Oleh: Aditya Wijaya

Pada tahun 1925 di Kota Bandung terbit sebuah desain baru untuk suatu sistem pembuangan dan drainase yang disusun oleh kepala insinyur H. Heetjans. Penerbitan desain ini berhubungan dengan sistem pipa sebelumnya di Bandung bagian selatan yang kondisinya memburuk, terutama akibat penduduk yang kurang memperhatikan aturan-aturan higienis. Saat itu dipikirkan perlunya suatu sistem pipa tertutup untuk saluran pembuangan tinja dan limbah rumah tangga lainnya. Untuk menekan biaya seminimal mungkin, diputuskan agar air hujan dibuang secara terpisah.

Dalam desain Heetjans itu ditekankan bahwa pembangunan sistem pembuangan baru berimplikasi pada perbaikan menyeluruh kampung-kampung. Biaya pembangunan ini memakan biaya sekitar 1 juta. Rencana pelaksanaan proyek ini akan berlangsung dalam waktu 15 tahun. Pada tahun 1926 proyek ini dimulai dan sejak saat itu ada lebih dari 100 hektar area yang telah dilengkapi dengan sistem pembuangan baru. Untuk saluran pembuangan umum dibuat pipa berbahan beton, sedangkan untuk sambungan rumah dibuat pipa dari tanah liat berlapis glasir (produk dari pabrik di Bandung). Di sisi selatan kota, air limbah dibawa ke saluran utama dan kemudian dialirkan ke tempat pengelolaan limbah. 

Pada tahun 1934 dibangun Imhofftank sebagai uji coba dan akan segera dioperasikan dengan harapan tidak perlu membangun instalasi penyaringan lanjutan. Air yang sudah disaring akan dialirkan ke kolam ikan atau sawah. Pada tahap ini proses penyaringan biologis akan terjadi.  

Uji coba Imhofftank dirancang setelah berkonsultasi dengan Laboratorium Pengolahan Air di Manggarai. Kepala laboratorium membuat perencanaan serangkaian uji coba dengan tangki baru ini. Laboratorium Baru dari Persatuan Kesehatan Hindia Belanda akan menyediakan sarana untuk keperluan itu. Hasil dari uji coba ini akan menunjukkan kondisi di mana proses pembusukan paling efektif terjadi dan berdasarkan hal itu akan dapat ditentukan bagaimana instalasi lebih lanjut akan dibangun.

Continue reading