agustus 1945,  pemerintah mendirikan Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) dan tanggal 22 Agustus 1945 mendirikan Badan Keamanan Rakyat (BKR) sebagai bagian dari BPKKP. Tanggal 23 Agustus 1945, Sukarno berpidato mengumumkan pembentukan BKR dan mengajak para pemuda bekas PETA, Heiho, dan Kaigun, untuk berkumpul di daerahnya masing-masing.

Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api: “Bandung Utara” Bagian 1

Oleh: Komunitas Aleut

Maman Soemantri adalah seorang pelajar di Shihan Gakko (Sekolah Guru Laki-laki) di Jalan Tegallega Timur No.17, Bandung. Ia juga tinggal di asrama sekolah itu. Menyusul Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, di mana-mana terjadi kebangkitan semangat kaum muda, mereka mendirikan kelompok-kelompok perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan, terutama dari pihak Belanda yang ingin menguasai kembali wilayah Indonesia.

Begitu pula yang terjadi di Sekolah Guru tempat Maman belajar. Para siswa berusia antara 16-18 tahun yang tinggal di asrama itu tidak mau ketinggalan. Mereka mulai mengadakan latihan-latihan taktik perjuangan dan mengatur strategi. Di dalam kelas, ada kegiatan baru, belajar mengenal bagian-bagian senjata api dan cara menggunakannya. Pengetahuan dasar tentang ini sebenarnya sudah mereka dapatkan sebelumnya, karena pada Jepang itu setiap hari diadakan kyoren atau latihan dasar kemiliteran.

Shihan Gakko yang sebelumnya adalah OSVIA di Bandung. Foto: KITLV, 1920.

Kegiatan pelajar Sekolah Guru itu pada masa awal revolusi merupakan Sekolah Kader yang dipimpin oleh seorang guru muda, yaitu Pak Oteng (kemudian Prof. Dr. Oteng Soetisna, M. Sc.). Untuk pelatihan-pelatihannya dibantu oleh Letkol. Hidayat yang menyediakan tim eks KNIL serta sejumlah senjata otomatis. Kemudian terbentuklah Pasukan Pemuda Pelajar Tegallega yang menjadi cikal bakal Batalyon II TKR Resimen VIII.

Continue reading

Sekitar Bandung Lautan Api – Kawasan Villa Isola

Oleh Komunitas Aleut

RENCANA PENCULIKAN NY. DOUWES DEKKER

Buku “Peranan Para Pejuang Bandung Utara dalam Perang Kemerdekaan” yang disusun oleh Tim Jurusan Pendidikan Sejarah UPI dan diterbitkan oleh IKIP Bandung (1984) mencatat peristiwa yang terjadi di sepanjang Jalan Setiabudhi, sekitar Villa Isola (Kampus UPI sekarang). Dari cerita ini teranglah asal-usul beberapa nama orang yang dijadikan nama jalan di sekitarnya.

Tanggal 18 Desember 1945, Batalyon TKR Bandung Utara mendapat informasi bahwa pihak Sekutu akan menculik istri pejuang kebangsaan Indonesia, EFE Douwes Dekker, dari rumahnya di Lembangweg (sekarang Jalan Setiabudhi). Upaya penculikan ini dilakukan untuk melemahkan perjuangan Douwes Dekker. Sukanda Bratamanggala menugaskan Letnan Hamid, Sersan Bajuri, Sersan Sodik, dan Sersan Surip, untuk lebih dulu menjemput Ibu Douwes Dekker.

Continue reading

Verboden voor Honden en Inlander

Schouwburg Concordia koleksi Tropen Museum.

Schouwburg Concordia koleksi Tropen Museum.

Kemarin, seorang teman menelepon karena membutuhkan foto lama plakat yang bertuliskan “Verboden voor honden en inlander” atau “Anjing dan Pribumi dilarang masuk.”

Saya bingung juga, karena walaupun selama ini cerita tentang plakat semacam itu yang konon terdapat di beberapa gedung di Bandung tempo dulu, ternyata saya belum pernah melihat fotonya dan malah belum menemukan catatan dari masa Indies yang menyatakan keberadaan plakat tersebut.

Beberapa buku menyatakan ada dua lokasi di Bandung yang memajang plakat seperti itu di depan gedungnya. Dua lokasi ini anehnya, selalu bervariasi, di antaranya yang paling sering disebut adalah gedung-gedung: Societeit Concordia, Bioskop Majestic, kolam renang Centrum, dan Pemandian Tjihampelas.

Sayangnya, dari banyak foto dan kartu pos lama yang beredar yang dapat diperiksa, saya tidak terjumpai keberadaan plakat semacam itu. Bahkan cerita tentang keberadaan plakat itu, baik dari sumber-sumber Belanda maupun sumber lokal, tidak berhasil saya temukan . Entah dari mana sumber cerita yang selama ini beredar dalam masyarakat Bandung. Lalu bila memang benar pernah ada plakat yang semacam itu, kenapa tidak ada cerita keberadaannya yang dikaitkan dengan Maison Bogerijen, Hotel Preanger, atau Villa Isola yang pernah benar-benar hanya untuk kalangan elite Bandung saja?

Walaupun begitu, dari sebuah buku catatan perjalanan tahun 1918, Across the Equator; A Holiday Trip in Java karangan Thomas H. Reid, saya temukan keterangan lain, yaitu keberadaan plakat yang bertuliskan “Verbodden Toegang” yang terdapat di depan kompleks istana gubernur jendral di Tjipanas, Tjiandjoer. Menurut Reid, pengumuman seperti itu banyak terdapat di tempat-tempat lain di Pulau Jawa. Ya, hanya itu saja yang tercatat, “verboden toegang” dan bukan “verboden voor honden en inlander”.

Satu-satunya plakat “verboden toegang” yang pernah saya temui hanyalah yang berada di sebuah gerbang kompleks gedung di daerah Jl. Sangkuriang. Itu pun kondisinya sudah sebagian tertutupi oleh tembok baru.

Nah mungkin ada temans yang punya informasi lain tentang plakat-plakat verboden ini?

 

Verboden Toegang di Bandung.

Plakat Verboden Toegang di Bandung.

Verboden Toegang di Bandung.

Plakat Verboden Toegang di Bandung.

Schouwburg Concordia koleksi Tropen Museum.

Schouwburg Concordia koleksi Tropen Museum.

Eks Bioskop Majestic koleksi @mooibandoeng

Eks Bioskop Majestic koleksi @mooibandoeng

Kolam renang Centrum koleksi Tropen Museum.

Kolam renang Centrum koleksi Tropen Museum.

Pemandian Tjihampelas koleksi Tropen Museum.

Pemandian Tjihampelas koleksi Tropen Museum.

Pemandian Tjihampelas koleksi Tropen Museum.

Pemandian Tjihampelas koleksi Tropen Museum.

Iklan Badplaats Tjihampelas Bandoeng koleksi @mooibandoeng

Iklan Badplaats Tjihampelas Bandoeng koleksi @mooibandoeng

Iklan The strictly first class Grand Hotel Preanger dari buku Batavia Jaarboek 1927.

Iklan The strictly first class Grand Hotel Preanger dari buku Batavia Jaarboek 1927.

Prof. Kemal Charles Prosper Wolff Schoemaker

Repost
48a
Para peminat sejarah kolonialisme di Hindia Belanda dan terutama Bandung, tentunya tak asing dengan nama Wolff Schoemaker. Beliau adalah arsitek yang banyak merancang gedung-gedung monumental di Bandung. Dapat disebutkan beberapa karyanya yang terkemuka seperti Villa Isola, Hotel Preanger, Gedung Merdeka, Peneropongan Bintang Bosscha, Bioskop Majestic, Landmark Building, Gedung Jaarbeurs, Penjara Sukamiskin, Gereja Bethel, Katedral St. Petrus, Mesjid Raya Cipaganti, dan banyak lagi yang lainnya. Demikian banyak karyanya diBandungsehingga seorang pakar arsitektur dari Belanda, H.P. Berlage, pernah mengatakan bahwa Bandung adalah “kotanya Schoemaker bersaudara”. Ya, Wolff Schoemaker memang memiliki seorang kakak yang juga terpandang dalam dunia arsitektur masa kolonial, yaitu Richard Schoemaker.

Continue reading

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑