Tag: Doofstommen-Instituut

Berkunjung ke Doofstommen-Instituut Bandung

Oleh: Aditya Wijaya

Awal bulan Desember 2023, saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke SLB Negeri Cicendo Kota Bandung. Ini kesempatan langka, berkat Komunitas Aleut rasanya saya bisa berkunjung ke berbagai tempat yang aksesnya sulit dan terbatas. Sayang rasanya bila pengalaman ini tidak saya tuliskan.

Sesaat setelah memasuki parkiran motor sekolah, seorang rekan Aleut memberi tahu bahwa ada plakat Bosscha di salah satu sisi dinding dekat parkiran. Plakat ini memiliki arti “Untuk mengenang mendiang Tuan K.A.R. Bosscha, yang warisan kerajaannya memungkinkan pembangunan gedung-gedung ini”.

Plakat Bosscha (Aditya Wijaya)

Memasuki beranda sekolah suasananya langsung berubah, mungkin ini suasana sekolah tempo dulu, gumam saya. Tegel sekolah ini masih asli seperti dulu dengan motif kulit jeruk. Genteng-genteng lama juga masih banyak menempel. Pintu dan jendela juga buatan lama, berbahan besi dengan ditandai cap tulisan “Surabaja” yang sudah sulit untuk dibaca.

 Saat itu kami diajak masuk ke ruang “Kepala Sekolah”. Di ruangan tersebut ada plakat dan sertifikat mengenai siapa saja yang berkontribusi dalam pembukaan Doofstommen-Instituut di Bandung. Ada juga foto-foto direktur sekolah dari masa ke masa. Sungguh ini adalah usaha yang bagus dari pihak sekolah untuk menjaga nilai sejarah.

Continue reading

Karl Albert Rudolf Bosscha

Foto koleksi Tropen Museum.

Foto koleksi Tropen Museum.

Perkebunan Teh Malabar sudah dibuka sejak tahun 1890 oleh Preangerplanter bernama Kerkhoven yang sebelumnya sudah membuka perkebunan teh di daerah Gambung, Ciwidey. Namun popularitas kawasan Kebun Teh Malabar berkembang dan memuncak setelah Kerkhoven mengangkat sepupunya, Bosscha, untuk menjadi administratur perkebunan ini pada tahun 1896.

Selain perkebunan, sejumlah jejak Bosscha lainnya masih tersebar di kawasan ini. Di antaranya sebuah rumah tinggal yang saat ini sedang direnovasi akibat kerusakan yang cukup parah oleh gempa bumi pada bulan September lalu. Sebelum kerusakan ini, berbagai barang pribadi peninggalan Bosscha masih tersimpan dan tertata rapi di rumah ini. Saat ini barang-barang tersebut diungsikan ke sebuah gudang sampai renovasi selesai dilakukan. Salah satu spot favorit Bosscha di perkebunan ini adalah sebuah hutan kecil yang sekarang menjadi lokasi makam dan tugu Bosscha. Beberapa pohon besar (termasuk yang langka) memberikan keteduhan pada kompleks makam ini.

Tak jauh dari makam, terdapat suatu area dengan pohon-pohon teh yang sudah berumur lebih dari 100 tahun. Pohon-pohon teh yang mencapai tinggi hingga 6 meter ini berasal dari biji-biji teh Assam (India) yang ditanam pada tahun 1896. Biji teh dari Assam inilah yang kemudian menjadi bibit bagi perkebunan teh di sekitar Pangalengan. Di belakang pasar Malabar hingga saat ini masih dapat juga ditemui sebuah rumah panggung tempat tinggal para buruh perkebunan di masa Bosscha. Konon rumah panggung yang sekarang dikenal dengan nama Bumi Hideung ini didirikan pada tahun 1896, saat yang sama dengan berdirinya Perkebunan Teh Malabar.

Nama Bosscha sebenarnya tak dapat dipisahkan dari kota Bandung. Sifatnya yang dermawan telah melibatkannya dalam berbagai perkembangan dan kemajuan Kota Bandung di masa lalu. Beberapa di antaranya : pembangunan Technische Hooge School (THS atau ITB sekarang) beserta fasilitas laboratoriumnya, Sterrenwacht (peneropongan bintang) Bosscha di Lembang, PLTA Cilaki di Gunung Sorong, serta berbagai sumbangan untuk Doofstommen Instituut (Lembaga Bisu Tuli) dan Blinden Instituut (Lembaga Buta) di Jln. Cicendo dan Jln. Pajajaran, Leger des Heils (Bala Keselamatan), dan beberapa rumah sakit di Bandung.

Foto koleksi Tropen Museum.

Foto koleksi Tropen Museum.

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑