The Garden of….. ???

Oleh : Ujanx Lukman

Masih ingat kisah film Titanic, film tersukses dan tertragis pada jamannya? film yang diawali cerita sang nenek tentang kenangannya bersama kapal Titanic sebagai kapal terbesar dan termewah pada saat itu, begitu detail dan lengkap penjelasan si nenek hampir setiap inchi dari sudut kapal ia hafal.

Taman Ijzermanpark yang kini berganti nama menjadi Taman Kubus. Sumber : KITVL

Sok nini carita ah … Tepat pukul 7.30 semua Aleutian berkumpul di taman kubus jl. Ganesha, taman yang dahulu bernama Ijzermanpark untuk menghormati  jasa dari Dr. Ir. J. W. Ijzerman dalam pendirian THS (Technische Hoogeschool) nama ITB dahulu.  Perjalanan kali ini tidak semuanya melewati taman tapi juga melewati perumahan ideal jaman dahulu seperti Frisiastraat (jl. Sultan Tirtayasa) dimana saat itu kawasan ini banyak tumbuh pohon Cassia Multiyuga yang terlewat rimbun, untuk menjadikannya indah dan menyatu dengan komplek perumahan maka pihak Gemeente  memodernisasi dengan membuat betonan rendah sebagai batas pekarangan rumah, sebuah ‘gazon’ (lahan rerumputan) terhampar di kiri kanan jalan sedangkan pekarangan rumah ditanamai pohon cemara  dengan jarak tertentu. Karena tertata rapi dan indah sehingga pada jaman dulu warga kota Bandung sering berjalan-jalan ke Frisastraat hanya untuk menikmati keindahan lingkungannya. Berlanjut keperumahan Gempol, kami disambut dengan kupat tahu Gempol yang terkenal itu. Hanya terlihat beberapa sisa-sisa rumah jaman dahulu yang masih berdiri terhimpit modernisasi.

Lalu apa hubungannya dengan perjalanan ngAleut taman kali ini dengan kisah Titanic? berawal dari sebuah pertanyaan mengapa kita harus mengenal sejarah? apalagi sejarah yang ada di kota Bandung kebanyakan peninggalan Belanda. Pertanyaan yang membuat ‘gatal’ untuk dijawab pada saat sharing, namun ditahan karena untuk bahan tulisan notes ini.

‘I fly…’ (sambil diirigi lagu “my heart will go on”)

Mari kita awali dengan film Titanic,  dimana kita bisa tahu akan sejarah kapal terbesar dan termewah yang pernah dibuat, lalu dari situ kita tahu akan keadaan dan suasana kapal. Apabila tidak dicari tahu akan sejarahnya mungkin tak pernah akan tahu ada kapal semewah itu, kisah romantis yang dibintangi Leonardo Di Caprio dan Kate Winslet yang tragis, batu permata yang sangat indah dan mahal serta lukisan Kate Winslet yang …??

So, apa yang bisa dipetik dari peninggalan Belanda yang ada di kota Bandung? banyak pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat yang bisa diambil. Kita lihat dari berbagai sudut pandang yang akan membuka pikiran dan hati bahwa dalam membuat sesuatu Belanda selalu memperhitungkan dampak bagi mereka sendiri dan lingkungan, mulai dari ‘brandgang’ (kata Indy sih lorong kecemasan) suatu lorong atau jalan dengan lebar sekitar 3-4 meter yang berguna untuk jalur evakuasi apabila terjadi kebakaran atau bencana alam. Itu peninggalan Belanda kalau sekarang masyarakat kita bagaimana?? coba lihat di bawah jalan layang Pasoepati, saking padatnya kawasan tersebut jalan hanya tersedia paling 1-2 meter saja, cukup untuk lewat 1 orang atau untuk satu motor, tak terbayangkan apabila terjadi kebakaran atau bencana alam kawasan tersebut akan menjadi kuburan massal.. ihh ngerii… Apakah kita tidak bisa belajar dari peninggalan Belanda??

Kepadatan rumah di Balubur .. inzet : Brandgang

Selanjutnya tentang suasana kota yang dirancang sedemikain rupa sehingga membuat nyaman penghuninya, jalan-jalan dirancang dengan presisi dan sesuai fungsinya. Dahulu pemerintah Hindia Belanda menerapkan denda kepada setiap warganya yang membuang sampah sembarangan dan setiap pagi jalan-jalan dibersihkan serta ada kendaraan yang menyiramnya supaya tidak “kebul”. Lalu bagaimana sekarang? sebenarnya teu tega nulisna, tapi lihat saja pada gambar, siapa yang mencoret papan petunjuk jalan yang sangat berguna bagi wisatawan yang datang dari luar kota? pasti bukan orang Belanda yang melakukan tapi teman kita yang mengaku ‘Bandung aink kumaha aink’

Suasana kota

Nini ari tatangkalan kedah nu kumaha nu kudu dipelak??  Pohon yang ditanam di pinggir jalan, harusnya mempunyai akar menancap ke dalam tanah sehingga apabila ada perbaikan jalan atau trotoar tidak mengganggu pohon tersebut. Tetapi sekarang banyak ditemui pohon yang ditanam mempunyai akar yang menyembul ke permukaan jadinya….

Pohon dengan akar menancap ke tanah.

Penjelasan diatas hanya sebagaian pelajaran yang bisa diambil dari sejarah dan peninggalan di kota Bandung, semoga kisah dan peninggalan tersebut tidak stragis dalam film Titanic yang hilang tenggelam ditelan lautan. Jadi ketika ada orang yang bertanya siapa Daendels tidak kita jawab dengan merk sepatu Cibaduyut. Atau ketika anda ikut kuis dan diberikan pertanyaan nama sungai terpanjang anda bisa menjawab sungai Cikapundung karena melintasi Asia dan Afrika.. dengan mimik muka serius tentunya.

Semoga semua peninggalan yang tersisa di kota ini dapat dilestarikan dan digali terus informasinya, sebagai pengetahuan untuk generasi mendatang sehingga mereka tahu arti penting sejarah dengan bukti nyata. Jadi ketika diceritakan tidak diawali dengan kata “dulu…”      ..tah kitu ceuk nini teh.

Pembangunan bukan hanya wujud kemegahan, tapi sebagai representasi dari pembangunnya. Tak hanya indah dan menguntungkan tetapi sesuai dengan fungsinya sebagai sebuah kota, tempat tinggal yang nyaman bagi warga maupun tamu yang berkunjung .. semoga membuat kita sadar “Teu ku urang rek ku saha deui

4 Comments

  1. ronanusantara

    Halo Aleut!
    salam kenal dari kami ronanusantara,
    wah blognya menarik nih, semoga kedepannya kita bisa menjalin komunikasi yang lebih baik lagi.

    kami baru di dunia maya ini, jadi masih sedikit belajar2 tentang dunia blog, mohon bantuannya..

    oia, blog ini saya simpan ya linknya di blog kami.. semoga silaturahminya tetap terjaga

    salam nusantara!

    • komunitasaleut

      Salam kenal juga! kita juga baru kok di per blog-an, hehe mari kita sama2 belajar..

  2. PiaZakiyah

    semoga kita bisa menjaga taman kita..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑