Oleh: Irfan Teguh Pribadi (@irfanteguh)
https://2.bp.blogspot.com/-5KpwDp9WVdo/WPnb7CF4lgI/AAAAAAAABv8/C3Tzw8qbpRoRVEB6GkkFjDXI1hYFO4rzwCLcB/s1600/Gununghejo%2B1.JPG
Beberapa bulan ini Komunitas Aleut jarang melakukan ngaleut dalam kota, diganti dengan momotoran ke beberapa tempat di wilayah Priangan, dan sesekali melakukan perjalanan jauh menyusuri pantai selatan Jawa Barat dan Banten. Konon ada yang berkomentar dengan nada sinis, ”keur resep ngadatangan tempat angker jeung jujurigan anyeuna mah.” Barangkali benar belaka apa yang pernah dikicaukan seorang kawan, “yang berbahaya dari menurunnya minat baca adalah meningkatnya minat berkomentar.”
Minggu, 16 April 2017, melintasi 5 kota dan kabupaten (Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang), momotoran hendak menuju Gunung Héjo dan Bukit Patenggéng. Dua tempat ini terlihat jelas dari tol Cipularang, dan kerap mengundang rasa penasaran: yang satu khas hutan hujan tropis, dan satu lagi gersang berbatu.
Sekira 15 motor bersiap dari Kedai Preanger, Jl. Solontongan-Buahbatu, sementara satu motor lagi menunggu di daerah Cimindi. Perjalanan seperti biasa aduhai, kecuali ketika melintas di ruas jalan Gado Bangkong: ada razia kendaraan dari kepolisian. Beberapa kawan berdegup kencang, termasuk saya. Continue reading