Tag: persiapan KAA 2015 (Page 3 of 4)

#PojokKAA2015: Alun-alun yang Mulai Ditinggalkan

Oleh: Arya Vidya Utama (@aryawasho)

Ada pemandangan unik saat saya main lagi ke Alun-alun Bandung sore hari ini. Alun-alun terlihat lebih sepi, tak lagi terlihat penuh sesak seperti 3 bulan yang lalu saat baru diresmikan. Awalnya saya kira ini hanya terjadi di hari kerja saja, namun setelah saya ngobrol dengan salah satu teman, hal ini juga terjadi di akhir pekan. Meskipun masih terlihat penuh di akhir pekan, namun keramaiannya tetap tak seperti yang dulu.

Alun-alun yang sepi di siang hari

Alun-alun yang sepi di siang hari

Sekarang keramaian bergeser ke sekitar Gedung Merdeka dan Museum Konferensi Asia-Afrika. Banyak orang yang berfoto-foto di sekitar kawasan ini setelah ruas Jl. Asia-Afrika punya wajah baru. Bangku duduk, lampu jalan baru, pot bunga, dan trotoar yang polanya yang baru menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi terhitung 15 April 2015 di sekitar kawasan ini sudah dipasang 109 bendera negara Asia-Afrika yang menambah daya tarik Gedung Merdeka dan Museum Konferensi Asia-Afrika Continue reading

#PojokKAA2015: Nisan dan Pohon KAA 2005 di Tegallega

Oleh: Vecco Suryahadi Saputro (@veccosuryahadi)

IMG-20150412-WA0017

Setelah dari Jalan Dalem Kaum, dia mengambil angkot ke Tegallega. “Spanduk apa itu? Besar sekali,” tanya dia ke penumpang sebelah. “Itu spanduk Konferensi Asia-Afrika, pak,” jawab penumpang sebelah ke dia. Karena penasaran, dia berhenti di depan Museum Sri Baduga dan berjalan ke dalam Tegallega.

Nisan dan pohon Konferensi Asia Afrika 2005

Saat di Taman Tegallega, dia kaget dengan pemandangan yang ia lihat. Ada beberapa batu yang menyerupai nisan di dalam taman. Batu tersebut berbentuk balok dan berwarna hitam. Setiap batu tersebut tergeletak di samping pohon. Continue reading

#PojokKAA2015: Perpustakaan Baru di Alun-alun

Oleh: Gita Diani Astari (@gitadine)

Ada pemandangan baru di area Alun-alun Bandung: sebuah rangka bangunan di samping hamparan rumput sintetis peningkat indeks kebahagiaan. Saya agak kaget, karena waktu ke Alun-alun Sabtu malam lalu lebih terdistraksi oleh kelap-kelip lampu mainan sehingga tidak menyadari adanya ‘calon’ bangunan itu. Kira-kira apa fungsinya? Apakah target penyelesaian bangunan ini harus sebelum rangkaian KAA dimulai? (By the way, kemarin pagi ternyata sudah dilaksanakan pengibaran 109 bendera negara peserta KAA 2015.)

Karena penasaran, akhirnya saya dan teman saya mengajak salah seorang pekerja yang sedang beristirahat untuk berbincang-bincang soal ini. Namanya Pak Wahyu. Sambil merokok dan sesekali menyeruput kopi, beliau dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan kami. Continue reading

#PojokKAA2015: Mereka yang Bekerja Keras di Balik Layar

Oleh: Arya Vidya Utama (@aryawasho)

“Sebuah bangunan megah bisa saja roboh akibat tak terpasangnya satu baut kecil”.

Anggap saja perhelatan Perayaan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika yang akan berlangsung di Bandung tanggal 24 April 2015 mendatang adalah sebuah rumah super megah. Jika kontraktor lupa memasang satu baut kecil saat membangun rumah, perhelatan akbar ini bisa hancur berantakan. Bagaimana bisa ini terjadi? Siapakah baut kecil ini?

Di balik segala kemegahan yang nampak di depan mata dalam persiapan Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika, seringkali kita melupakan mereka yang secara harfiah bekerja keras siang dan malam di balik layar. Mereka kalah pamor dibanding para tokoh masyarakat yang sering wara-wiri di media karena mereka hanyalah bagian dari beberapa baut kecil yang saya singgung di awal. Mereka tak jadi pusat perhatian, tak pernah diburu awak media, perannya tak kasat mata. Namun tanpa mereka, semua persiapan ini akan percuma. Continue reading

#PojokKAA2015: Derap Pramuka di Jalan Cikapundung Timur

Oleh: Vecco Suryahadi Saputro (@veccosuryahadi)

Suara derap kaki terdengar dari Jalan Cikapundung Timur. Suara derap kaki tersebut berasal dari kumpulan orang yang memakai baju dan celana coklat dan sekelompok drum band dengan pakaian biru tua. Mereka baru saja tampil dan selesai menaikkan 109 bendera negara Asia-Afrika di sekeliling Museum Konferensi Asia-Afrika dan Gedung Merdeka. Penaikan bendera dan rangkaian acara hari ini berjalan mulus hampir tanpa cela.

Latihan yang saya saksikan dua hari ke belakang membuahkan hasil yang manis. Masih jelas di ingatan saya saat itu mereka berlatih menggunakan pakaian sekolah. Awalnya saya kira mereka adalah Paskibra Kota Bandung.

C360_2015-04-14-09-53-28-363

Para Pelajar yang Sedang Berlatih

Continue reading

#PojokKAA2015: Gedung Swarha

Oleh: Mooibandoeng (@mooibandoeng)

Sumber foto: kitlv.nl

Sumber foto: kitlv.nl         

Foto ini menggambarkan suasana keramaian di Bandung saat merayakan Jubileum Ratu Wilhelmina pada tahun 1923. Foto diambil di sudut barat daya Alun-alun, di depan sebuah toko pakaian dan kelontong, Toko Tokyo. Pada gambar dapat dilihat plang nama Toko Tokyo di atas pintu gedung di sebelah kanan.

Toko Tokyo dibangun tahun 1914 dan hancur pada tahun 1940-an, kemungkinan pada sekitar peristiwa Bandung Lautan Api. Angka tahun pembangunan didapatkan dari angka yang tercetak besar pada atap gedung sebelah kanan. Dari sebuah foto udara yang dibuat oleh ML-KNIL tahun 1946 dan dimuat dalam buku karya RPGA Voskuil, “Bandung; Citra Sebuah Kota”, tampak lahan Toko Tokyo kosong dan belum ada bangunan penggantinya. Continue reading

#PojokKAA2015: Pesona Chou En Lai di Bandung

Oleh: Hani Septia Rahmi (@tiarahmi)

Entah kenapa malam ini saya teringat perkataan Lee We Chuin, salah seorang staf Galeri Sejarah Tionghoa Yayasan Dana Sosial Priangan Bandung sekaligus guru Bahasa Mandarin bagi staf Museum Konperensi Asia-Afrika. Lee We Chuin pernah berujar kepada saya kalau bagi para turis asal Republik Rakyat Tiongkok, belum sempurna rasanya berkunjung ke Bandung apabila tidak melihat foto Chou En Lai yang terdapat di Museum Konperensi Asia-Afrika.

Chou En Lai

Chou En Lai

Continue reading

#PojokKAA2015: Menanti Kembali Papan Baca PR

Oleh: Arif Abdurahman (@yeaharip)

arif1

Surat kabar atau yang lebih dikenal dengan koran, merupakan salah satu media informasi yang ada di masyarakat. Bukan hanya kalangan pejabat atau pengusaha saja yang membaca surat kabar, tetapi ada tukang becak, para pedagang, supir angkot, tukang parkir, dan lain sebagainya. Dengan membaca surat kabar, kita bisa terus mengikuti perkembangan-perkembangan aktual, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pada intinya kita semua membutuhkan informasi. Informasi sudah dianggap sebagai kebutuhan pokok, yang tidak boleh dilewatkan.

Sejak beberapa pekan silam, ada yang hilang di halaman depan Kantor Pikiran Rakyat, Jalan Asia-Afrika. Destinasi bagi mereka yang ingin mencari informasi secara cuma-cuma. Ya, papan baca PR hilang!

Tapi jangan dulu bersedih, karena tempat yang sering dijadikan meeting point ini akan ditegakan kembali. Seperti yang ditulis di edisi Jumat kemarin (10/04/15) dalam artikel “Papan Baca PR Akan Tetap Ada”. Maklum saja, karena Bandung sekarang lagi berbenah dalam menyambut 60 tahun Konferensi Asia-Afrika, utamanya area sekitar Gedung Merdeka. Dan papan baca PR ini ditiadakan sementara.

Papan baca ini akan hadir kembali, tentunya dengan desain baru yang disesuaikan dengan nuansa kota tua. Bakal seperti apa ya?

 

 

Foto: Arif Abdurahman

#PojokKAA2015: Hilangnya Ketan Bakar Setelah Munculnya Jiwa Nasionalis

Oleh: Deris Reinaldi

Ketan bakar adalah makanan khas Bandung dengan bentuk segi panjang yang dibakar, tengahnya diiris lalu dimasukkan sambel oncom. Ketan bakar menjadi makanan favorit warga Bandung. Selain harganya murah yaitu Rp 3000,00 ketan bakar juga mengenyangkan perut. Tetapi keseringan makan ketan bakar juga bisa menimbulkan panas perut.

Ketan bakar dijajakkan oleh para pedagang dengan cara ditanggung. Di tengah kota, biasanya penjual ketan bakar bisa dijumpai di sekitar Alun-alun meskipun ssi penjual harus petak umpet dengan Satpol PP.

Tetapi tersiar kabar kalau si emang tukang ketan bakar akan berhenti berjualan selama dua hari karena sekitar Alun-alun akan disterilkan untuk acara konferensi Asia-Afrika. Awalnya saya kira kabar itu hanyalah kabar burung semata. Setelah dikonfirmasi ternyata kabar itu benar adanya: si emang akan berhenti berjualan untuk sementara waktu dikarenakan akan ada acara KAA. Waduh, kemanakah saya harus mencari ketan bakar kalau di Alun-alun tidak berjualan?

Si emang bercerita kalau hal ini bertujuan untuk menghargai perhelatan akbar itu nanti. Tapi pernyataan tersebut memunculkan pertanyaan berikutnya: bagaimana si emang menafkahi keluarganya, mengingat dia tidak akan berjualan selama dua hari.

Saya pun mencoba memberanikan diri untuk bertanya. Menurutnya, tentulah rugi karena sebagai sumber utama pencaharian dan pendapatan dia tiap hari bukan tiap bulan. Ditambah lagi, sekarang kebutuhan pokok melonjak naik. Apakah dia terpaksa melakukan itu? Menurut si emang, hal ini tidak terpaksa. Ia lakukan ini untuk menuruti himbauan yang disampaikan pemerintah sebagai warga negara yang baik. Hal ini merupakan pengorbanan yang sangat kecil dibanding dengan para pahlawan dahulu yang mengangkat senjata bahkan merelakan nyawanya hilang demi untuk negara.

Lalu bagaimana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ini? Dia berkata, “Biarlah Tuhan akan mengatur rejeki umat-Nya. Maka janganlah gelisah, apalagi ini bisa dikatakan berjuang untuk negara.

Tercenganlah saya ketika mendengarnya ini, Jadi dengan tidak berjualan dua hari, bagi pedagang ketan bakar ini adalah sebagai bentuk penghargaan dan bakti terhadap negeri ini. Walaupun terbilang rakyat kecil, tetapi mampu berpikir kritis tentang bangsanya. Untuk berbakti kepada negara, tidak perlu seperti orang dahulu yang harus angkat senjata.

Sepertinya saya akan merindukan ketan bakar saat pelaksanaan KAA nanti karena bagi saya ketan bakar adalah segelintir dari jajanan murah di pusat kota yang mampu pengganjal perut namun harganya pas di dompet.

#PojokKAA2015: Riasan khas KAA di Jalan Dalem Kaum

Oleh: Vecco Suryahadi Saputro (@veccosuryahadi)

Dia belok kanan dari Jalan Otto Iskandar dinata. “Ada yang aneh dengan jalan ini,” dalam benaknya. Tidak ada tukang sate dan soto langganan dia. Ada lampu berwarna hitam yang tidak ia kenal. Dia tidak mengenal kembali jalan yang sering ia lewati 60 tahun lalu. Jalan yang ia tidak kenal adalah Jalan Dalem Kaum.

 

Riasan jalan bernama paving block

Jalan Dalem Kaum beberapa bulan lalu agak berantakan. Jika melihat beberapa bulan lalu, Jalan Dalem Kaum masih diisi dengan motor yang memadati sisi jalan. Selain itu, pedagang kaki lima masih berjualan di jalan dengan perasaan cemas ditangkap Satpol PP.C360_2015-04-10-13-20-23-989

Menjelang Konferensi Asia Afrika, Jalan Dalem Kaum mulai dibenahi oleh Pemkot. Pedagang kaki lima yang sering berada di pinggir jalan mulai diberi satu ruang khusus. Motor yang sering membuat macet dilarang parkir di sisi Jalan Dalem Kaum. Continue reading

#PojokKAA2015: Masih “Permak Wajah” Asia Afrika

Oleh: Yudha Bani Alam (@yudhaskariot)

Jumat pagi kawasan Jalan asia afrika terlihat lengang namun menjelang jam 10.00 WIB, kepadatan kendaraan mulai terlihat bahkan cenderung macet apalagi di Jalan Cikapundung Barat yang sekarang menjadi ramai karena menjadi perputaran jalur untuk menuju ke Jalan Naripan yang awal nya berada di jalan cikapundung timur. Pembangunan memang memliki dua sisi, yaitu positif dan negatif. Mungkin kemacetan yang terjadi adalah salah satu sisi negatif nya yang mudah-mudahan bersifat sementara.

yudha1

Suasana di Jl.Cikapundung Barat

Peringatan Bersejarah Konferensi Asia Afrika tahun 2015 yang menginjak usia 60 tahun yang dihelat tanggal 19 April 2015 sampai 24 April 2015 di Jakarta dan Bandung. Persiapan besar-besaran terjadi di Kota Bandung terutama di kawasan Jalan Asia Afrika. Mulai dari penataan trotoar, panambahan bunga-bunga di titik-titik tertentu, pengadaan bangku-bangku dan lampu-lampu jalan yang bercita rasa masa lalu serta adanya bola-bola batu diatas trotoar. Apabila belum pernah lagi menginjakkan kaki di kawasan ini, jangan kaget jika suasana nya begitu berbeda dari sebelumnya. Pengerjaan infrastruktur yang tadi disebutkan sebelumnya masih ada beberapa yang terus dikerjakan sampai sekarang (Jumat, 10 April 2015). Seperti mengecat lampu jalan raya nya dan trotoar serta memotong-motong batu granit yang menjadi alas untuk pejalan kaki diatas trotoar. Penempatan kursi-kursi nya pun sudah mencapai gedung N.I ESCOMTO MIJ Bank (Gedung Bank Mandiri) dan Gedung Jiwasraya namun belum dipermanenkan. Continue reading

#PojokKAA2015: Suasana Baru di Asia-Afrika

Oleh: Arya Vidya Utama (@aryawasho)

Sampai dua seminggu yang lalu, pusat keramaian di tengah Kota Bandung terpusat di daerah Alun-alun. Saking kekiniannya untuk menginjakan kaki di Alun-alun, muncul sebuah anekdot seperti ini di Bandung:

“Di Bandung nuju usum naon, euy?

“Ayeuna mah nuju usum popotoan di Alun-alun”

Tak percaya? Cobalah ubek-ubek lini masa Twitter atau Instagram dalam 3 bulan terakhir. ratusan foto Alun-alun diunggah setiap harinya ke berbagai media sosial. Malas untuk mengeceknya? Maka percaya sajalah dengan apa yang saya tulis 🙂

De Vries kini bersinar terang

De Vries kini bersinar terang

Namun, semalam saya menemukan sebuah fenomena baru. Sejak perbaikan infrastruktur di Jl. Asia-Afrika hampir rampung, kini keramaian mulai bergeser ke arah timur Alun-alun. Tepatnya di sekitar Museum Konferensi Asia-Afrika.

Pemasangan kursi, perbaikan trotoar, dan penempatan pot bunga yang ditujukan untuk mempercantik Bandung menjelang perayaan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika, kini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Bandung. Banyak warga yang sengaja keluar malam untuk menikmati pemandangan baru di Jalan Asia-Afrika. Jalanan yang biasanya sepi dan cukup gelap di malam hari kini ramai dan terlihat terang.

Masih tak percaya juga? Cobalah datang ke sekitar Museum Konferensi Asia-Afrika malam ini, dan lihatlah apa yang saya foto secara langsung 🙂

Mereka yang duduk dan berfoto di dekat Jl. Cikapundung Timur

Mereka yang duduk dan berfoto di dekat Jl. Cikapundung Timur

#PojokKAA2015: Aku Pun Bersolek

Oleh: Deris Reinaldi

Menjelang perhelatan yang sangat bergengsi, yaitu Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika, tetangga-tetanggaku disepanjang Jl. Asia Afrika nampak bersolek diri seraya ingin terlihat cantik. Mereka menampakkan diri akan kebersolekkannya, seakan-akan ingin terlihat oleh khalayak ramai dan mengeksiskan diri. Tapi aku, Mesjid Raya Provinsi Jawa Barat atau terkenal dengan sebutan Mesjid Agung, pun ingin bersolek sama seperti tetanggaku. Masa saat nanti ada tamu-tamu dari luar negeri aku tampil kucel, malu rasanya, mau ditaruh di mana harga diri aku sebagai rumah ibadah ini?

deris1Aku tidak mau menampakkan diri akan kebersolekkanku, aku tidak mau dikatai riya, karena itu perbuatan tercela. Tentulah jikalau aku tampil mempesona, anggun dan rupawan maka siapa yang akan bangga? Jelaslah Kota Bandung, provinsi Jawa Barat serta negaraku tercinta Republik Indonesia. Kalau aku cantik tentunya menjadi bahan perbincangan diantara tamu-tamu peringatan KAA ke-60 tahun. Aku bangga menjadi mesjid di kota ini, aku sudah tua berada di Kota Kembang ini. Dahulu ketika pertama kali KAA di Bandung, aku sudah tegak berdiri disini, aku menjadi saksi bisu di peristiwa itu. Begitu pun ketika peringatan KAA ke-50 tahun, aku pun kembali menjadi saksi bisu, meskipun aku tidak seperti 50 tahun yang lalu.

Dari tanggal 13 Maret 2015 aku mulai bersolek diri. Tukang cat, tukang pasang ubin, dan tukang-tukang lainnya telah berada disini. Mereka bekerja pagi-siang-malam tanpa lelah bekerja untukku agar aku cantik di hari yang akbar nanti. Cuaca dan waktu yang menjadi kendala tidaklah mengganggu pekerjaan bersolek ini. Kubahku sudah selesai pertama dengan di cat berwarna emas. Wahai warga Bandung, tengoklah aku yang sedang mempercantik diri ini,. Silakan kalian berfoto sepuasnya agar terkesan kekinian.

Hingga hari ini, yaitu H-10, pekerjaan ini sudah 60 % selesai. Kalau menurut Teteh Syahrini, ini “sesuatu” karena belum sampai satu bulan tetapi pekerjaan sudah lebih dari 50 %. Setiap hari, angka itu teruslah naik. Hari ini ubin-ubin di toilet dan tempat wudhu belum terpasang, tempat wudhu ditambah, agar cukup untuk para tamu istimewa ketika beribadah sholat di sini dan tembok dalam mesjid sedang di cat. Pekerjaan ini ditarget harus selesai pada tanggal 17 April 2015. Semoga para tukang tetap sehat selalu agar bisa mengerjakan pekerjaan yang sangat penting ini.

Deris2Apapun persiapan yang sedang dilakukan untukku ini merupakan dana dari Bank Jabar Banten (BJB) dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pemerintah pusat belum memberikan dana untuk keperluanku ini. Aku berharap pemerintah pusat yang notabene pemilik hajatan akbar ini bisa membantu untuk keperluanku agar terlihat cantik rupawan.

Ketika perhelatannya di Bandung pada tanggal 24 April 2015, para tamu istimewa akan menunaikan salat Jum’at di mesjid agung. Para jema’ah akan diatur oleh protokoler negara, sehingga sangat mungkin bahwa beliau ini akan menempati shaf terdepan terlebih dahulu. Apabila warga Bandung ingin ikut beribadah shalat Jum’at silahkan saja datang, aku sangatlah senang jikalau warga Bandung shalat Jum’at disini. Meskipun untuk warga, shalat Jum’at menempati shaf belakang atau sesuai aturan protokoler. Dalam rangka acara peringatan KAA ini, khatib shalat Jum’at dipilih oleh negara. Aku hanya menyiapkan serta memberikan beberapa calon kahtib kepada negara.

Di hari yang akbar itu aku berharap keamanan dapat mengantisipasi adanya aksi pencurian. Aku takut sepatu para tamu istimewa yang karasep dicuri dengan alasan untuk kebanggaan bisa memiliki sepatu tamu istimewa. Aku tidak mau apabila ada aksi ricuh karena melihat orang asing apalagi ada yang menjerit-jerit histeris, Pokoknya katakan tidak terhadap hal-hal buruk. Semoga aku tetap berada dalam karunia Tuhan yang Maha Kuasa, aku hanya berserah diri kepada-Mu supaya aku diberikan kelancaran dalam kegiatan peringatan KAA ke-60 tahun. Aamiin…

#PojokKAA2015: Simon Saparakanca

Oleh: Irfan Teguh Pribadi (@irfanteguh)

Kang Simon nu nganggo kaos leungeun beureum

Salah sahiji karesep kuring nyaěta maca buku. Ari kuring sok ngarasa leuwih sugema jeung reugreug lamun seug macana buku nu sorangan meunang meuli, lain meunang nginjeum ti perpustakaan atawa ti babaturan. Di Bandung aya hiji tempat nu sok didatangan ku kuring pikeun meuli buku-buku ngeunaan sajarah Bandung, nyaěta nu dagang buku urut di Jl. Cikapundung Barat, gigireun pisan kantor PLN, deukeut Jl. Asia Afrika.

Ku ayana KAA, nu daragang di sabudeureun Jl. Asia Afrika tangtu bakal ditartibkeun ku pamarěntah. Kang Simon, salah sahiji nu dagang buku di dinya basa ku kuring di tanya ngeunaan hal ěta, anjeunna sasauran, “Kuring mah jeung saparakanca nu daragang di dieu ngadakung pamarěntah waě. Sanajan teu dipiwarang ogě tangtos bakal merěkeun maněh. Enya apanan ieu těh hajat gedě nu diayakeun ku nagara urang, nya tangtu urang kudu ngama’lum.” Continue reading

#PojokKAA2015: KAA dan Transformasi Atap Mesjid Agung Bandung

Oleh: Hani Septia Rahmi (@tiarahmi)

Istilah Bale Nyungcung, bagi generasi muda Kota Bandung bukan lagi menjadi istilah familiar untuk merujuk Mesjid Agung Bandung yang kini memiliki nama resmi Mesjid Raya Provinsi Jawa Barat sekarang. Hal yang wajar karena bentuk atap mesjid tersebut sudah lagi tidak “nyuncung” melainkan kubah setengah bola.

Atap Mesjid Agung Bandung tahun 1930-an

Atap Mesjid Agung Bandung tahun 1930-an

Perubahan atap mesjid yang bernama Mesjid Raya Provinsi Jawa Barat ini terjadi sekitar 60 tahun yang lalu, menjelang Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Atas gagasan Presiden Soekarno, mesjid Agung Bandung mengalami perubahan besar-besaran terutama pada bagian atap. Bentuk atap Mesjid Agung Bandung yang nyungcung bertranformasi menjadi kubah persegi empat bergaya timur tengah seperti bawang. Selain itu menara pada bagian kiri dan kanan masjid serta pawestren berikut teras depan dibongkar sehingga ruangan masjid hanyalah sebuah ruangan besar dengan halaman masjid yang sangat sempit. Continue reading

« Older posts Newer posts »

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑