Tag: Puncak Cae

Melewati Puncak Cae

Oleh : Fauzan (@BandungTraveler)

Perjalanan di bulan puasa kali ini, membawa penulis dan rekan-rekan dari Komunitas Aleut hinggap di atas Gunung Cae, perbatasan Kabupaten Bandung dan Garut. Gunung ini berada di antara Cihawuk, Kertasari dan Puncak Drajat Garut. Dari Jalan raya Ciparay – Cibeureum kita harus berbelok ke sebuah jalan kecil Continue reading

Jalan Lain Ke Garut: Puncak Cae

Oleh: Arif Abdurahman (@yeaharip)

Di pertigaan jalanan mungil perkampungan, terpancang petunjuk jalan sederhana bertuliskan Garut. Bukan rambu petunjuk jalan buatan Dishub, yang dari lempeng besi berwarna hijau dan biasanya ditambahi keterangan jarak tempuh itu. Hanya papan tanda dari kayu atau bambu atau triplek (saya lupa tak sempat memotretnya), dengan tulisan tangan.

Sebelumnya, setelah main air di aliran Cigeureuh yang dingin di Kawasan Gunung Puntang, tujuan kami sebenarnya menuju Perkebuan Sedep untuk ditembuskan ke Cikajang. Saya sendiri belum pernah, tapi momotoran ke Sedep saat Ramadan tahun 2016 selalu jadi cerita yang pantang terlupa. Rencana berubah di Situ Santosa, Abang menawarkan untuk melipir ke Puncak Cae, salah satu tempat yang dijadikan basis operasi penyergapan Kartosoewirjo. Belokan ke Perkebunan Sedep harus saya lewatkan hari ini, semoga ada kali lain.

Di jalan Cibeureum-Pacet, kami berbelok ke daerah bernama Cihawuk. Masuk ke dalam, melewati turunan curam yang penuh kerikil dekat aliran Sungai Citarum, terus melaju, dan tibalah kami di pertigaan dengan papan tanda tadi. Entah berapa jam dan kilometer lagi yang harus kami tempuh, yang pasti dengan belok ke kiri dan percaya saja pada papan tanda tadi, kami bakal sampai di Garut.

puncak cae
Continue reading

Puncak Cae

Rencana hari ini sebetulnya hanya mengunjungi Kecamatan Pacet di kaki Gunung Rakutak untuk melihat beberapa objek kegiatan swadaya masyarakat yang berkaitan dengan Ci Tarum pada hari Sabtu-Minggu (26-27 Oktober 2013) nanti. Maka dengan beberapa rekan @KomunitasAleut, pagi-pagi sekali kami sudah berada di daerah Lemburawi, Ciparay, untuk mengambil beberapa foto lingkungan sekitar.

Puncak Cae-1 Kebun

Sebelumnya di Pakutandang saya sempat berhenti sebentar di depan sebuah kampung yang pernah saya sambangi beberapa tahun lalu dalam sebuah kegiatan perekaman musik gamelan. Kampung ini dihuni oleh para penghayat aliran kebatinan”Perjalanan.” Kebetulan saya pernah berkawan baik juga dengan salah seorang pemuda pemain kendang yang mumpuni dari kampung ini. Saya membantu lawatan kelompok musiknya ke beberapa kota di Pulau Jawa dan akhirnya mengikuti Worldmusic Festival pertama di GWK, Bali.

Nostalgia “Perjalanan” itu sekejap saja, karena tidak lama kemudian saya sudah berada di Padaleman, lalu Cikoneng, Maruyung, Buntultanggol, dan akhirnya Resmitinggal, berhadapan langsung dengan gunung legendaris itu, Rakutak. Di sekitar Harempoy sempat berhenti sebentar di warung untuk minum kopi dan ngobrol dengan warga. Pemeriksaan wilayah utama memang ada di wilayah ini hingga hulu Ci Tarum.

Tapi kemudian di Cinenggelan terjadi sebuah obrolan dengan seorang pekerja ladang yang mengubah sebagian besar rencana hari ini. Mendengarkan pengalaman peladang yang kelahiran kampung sekitar Rumbia ini cukup menarik. Dia menyebutkan beberapa dano, hutan pekat, dan jalur-jalur jalan tembus ke beberapa daerah lain dari tempat kami berada. Beberapa nama yang disebutkan sangat mengundang perhatian, Monteng, Puncak Cae, dan Asrama. Continue reading

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑