Tag: munggahan

#PernikRamadhan: Asal-usul Kata “Puasa” dan “Lebaran”

Oleh : M. Ryzki Wiryawan (@sadnesssystem)

1950

Selama ini mungkin kita bertanya-tanya, dari manakah asal-usul kata “Puasa” dan “Lebaran” karena kedua kata ini ternyata tidak dikenal di bahasa Arab. Nah, menurut M.A. Salmun dalam artikelnya yang dimuat dalam majalah “Sunda” tahun 1954, kedua istilah tersebut ternyata berasal dari tradisi Hindu.

Menurut M.A. Salmun, “Puasa” berasal dari kata “Upawasa” yang berarti “menutup”, dengan kata lain menutup/menahan hawa nafsu. Oleh sebab itulah, padanan dari kata “Puasa” adalah “Buka”.

Begitu pula kata “Lebaran” berasal dari tradisi Hindu yang berarti “Selesai, Usai, atau Habis”. Menandakan habisnya masa “Puasa”.

Istilah-istilah ini mungkin diperkenalkan para Wali agar umat Hindu yang baru masuk Islam saat itu tidak merasa asing dengan agama yang baru dianutnya. Selain itu, tradisi munggahan dan nyekar yang berasal dari Hindu juga masih dipraktikan hingga sekarang.

So, kalo saya sih mulai sekarang lebih suka pakai kata “Shaum” dan “Idul Fitri” saja supaya makna ibadahnya lebih kena…

#PernikRamadhan: Munggahan dan Puasa Hari Pertama yang Tak Lagi Sama

Oleh: Arya Vidya Utama (@aryawasho)

Waktu menunjukan pukul 14.00 WIB. Matahari siang itu cukup terik, lebih terik dari sehari sebelumnya. Saya baru saja kembali dari warnet langganan di depan komplek untuk mengunduh materi kuliah yang dikirim oleh dosen. Maklum, saat itu saya belum berlangganan internet karena koneksi melalui HP saja sudah dirasa cukup.

Segera saya ambil gelas di dapur dan mengisinya dengan air dingin yang ada di kulkas setibanya di rumah. “Besok mah ga akan bisa lagi minum kayak gini di siang hari”, gumam saya dalam hati sambil meneguk air di dalam gelas. Ya, esok hari adalah hari pertama puasa di tahun 1431 Hijriah. Pemerintah melalui sidang isbat menetapkan bahwa 1 Ramadhan jatuh di tanggal 11 Juli 2010.

Air di gelas pun habis. Saya berjalan menaiki tangga menuju kamar. Telepon berdering tak lama setelah tombol power layar dan komputer ditekan. Terdengar suara tante dari balik speaker gagang telefon.

“Mas Arya, Ibu ada? Dari tadi ditelepon kok ga diangkat yah?”

“Ga ada, tadi sih lagi ngantor di Rancaekek. Ada apa gitu?”

“(terdiam beberapa detik) Eyang udah ga ada…”

Saya membatu setelah mendengarnya, seperti ketika manusia melihat rambut Medusa. Dari luar rumah terdengar tangisan adik setelah pembantu meneruskan kabar itu. Continue reading

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑