Oleh: Komunitas Aleut

Kapten Sangun. Dari buku “Mohamad Rivai: Tanpa Pamrih Kupertahankan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945” (Bandung, 1984).

Mencari informasi tentang sebuah monumen yang kami temui di tepi jalan dan persawahan yang luas di Rancaekek, seperti biasanya, tidaklah mudah. Bertanya kepada warga setempat atau bahkan bila ada kantor pemerintahan di dekatnya pun, hasilnya nihil. Persis seperti yang biasa kami alami setiap kali berkeliling membuat dokumentasi dan mencari informasi tentang monumen-monumen, terutama yang berhubungan dengan periode revolusi kemerdekaan di Bandung dan sekitarnya.

Pengalaman ini membuat kami sering bertanya, lantas untuk apa monumen-monumen itu didirikan? Kenapa monumen-monumen itu tidak disertai dengan informasi yang memadai yang dapat menjelaskan keberadaannya dan tujuan pembuatannya? Apalagi banyak di antara monumen itu yang kondisinya cukup menyedihkan pada saat kami datangi. Tidak terawat, kumuh, dan warga sekitar pun tampaknya tidak terlalu mempedulikan keberadaannya.

Continue reading