Oleh : Fauzan (@BandungTraveler)
Salah satu tempat di kota Bandung dengan banyak bangunan tuanya adalah Pasar Andir. Walaupun bangunan utama sudah dirombak dengan sentuhan modern yang kaku, kita masih bisa menyaksikan bangunan-bangunan sekitar yang masih tua nan dinamis. Bahkan beberapa di antara bangunan di sana, masih ada bangunan yang mempertahankan kaca patri dan juga desain art deconya.
Beberapa bangunan di sana memang terlihat sudah berganti, sulit dipertahankan, karena didera ketuaan. Apalagi, pasar ini merupakan salah satu kawasan yang secara 24 jam terus berdenyut di tengah kota Bandung. Dibanding dijaga dan dipertahankan keberadaannya, beberapa bangunan lama perlahan berganti kulit untuk beradaptasi dengan jaman.
Di bawah mentari hari Sabtu dan awan-awan yang mengancam akan menurunkan hujannya, penulis mencoba melakukan perjalanan kecil dari Jalan Kelenteng, melewati Jalan Waringin, kemudian kembali lagi ke Kelenteng melewati Jalan Jenderal Sudirman. Suatu perjalanan nostalgia masa kecil, karena rumah penulis ketika kecil yang tidak jauh dari kawasan itu.
Baca juga: Suatu Subuh di Pasar Andir
Dalam tulisan ini, saya akan menuliskan nama ‘Pasar Andir’ secara lengkap. Pasalnya, Andir sekarang begitu luas, baik secara sejarah maupun secara administratif. Secara sejarah, nama Andir tercatat salah satunya sebagai bandar udara yang kini bernama Husein Sastranegara dan berstatus sebagai bandara internasional. Nama ini juga dipakai sebagai nama halte kereta api yang letaknya dekat dengan bandara. Kini, nama Andir kemudian meluas sampai Pasar Andir sekarang yang letaknya cukup jauh dari Bandara dan stasiun tadi.
Continue reading