Month: February 2018 (Page 1 of 2)

Bima Sakti Tertancap di Bosscha

index
Observatorium Bosscha | Foto Tropen Museum

Oleh: Vecco Suryahadi (@Veccosuryahadi)

Pada tahun 1948, Observatorium Bosscha mendapatkan bantuan donasi untuk membuat optik teleskop baru dari Unesco. Bantuan ini didapatkan ketika Egbert A. Kreiken yang pernah menjadi staf Observatorium Bosscha (1928-1930) menghadiri General Meeting UNESCO di Meksiko. Baru pada tahun 1950, berita ini disampaikan kepada Pemerintah Indonesia.

Pada awalnya, teleskop yang akan dibuat berjenis Cassegrain. Kemudian diganti menjadi Schmidt karena pertimbangan transparansi langit di observatorium. Sayangnya, jenis Schmidt tergolong mahal. Akibatnya, terjadi negosiasi antara UNESCO dengan Pemerintah Indonesia. Hasilnya biaya pembangunan mounting, gedung, dan operasional teleskop ditanggung oleh Pemerintah Indonesia. Sedangkan optik teleskop berasal dari bengkel Observatorium Yerkes yang didanai oleh UNESCO.

Saat itu, biaya yang ditanggung pemerintah Indonesia tergolong besar. Biaya pembuatan mounting saja berkisar 150 ribu – 200 ribu dolar. Padahal Pemerintah Indonesia hanya menyediakan sekitar 16 ribu dolar saja. Akibatnya, pihak observatorium meminta bantuan Jan H. Oort, direktur Observatorium Leiden. Atas bantuannya, Observatorium Bosscha mendapatkan desain mounting dari Rademakers di Rotterdam secara gratis.

Pembangunan mounting dimulai pada tahun 1957. Biayanya pun turun menjadi 17 ribu dolar dengan donasi seribu dolar dari Leiden yang sebelumnya menjanjikan 4 ribu dolar.  Akhirnya, mounting selesai pada bulan Maret 1958 dan tiba dua bulan kemudian di Pelabuhan Tanjung Priok.

Continue reading

#InfoAleut: Kelas Literasi “Indische Groenten” dan Ngaleut “Technische Hoogeschool”

Halo Aleutian. Cung yang kemarin ikut Biotour vol 3 bersama @indischemooi ? .
Mimin punya info terbaru mengenai Kelas Literasi Pekan ke-131. Masih seputar tumbuhan

Kali ini @pustakapreanger bekerja sama dengan Kang @suryadwipa dari @indischemooi
yang akan berbagi pengetahuan dan cerita tentang tumbuhan dan bahan sayuran di Priangan tempo dulu

Hari Sabtu, 24 Februari 2018
Pukul 13.00 wib
Di @museumgedungsate
GRATIS

Segera konfirmasi kehadiran Aleutian ke nomor kontak berikut +6289680954394 (Upi)

Peserta terbatas!
.
#KomunitasAleut
#kelasliterasi

***

Halo, Aleutian.
Kalau dengar kata ITB apa sih yang Aleutian ingat? KAR Bosscha? Ir. Sukarno? Atau kenangan di kampus dengan si dia? .
Apapun kenangan itu, Komunitas Aleut punya agenda rutin ngaleut. Untuk pekan ini ngaleutnya bertema Technische Hoogeschool atau ITB sekarang. Tak bisa dipungkiri bahwa kampus ini punya sejarah yang panjang dan seru untuk kita ketahui. Dalam ngaleut ini kita kembali mengingat sejarah THS beserta kejadian yang pernah dialami sejak pertama berdiri

Hari Minggu, 25 Februari 2018
Kumpul di Taman Ganesha
Pukul 07.30 wib

Untuk konfirmasi kesertaan dan detail info hubungi kontak di bawah ini
+6289680954394 (Upi)
Line @ Komunitasaleut .
#komunitasaleut
#ngaleutTHS

Perayaan Tahun Baru Cina di Bandung era 50-an

Oleh: Vecco Suryahadi (@Veccosuryahadi)

Tentu kita bertanya-tanya seperti apa Chinese Nieuwjaar atau Tahun Baru Cina di Bandung pasca kemerdekaan? Apakah saja yang warga etnis Tionghoa lakukan saat itu? Kali ini, saya akan menceritakan hal-hal yang ditemukan di koran-koran lama.

Foto Peresmian Bank Commercial Tionghoa di Bandung
Foto Peresmian Bank Commercial Tionghoa di Bandung

Pintu Kemakmuran di Ujung Tahun

Sebagian orang Tionghoa melihat pergantian tahun Cina sebagai waktu tepat untuk membuka pintu kemakmuran. Hal itu lah yang dilihat Tan Beng Kiam, The Tjie Tjhoen, Tan Kay Toeng, Tan Teng Pek, dan The Hong Liang saat membuka Commercial Bank di Chinese Voorstraat pada tahun 1952. Menurut Mr. Tan Kay Toeng, pembukaan ulang ini adalah bentuk pengembangan dari Tiong Hoa Siang Boe Tiong Hwee yang telah berdiri sejak tahun 1908. Fungsi kedua lembaga tetap sama yakni membantu para pemilik usaha kecil dan menengah.

Pada pembukaan Commercial Bank, hadir pula Gubenur R. Sanoesi Hardjadinata, Tuan Hordijk sebagai perwakilan Javasche Bank dan Commissaris van het Koninkrijk de Nedelanden te Bandoeng G. J. A. Velling. Tuan Sanoesi memiliki kepercayaan tinggi bahwa Commercial Bank dapat meningkatkan kesejahteraan warga Jawa Barat. Sedangkan, Hordjik lebih menekankan agar lembaga baru ini selalu bersiap dengan ancaman keuangan di masa depan.

Mempererat Tali Persaudaraan Pasca Revolusi

Tahun Baru Cina adalah waktu tepat untuk bertemu keluarga dan merekatkan tali silaturahmi. Hal itulah yang dimanfaatkan Chung Hua Tsung HuiTiong Hoa Siang Hwee, dan Partai Demokrat Tionghoa Indonesia untuk bertemu di sebuah gedung di Djalan Raya Barat. Dalam pertemuan ini, setiap tamu saling berjabat tangan dan mengucapkan selamat. Walau demikian terjadi obrolan dan kerja sama bisnis antar tamu. Pertemuan ini yang terjadi tahun 1951 dihadiri oleh Gubernur Sanusi dan Walikota Bandung Mr. Sabri.

Continue reading

Putaran Roda di Atas Jalan Berliku di Kabupaten Sumedang

Oleh : Arifin Surya Dwipa Irsyam (@poisionipin)

Jalan berliku dalam kehidupan… – Surya Tenggelam, Chrisye–

Hari minggu pekan lalu, saya kembali ikut ngaleut momotoran setelah berbulan-bulan vakum dari kegiatan outdoor tersebut. Malam sebelum keberangkatan, saya memutuskan untuk bermalam di Kedai Preanger bersama beberapa orang teman. Sebut saja mereka Siti, Irfan, dan Elmi. Saya tidur nyenyak sekali di kedai, tanpa gangguan fisik. Ah.. barangkali rumor keberadaan tumila (Cimex hemipterus (Fabricius 1803)) di lantai atas hanya rumor belaka. Oke.. baiklah lebih baik kita kembali ke topik utama saja.

Keberangkatan dari Kedai Preanger baru berlangsung pukul 08.00 WIB karena menunggu beberapa teman yang belum datang. Entah mengapa, saya dan Ervan dipilih menjadi pasangan motor oleh Abang hari itu. Barangkali karena kami sama-sama bertubuh ringan, sehingga tidak akan menyusahkan saat melewati tanjakan. Sepanjang perjalanan, saya dan dik Ervan berbincang-bincang dengan topik yang abstrak tanpa henti. Mulai dari sejarah, masalah kuliah, curhatan, hingga hal-hal yang berbau sex. Ternyata si kecil ini tidak sepolos yang saya bayangkan! Hahaha… Inilah mengapa ngaleut momotoran menjadi ajang penting untuk mengenal aleutian satu sama lain. Kita sering berjumpa tiap minggunya lewat kegiatan rutin seperti nonton film, kamisan, atau kelas literasi. Namun, saya hanya mengenalnya sebatas permukaan saja, belum menjelajahi sisi terdalam mereka. Jika dianalogikan sebagai jeruk, selama ini saya baru sebatas menjilati kulitnya dan belum sampai mengecap daging buahnya yang ranum serta segar.

Banyak sekali hal menarik yang otak saya rekam saat menjelajahi Jatigede di Kabupaten Sumedang. Salah satunya saat kami tersasar. Ya.. bisa dibayangkan, Pak, nyasarnya edan. Ga kira-kira. Enam puluh kilometer! Mulai dari celana basah akibat kehujanan, hingga celana kering karena terpapar Surya. Kalau sepanjang itu saya berjalan, mungkin sudah 6 butir telur pokemon kategori 10 km yang saya tetaskan! Meskipun demikian, saya tetap menikmati perjalanan tersebut. Ini hal tergila yang pernah saya alami selama bergabung di Komunitas Aleut sejak 7 tahun silam. Tapi ya.. itulah hidup. Kadang untuk sampai ke tujuan, kita perlu melintasi jalan yang berliku dan panjang. Selama perjalanan, kami selalu menjaga jarak agar tidak terlampau jauh dengan teman-teman yang lain, terutama ketika tersasar.

Cobaan tak hanya masalah tersasar, tapi juga ada hal lain yang di luar dugaan. Di awal perjalanan, Irfan Teguh Pribadi dan kekasihnya sempat kena tilang oleh polisi di Kota Sumedang. Kami memulai perjalanan bersama-sama dan begitu pula sebaliknya, sehingga kami tetap menunggu sepasang kekasih itu menyelesaikan masalah dengan pihak kepolisian.

Toponimi di Sepanjang Jalan

Continue reading

#Info Aleut: Kelas Literasi “Kuliner Sebagai Tujuan Wisata” dan Tour “Biotour#3”

Selamat pagi

Kelas Literasi pekan ke-130 mimin infokan lebih awal

Hari Sabtu, 17 Februari 2018 Kelas Literasi pekan ini bertemakan “Kuliner Sebagai Tujuan Wisata” dan diadakan di @museumgedungsate. Ibu Ayu, S.Ap MM, salah satu dosen Universitas Pariwisata di Bandung akan menjadi narasumber Kelas Literasi nanti

Hari ini Aleutian bisa langsung konfirmasi kehadiran ke nomor kontak di atas

#KomunitasAleut
#kelasliterasi

***

Credit to from @indischemooi – Biotour Volume 3 – Tumbuhan obat keluarga di Kota Bandung

Ada banyak tanaman obat yang tumbuh di sekitar kita. Apakah teman-teman tau tanaman obat apa yang bisa digunakan untuk keluhan-keluhan tertentu? Dan bagaimana cara pengolahannya?

Yuk cari tau bersama-sama di Biotour Vol.3. Catat waktunya dan pastikan kamu sudah terdaftar. Ingat, kuota terbatas!

🗓 Minggu, 18 Februari 2018
🕰 7.30 – 13.00
📍Taman Cilaki
🎁 snack, totebag, pin, buku panduan, kartu heritage, pemanduan, souvenir, sertifikat 4 SKP Pembelajaran IAI Jabar* (khusus Apoteker)

Biaya:
Peserta Umum: Rp 135.000,-
Apoteker: Rp 185.000,- (include sertifikat) .

📲 info lengkap
0812 2321 9025
IG/fanpage: @indischemooi .

#indischemooi #biotour #biotourvol3 #mooibandoeng #KomunitasAleut #ikatanapotekerindonesia #historicaltour #heritagetour #sejarahbandung #tamancilaki #tamancibeunying #wisatabandung #wisataedukasi #parisvanjava #bandung#regrann

Merintis Trayek Bandung-Waduk Jatigede

IMG-20180213-WA0045

Ngaleut Jatigede | Foto Komunitas Aleut

Oleh : Novan Herfiyana (@novanherfiyana)

“Sudah kejauhan. Ini sudah mau ke arah Kuningan,” ujar seorang petugas berseragam dishub (dinas perhubungan) di sebuah persimpangan di wilayah kecamatan Jatinunggal, kabupaten Sumedang, kepada rombongan Komunitas Aleut yang pada Minggu, 11 Februari 2018, melakukan kegiatan ke Waduk Jatigede. “Balik ke sana, ke Situraja, dari sini kira-kira ada 14 kilometer,” petugas itu pun menambahkan informasinya. Di jalur ini, memang, saya masih melihat mobil elf trayek Bantarujeg-Bandung via Wado yang lewat. Bantarujeg merupakan sebuah kecamatan di kabupaten Majalengka yang dekat dengan kabupaten Kuningan.

Sambil mendengarkan obrolan teman-teman lain dengan petugas dan beberapa orang yang berada di sebuah pos, saya berbisik kepada Nia, co-navigator saya, “He he. Empat belas kilometer. Saya memperkirakan 30 kilometer.” Ya, saya yang dikenal oleh sebagian rekan sebagai “tukang ngukur jalan” memang mencatat 25-30 km untuk balik lagi ke kecamatan Situraja, kabupaten Sumedang.

Continue reading

Arca-arca yang Hilang di Gunung Wayang

Arca-arca yang hilang

Dari kanan ke kiri : Gunung Windu, Gunung Wayang, Gunung Bedil |Foto Ariyono Wahyu Widjajadi

Oleh: Ariyono Wahyu Widjajadi (@A13xtriple)

Saat itu hari mendung, kabut menyelimuti Gunung Wayang menambah kental aura misteri yang meliputi gunung ini. Ini kali kedua bagi saya mengunjungi Situ Cisanti, mata air Sungai Citarum yang berada di kaki Gunung Wayang. Setiap kali  Komunitas Aleut menyambangi kawasan Pangalengan, Gunung Wayang selalu jadi pusat perhatian saya. Terkadang memandang dari kejauhan gunung ini tampak bersanding dengan dua gunung lainnya yaitu Gunung Windu dan Gunung Bedil.

Dalam halaman-halaman awal buku “Semerbak Bunga di Bandung Raya” karya Haryoto Kunto, terdapat sebuah foto yang memperlihatkan seorang juru kunci yang sedang duduk bersimpuh dengan takzim di depan sebuah arca begaya Polinesia. Keterangan pada foto tadi menyebutkan bahwa arca tersebut berada di Gunung Wayang. Continue reading

Jalinan Wisata Jalur Kereta Api Mati & Wisata Perkebunan Rancabali, Ciwidey (Bagian 2)

Sampul buku panduan tour bergambar foto lama Jembatan Rancagoong (Tropen Museum @mooibandoeng)

Sampul buku panduan tour bergambar foto lama Jembatan Rancagoong (Tropen Museum @mooibandoeng)

Baca : Jalinan Wisata Jalur Kereta Api Mati & Wisata Perkebunan Rancabali, Ciwidey (Bagian I)

Oleh : Rizka Fadhilla (@rizka_fdhlla)

Gambung terletak di kaki Gunung Tilu dan di bagian belakangnya terletak wilayah Pangalengan. Narasumber bercerita bagaimana beratnya upaya Rudolf Eduard Kerkhoven merintis perkebunan di wilayah Ciwidey dan Pangalengan. Setelah mengolah lahan gambung bekas perkebunan kopi milik pemerintah yang sudah tak terurus menjadi perkebunan teh yang berhasil, R.E. membelah hutan Gunung Tilu yang pekat oleh pepohonan berukuran raksasa untuk membuka perkebunan baru di Pangalengan.

Perkebunan baru ini diberi nama Malabar, menggunakan nama daerah di India tempat asal teh yang ditanam di sini. Continue reading

#InfoAleut: Kelas Literasi “Imlek” dan Ngaleut “Jatigede”

Selamat sore Aleutian. Mari bergabung di kegiatan rutin akhir pekan Komunitas Aleut besok, Sabtu, tanggal 10 Februari 2018 Kelas Literasi pekan ke-129 akan diadakan di Museum Gedung Sate. Kelas Literasi ini diselenggarakan atas kerja sama @pustakapreanger dan @museumgedungsate

Akan hadir pula Pak Junaedi, penulis buku Sejarah Kelenteng Hiap Thian Kiong Bandung dan Tan Hay Hap sebagai narasuber Kelas Literasi nanti

Peserta terbatas. Maka dari itu segera konfirmasi kesertaan Aleutian dalam kegiatan ini via
Whatsapp +6289680954394 (Upi)
Line @ Komunitasaleut .

#KomunitasAleut #kelasliterasi #MuseumGedungSate

***

Nguriling Jatigede

Nguriling Jatigede ini adalah tema ngaleut yang akan diadakan hari Minggu, 11 Februari 2018. Komunitas Aleut akan momotoran menyusuri waduk di daerah Sumedang ini. Ngaleut akan dimulai pukul 07.00 wib dan kumpul di @kedaipreanger .
Segera konfirmasi kesertaan Aleutian via Whatsapp +6289680954394 (Upi) dan Line Komunitasaleut (pakai @)

Jangan lupa pakai alas kaki yang nyaman dan jas hujan lengkap untuk antisipasi hujan turun di perjalanan. Aleutian yang akan mengikuti Ngaleut ini harap konfirmasi membawa kendaraan (motor) atau tidak saat pendaftaran ke nomor di atas

Hayu atuh, kang, teh. Urang momotoran.

#KomunitasAleut #ngaleutjatigede
#ngaleut

Susur Pantai #5 Ciletuh: Dimulai dari Solontongan, Berakhir pula di Solontongan

Ciletuh

Susur Pantai #5 Ciletuh | Foto Hendi Abburahman

Oleh: Hendi “Akay” Abdurahman (@akayberkoar)

Minggu malam yang dingin. Jalan Solontongan 20-D yang beberapa hari ke belakang sepi tiba-tiba kembali ramai dengan berderetnya beberapa motor dan tampang orang-orang yang kelelahan. Mereka selonjoran sambil menceritakan pengalaman-pengalaman seru yang telah mereka lewati. Meski dengan muka letih, gelak tawa masih saja berhamburan. Sebagian membuka handphone, sebagian menyulut rokok, dan sebagian lainnya menunggu makanan yang sedang dipesan. Sedangkan motor-motor yang terparkir sudah tak ingin lagi bergerak. “Cukup 544 kilometer yang kami tempuh,” begitu ujarnya. Meski sebagian motor-motor itu sadar, kilometer akan Continue reading

Susur Pantai Jilid 5: Ciletuh-Ujunggenteng

Oleh: Mariana Putri (@marianaaputri)

Ini kali kedua saya ikut susur pantai bersama @komunitasaleut. Setelah Susur Pantai Jilid 4 terlewat begitu saja tanpa ada catatan perjalanan dan sekarang mulai lupa-lupa, kali ini saya bertekad untuk menulis catatan perjalanan. Minimal biar ingat terus sama kamu.

26 Januari

Izin untuk Susur Pantai sebenarnya sudah turun dari berminggu-minggu lalu, dan nggak ada halangan. Sialnya, pagi itu saya terbangun dengan keringat di punggung dan kening. Asma saya kambuh, dan ini nggak luput dilihat Mamake. Sebenarnya saya nggak terlalu khawatir, karena biasanya menuju siang bakal sembuh sendiri. Apalagi kalau dibawa jalan-jalan, malah makin sehat. Memang aneh. Continue reading

Menyemai Ramai di Ujung Genteng

Oleh : Fauzan (@BandungTraveler)

“Aku tak pernah melihat laut tertawa, Biarpun kesejukkan bersama tariannya” (Cerita Tentang Gunung dan Laut – Payung Teduh).

Ujung Genteng, nama itu saya ingat beberapa tahun yang lalu. Seorang teman seprofesi, pencari dan penulis berita tim Persib Bandung mengajak teman lainnya untuk mengunjungi tempat yang berada di barat daya Provinsi Jawa Barat ini. Mempunyai jarak yang cukup jauh dari Bandung, melewati jalan hening di sela kawasan tengah perkampungan, perkebunan, dan perhutanan menjadi alasan mengapa saat melewati jalur ini, kita membutuhkan teman.

Saat itu, saya membayangkan Ujung Genteng yang seperti Continue reading

Dari Ciletuh ke Ujunggenteng ke Jalan Lain ke Citambur

Dari Ciletuh ke Ujunggenteng ke Jalan Lain ke Citambur

Swafoto Sebelum Melanjutkan Perjalanan | Foto Irfan Teguh

Oleh: Irfan Teguh Pribadi (@irfanteguh)

“Gobl** anji**!”

Kalau ada yang berminat mengumpulkan dan menghitungnya, saya kira dua kata di atas akan keluar sebagai modus atau frekuensi terbanyak dalam kumpulan data makian, malam itu, di Solontongan yang penuh dengan serapah saat Persib bertanding melawan PSM dalam lanjutan Piala Presiden 2018. Perlengkapan sudah oke. Sambil menunggu kawan yang motornya dihunjam entah di daerah Cicaheum, kami menyaksikan permainan Persib yang semenjana, seperti biasa.

Malam bergerak menuju dingin. Kira-kira pukul sembilan, rombongan mulai berjalan menuju Jalan Cijagra, seorang kawan tak punya bensin. Beberapa motor punya beberapa kemungkinan: tak hafal jalan, melamun, atau remnya kurang baik, sehingga mereka terus melaju Continue reading

Jalinan Wisata Jalur Kereta Api Mati & Wisata Perkebunan Rancabali, Ciwidey (Bagian I)

Oleh : Rizka Fadhilla (@rizka_fdhlla)

Berikut ini ringkasan cerita heritage tour dengan judul “Susur Jejak Spoorwegen Bandjaran-Tjiwidej” yang diselenggarakan oleh kelompok mooibandoeng dua minggu lalu. Para peserta tour tidak hanya datang dari Bandung atau sekitarnya, tapi beberapa sengaja datang bergabung dari Jakarta. Sebagian peserta adalah para travel blogger yang cukup aktif di media sosial.

Menyimak pembukaan kegiatan sebelum berangkat dari Kedai Preanger di Jalan Solontongan 20D, tour ini sepertinya tidak melulu berbicara soal sejarah kereta api di Priangan, tapi juga tentang kemungkinan pengembangan wisata sejarah di kawasan Bandung Selatan. Paling sedikit, ada dua potensi wisata sejarah yang menarik, yaitu wisata sejarah kereta api dan wisata sejarah perkebunan. Selain itu ada berbagai potensi wisata alam lainnya, termasuk touring, yang tidak terlalu banyak dibahas dalam program ini. Continue reading

Susur Pantai 5 – Ciletuh

P_20180127_154736_PN

Susur Pantai 5 | Foto Tegar Bestari

Oleh : Tegar Bestari (@teg_art)

Hari itu adalah perjuangan bagi Persib Bandung yang harus memenangkan pertandingan sedikitnya tiga gol tanpa balas jika ingin lolos ke babak berikutnya dalam gelaran Piala Presiden 2018. Sore menjelang malam cuaca sudah mendung, bahkan ketika saya memacu Si Kuda Besi Imut menuju Kedai Preanger – cuaca hujan.

Sesampainya di Kedai Preanger, beberapa kawan sudah berkumpul menunggu kick off pertandingan. Sejatinya kami berkumpul di Kedai Preanger ini bukan untuk menonton Persib yang yang sedang dibawah performanya, kami berkumpul untuk melakukan perjalanan #susurpantai5 menuju Ciletuh. Tapi sambil menunggu kawan lain

Continue reading

« Older posts

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑