Rasia Bandoeng: Romeo & Juliet dari Citepus

James T. Siegel melihat melalui roman ini bahwa orang-orang Tionghoa juga berkontribusi pada pergerakan nasional. Kemampuan bahasa untuk menerjemahkan isi buku atau surat kabar yang dimiliki Hilda dan Tan Tjin Hiauw sebagai kalangan terdidik berperan untuk mempercepat proses penyebaran ide revolusi di kalangan kaum muda.

Mencari Pecinan Kota Bandung

Oleh: Arya Vidya Utama (@aryawasho) Setiap Ngaleut bertema daerah Pecinan dengan Komunitas Aleut, saya selalu mendengar sebuah pertanyaan yang sama berulang kali dari beberapa peserta: Di mana sebetulnya daerah Pecinan di Kota Bandung? Kami memang sering mengidentikan Pecinan di Kota Bandung dengan daerah Pasar Baru dan Cibadak, namun belum pernah sekalipun mengatakan kedua daerah ini … Lanjutkan membaca Mencari Pecinan Kota Bandung

Penelusuran Belum Usai (5)

Lanjutan kisah Roman Rasia Bandoeng oleh Lina Nursanty. SATU per satu tokoh dalam novel roman Rasia Bandoeng terungkap. Setelah hampir satu abad sejak pertama kali novel itu diterbitkan pada awal abad 20, cucu dan cicit para tokoh bermunculan. Mereka mencari asal usul leluhurnya melalui kepingan cerita dalam novel. Dendam lama yang diceritakan dalam novel pun … Lanjutkan membaca Penelusuran Belum Usai (5)

Romeo Juliet dari Citepus (4)

Lanjutan kisah Roman Rasia Bandoeng oleh Lina Nursanty. SERAYA berseloroh, Charles Subrata menyebut kisah cinta antara Tan Gong Nio dan Tan Tjin Hiauw dalam novel roman Rasia Bandoeng yang terbit pada awal abad ke-20 di Kota Bandung sebagai “Kisah Romeo-Juliet dari Citepus.” Penyebutan itu terilhami dari kisah perjuangan cinta antara keduanya yang sangat berat karena … Lanjutkan membaca Romeo Juliet dari Citepus (4)

#PojokKAA2015: Lautan Orang di Balaikota

Oleh: Deris Reinaldi Sore hari di Balaikota Bandung pada hari Minggu kemarin, cuacanya dingin karena hujan deras yang turun di siang hari. Kondisi cuaca yang kurang bersahabat ini diabaikan oleh segerombolan muda-mudi, nampak pemandangan yang penuh riuh dan penuh sesak oleh mereka yang baju berwarna putih. Siapakah mereka ini siapa dan ada kepentingan apa berdatangan … Lanjutkan membaca #PojokKAA2015: Lautan Orang di Balaikota

Tan Sim Tjong (3)

Bagian ketiga: Pencarian Makam Tan Sim Tjong SEMASA hidupnya, Tan Sim Tjong dikenal sebagai saudagar kaya yang memiliki tanah luas yang tersebar di antara Cibadak, Jalan Raya Barat (Jenderal Sudirman sekarang, RED), dan sekitar Kali Citepus. Selain sebuah rumah gedong besar, keluarga Tan Sim Tjong juga memiliki kebun yang ditanami pohon bambu Cina dan pohon … Lanjutkan membaca Tan Sim Tjong (3)

Tan Sim Tjong (1)

Berikut ini serial penelusuran tokoh Tan Sim Tjong yang ditulis oleh rekan saya dan sudah dimuat bersambung di HU Pikiran Rakyat Bagian Pertama: Telusur Silsilah Melalui Roman MENJELANG Imlek lalu, Pikiran Rakyat mengulas sebuah roman Tionghoa yang menceritakan perkawinan satu marga (she) di Bandung pada tahun 1917. Roman berjudul Rasia Bandoeng yang ditulis oleh Chabbaneau … Lanjutkan membaca Tan Sim Tjong (1)

Siapakah Chabanneau? – Seri Tionghoa Bandung dalam Roman (3)

Seri Tionghoa Bandung dalam Roman (3) Siapakah Chabanneau? Ada informasi yang cukup mengejutkan ketika menelusuri jejak literatur yang menyinggung nama Chabanneau ini. Seorang antropolog, James T Siegel, menguak kabar bahwa ternyata sang penulis roman sesungguhnya adalah seorang pemeras. Cuplikan pemuatan artikel ini (bagian 3) di HU Pikiran Rakyat, Selasa, 17 Februari 2015. Dalam buku Siegel … Lanjutkan membaca Siapakah Chabanneau? – Seri Tionghoa Bandung dalam Roman (3)

Merekam Denyut Nadi Pusat Kota – Seri Tionghoa Bandung dalam Roman (2)

Seri Tionghoa Bandung dalam Roman (2) Merekam Denyut Nadi Pusat Kota Membaca roman Rasia Bandoeng karya Chabanneau dapat membawa kita melancong ke pusat Kota Bandung pada periode awal 1916 dengan deskripsi yang cukup detail. Tampak kuat sekali kesan bahwa mobilitas orang-orang Tionghoa saat itu berada di pusat-pusat kota. Misalnya kediaman tokoh utama roman, yaitu Tan … Lanjutkan membaca Merekam Denyut Nadi Pusat Kota – Seri Tionghoa Bandung dalam Roman (2)

Kawin Semarga di Bandung Baheula – Seri Tionghoa Bandung dalam Roman (1)

Berikut ini saya muatkan artikel bersambung tulisan rekan saya, Lina Nursanty, yang membahas sebuah roman baheula dengan latar cerita Kota Bandung di awal abad ke-20. Selamat membaca! Seri Tionghoa Bandung dalam Roman (1) Kawin Semarga di Bandung Baheula Pengantar: Roman lahir untuk melukiskan perbuatan, watak, dan isi jiwa sang tokoh yang lebih banyak membawa sifat-sifat zaman. “Rasia … Lanjutkan membaca Kawin Semarga di Bandung Baheula – Seri Tionghoa Bandung dalam Roman (1)

Catatan Ngaleut-Part 1

Oleh : Muhammad Ryzki Wiryawan Malam itu adalah kedua kalinya Komunitas Aleut mengadakan “Ngaleut  Imlek di Bandung” yang khusus diadakan di malam perayaan Imlek. Seperti biasa, ngaleut kali ini berhasil menggaet antusiasme pegiat yang cukup besar. Hampir 90 orang pegiat mengikuti acara ngaleut Imlek kemarin. Rangkaian tulisan ini disusun untuk melengkapi materi yang telah disampaikan … Lanjutkan membaca Catatan Ngaleut-Part 1

Kue Keranjang

Oleh : Reza Ramadhan Kurniawan (@kobopop) Kue keranjang memiliki nama asli Nien Kau atau Nian Gao atau Ni kwee yang berarti kue tahunan karena sering dibuat hanya satahun sekali saat perayaan Imlek. Kata Nian sendiri berarti Tahun dan Gao berarti kue, juga terdengar seperti tinggi atau bertingkat. Semakin tinggi keatas makin kecil ukuranya yang bisa diartikan sebagai pengharapan akan peningkatan rezeki atau kemakuran. Bentuk kue … Lanjutkan membaca Kue Keranjang

Imlek

Oleh : Reza Ramadhan Kurniawan (@kobopop) Setiap tahun perayaan imlek berlangsung cukup semarak di Kota Bandung. Kue keranjang, barongsai, lampion yang serba merah dan pohon meihua menghiasi tradisi perayaan imlek. Imlek bermula dari perayaan petani di daratan Tionghoa yang menyambut kedatangan musim semi, perayaan ini menyebar keseluruh dunia seiring dengan migrasi warga Cina ke banyak … Lanjutkan membaca Imlek