Tag: Munada

Menghisap Candu di Bandung

Oleh: Irfan Teguh Pribadi (@irfanteguh)

    • Banyak teks fiksi dan memoar yang mengetengahkan fragmen tentang candu di Bandung.
    • Sebuah gang di Kampung Arab, persisnya Gang Aljabri, menjadi tempat madat di Kota Bandung.

Melacak keberadaan candu dan para pemadat di Kota Bandung.

tirto.id – Bandung tempo dulu tak hanya dibaluri julukan yang bertendensi pujian macam Parijs van Java, The Garden of Allah, Paradise in Exile, Europe in de Tropen, De Bloem der Indische Bergsteden, dll, namun juga menyisakan kisah tentang candu atau madat.

Seperti ditulis James R. Rush dalam Candu Tempo Doeloe, pemerintah kolonial Belanda pernah menjadikan candu sebagai pundi-pundi kas negara. Persebaran candu di Pulau Jawa ternyata masuk dan beredar di Bandung, kota pegunungan yang menjadi salah satu “anak emas” pemerintah kolonial.

Agak sulit sebetulnya mendapatkan catatan yang gamblang ihwal candu di Bandung, namun jika menilik beberapa teks fiksi dan memoar, akan banyak ditemukan fragmen-fragmen pendek yang setidaknya menjelaskan bahwa candu telah ada dan hidup dalam keseharian sebagian masyarakat Bandung. Continue reading

Cerita Munada – Bagian 2

Melanjutkan Cerita Munada – Bagian 1, maka yang berikut ini agak berbeda pada beberapa nama tokoh, detil tanggal, dan peristiwa.

Ini kisahnya:

Raden Naranata adalah seorang Jaksa Kepala di Bandung. Ia memendam dendam kepada Asisten Residen Nagel karena saudaranya, Mas Soeraredja, pernah dipenjarakan oleh Nagel dan Bupati Bandung dengan tuduhan telah meracuni orang. Naranata juga menyimpan kebencian terhadap Bupati Bandung, Raden Wiranatakoesoemah,yang pernah menolak lamarannya untuk menikahi putrinya.

Dikuasai oleh kebencian, Naranata membuat rencana untuk membunuh Nagel dan bupati. Dikumpulkannya beberapa kawan, di antaranya ada Raden Wirakoesoemah, Rana Djibja, Ba Kento, Raden Padma, Raden Sasmita, dan seorang pedagang Tionghoa-Muslim yang bernama Moenada. Hampir setiap malam komplotan ini berkumpul di rumah Raden Naranata.

Pada tanggal 25 Desember 1845, komplotan ini memutuskan untuk membunuh asisten residen pada malam itu juga. Mereka bersepakat menunjuk Moenada sebagai pelaksananya. Komplotan ini tahu betul bahwa Moenada juga menyimpan dendam kepada Nagel yang pernah memarahi dan memukulnya. Pemukulan oleh Nagel disebabkan oleh sikap Moenada pada saat Nagel menagih hutang-hutang Moenada yang belum dibayarnya.

Continue reading

Cerita Munada – Bagian 1 [1]

Bandung tempo dulu yang sering diceritakan dalam bingkai nostalgia yang bikin hati nyaman itu ternyata tak selalu secerah dongeng. Ada sisi-sisi kelam yang kadang menjadi episode utama dalam rangkaian kisah itu. Salah satunya adalah kisah Pasar Baru.

Pasar Baru yang kita kenal sekarang ini baru berdiri pada tahun 1906, berbarengan dengan kelahiran Gemeente Bandoeng (Pemerintah Kota). Sebelumnya, pasar utama kota Bandung berada di belakang kompleks Kepatihan (Jalan Kepatihan sekarang) dan sering disebut Pasar Ciguriang karena letaknya memang berada di daerah yang bernama Ciguriang.

Pasar ini terbakar habis pada hari Jumat dinihari, 26 Desember 1845. Akibatnya, selama puluhan tahun kota Bandung tidak memiliki pasar utama sampai lahirnya pemerintahan kota yang dalam waktu cepat membangun berbagai fasilitas umum, termasuk mendirikan sebuah pasar di sebelah barat Alun-alun. Masyarakat menyebutnya Pasar Baru.

Peristiwa terbakarnya Pasar Ciguriang ternyata bukanlah peristiwa kebakaran biasa. Di belakangnya berkelebat bayangan persekongkolan dan kejahatan yang melibatkan tokoh-tokoh penting dan terhormat di kota Bandung saat itu. Tokoh yang paling terkenal di balik terbakarnya Pasar Ciguriang, dikenal dengan nama Munada.

Continue reading

PASAR BARU BANDUNG

Repost
Siapa tak kenal Pasar Baru Bandung? Gedung pasar dengan bangunan modern ini terletak di Jalan Oto Iskandar Dinata (dulu Pasar Baroeweg). Bangunan yang sekarang berdiri ini mulai dibangun pada tahun 2001 dan selesai serta diresmikan oleh Walikota Bandung pada tahun 2003.

Sebelum berdirinya bangunan modern bertingkat dengan kompleks pertokoan ini, Pasar Baru masih dikenal sebagai pusat perbelanjaan dengan konsep pasar tradisional. Sayang konsep ini sekarang sudah hilang dari Pasar Baru dan hanya tersisa di kawasan sekitarnya saja karena berganti dengan model Trade Centre yang belakangan populer. Pembangunan gedung modern berlantai 11 ini (termasuk basement dan lahan parkir) menelan dana lebih dari 150 milyar. Pada masa perencanaan dan pembangunan awalnya cukup sering terjadi demonstrasi yang menentangnya.

image
Pasar Baru tahun 2008 (RH)

Continue reading

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑