Oleh: Komunitas Aleut
Maman Soemantri adalah seorang pelajar di Shihan Gakko (Sekolah Guru Laki-laki) di Jalan Tegallega Timur No.17, Bandung. Ia juga tinggal di asrama sekolah itu. Menyusul Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, di mana-mana terjadi kebangkitan semangat kaum muda, mereka mendirikan kelompok-kelompok perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan, terutama dari pihak Belanda yang ingin menguasai kembali wilayah Indonesia.
Begitu pula yang terjadi di Sekolah Guru tempat Maman belajar. Para siswa berusia antara 16-18 tahun yang tinggal di asrama itu tidak mau ketinggalan. Mereka mulai mengadakan latihan-latihan taktik perjuangan dan mengatur strategi. Di dalam kelas, ada kegiatan baru, belajar mengenal bagian-bagian senjata api dan cara menggunakannya. Pengetahuan dasar tentang ini sebenarnya sudah mereka dapatkan sebelumnya, karena pada Jepang itu setiap hari diadakan kyoren atau latihan dasar kemiliteran.

Kegiatan pelajar Sekolah Guru itu pada masa awal revolusi merupakan Sekolah Kader yang dipimpin oleh seorang guru muda, yaitu Pak Oteng (kemudian Prof. Dr. Oteng Soetisna, M. Sc.). Untuk pelatihan-pelatihannya dibantu oleh Letkol. Hidayat yang menyediakan tim eks KNIL serta sejumlah senjata otomatis. Kemudian terbentuklah Pasukan Pemuda Pelajar Tegallega yang menjadi cikal bakal Batalyon II TKR Resimen VIII.
Continue reading