oleh : R.Indra Pratama (Komunitas Aleut!)

Jika anda adalah seorang penggemar teori filsafat atau teori perang, tentunya anda mengenal seorang filsuf dan Jenderal besar dalam sejarah bernama Sun Tzu. Strategi Sun Tzu didasarkan pada dasar pemikiran bahwa cara terbaik untuk menang perang adalah dengan menguasai kemampuan membaca jalan pikiran ahli strategi musuh. Dan barangsiapa mengetahui jalan pikir musuh dan mengetahui titik-titik kelemahannya, dipastiikan dia bisa memenangkan adu strategi tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari, strategi Sun Tzu diatas tanpa sadar sudah banyak sekali kita terapkan. Salah satunya adalah dalam berbelanja di pasar loak. Dalam berbelanja di pasar loak, seperti halnya jika berbelanja di pasar-pasar tradisional, proses tawar-menawar pun menjadi “medan perang” antara anda dan si penjual. Jika anda pintar berkelit, bersilat lidah, dan membaca strategi si penjual, anda bisa jadi akan memperoleh kemenangan berupa harga jual yang murah. Namun jika anda tidak tanggap atas strategi si penjual dan termakan perangkapnya, maka bersiaplah merogoh kocek dengan cukup dalam untuk mendapatkan barang yang anda mau.

Hampir di setiap kota memiliki satu atau bahkan lebih pasar loak. Kota Bandung, memiliki beberapa pasar loak, seperti kawasan Cimol (khusus pakaian), kawasan Astanaanyar, dan masih ada beberapa lagi tempat loak di Bandung. Namun, ada satu tempat yang cukup istimewa dan sudah memiliki reputasi baik dalam bisnis perloakan, yaitu kawasan Cihapit.

Kawasan loak Cihapit dikenal dengan keanekaragaman barang yang dijual. Mulai dari utara ada “kawasan” audio mobil dan elektronik, sepatu, peralatan olahraga, pakaian, hingga kaset, piringan hitam dan CD bekas. Menyeberang jalan Riau, kita bisa menemukan sebuah kios buku dan majalah bekas yang cukup antik dan banyak koleksinya.

Asalkan jeli dengan kualitas barang dan mau menawar, kemungkinan besar anda akan puas dengan harga yang anda bayar untuk barang-barang buruan anda.

Kawasan Jalan Cihapit sendiri sudah sejak lama menjadi kawasan pasar loak. Menurut beberapa sumber, kawasan ini sejak tahun 1945 sudah menjadi kawasan perdagangan barang bekas. Awalnya barang-barang yang dijual adalah barang rongsokan juga pakaian bekas. Pada awalnya, para pedagang disini tidak menempati kios, melainkan dengan menjajakan barang dagangannya hanya di sebuah meja atau bahkan dengan cara lesehan. Pada tahun 1975, para pedagang sempat dipindahkan ke pasar di Sadang Serang. Namun karena sepinya pengunjung di pasar tersebut satu per satu para pedagang pun kembali berjualan di Jalan Cihapit.

Tahun 80-an, mulailah Jalan Cihapit kembali pada habitatnya sebagai pasar loak yang selalu ramai dikunjungi konsumen. Di masa inilah mulai banyak pedagang audio mobil yang kelak dikenal sebaai salah satu ciri khas dari kawasan Cihapit. Sekitar tahun 2002, pemerintah melalui Kadin membantu para pedagang dengan membuatkan kios tanpa dipungut biaya sampai sekarang.
Pelanggan pasar loak ini pun beragam, dari masyarakat biasa hingga para artis dan public figure.

Selain terkenal dengan pasar loaknya, kawasan Cihapit pun memiliki beberapa objek yang mungkin seru untuk dikunjungi. Seperti pasar Cihapit contohnya. Pasar Cihapit ini terletak di perbatasan jalan Cihapit dengan jalan Sabang. Pasar ini memiliki beberapa spot unggulan yang membuat pasar ini terkenal. Antara lain adalah barisan pedagang kuliner yang telah melegenda. Seperti Surabi Cihapit, Lotek Cihapit, dan Warung Ibu Eha di dalam pasar Cihapit. Warung-warung ini popularitasnya bukan hanya di sekitaran Bandung saja, tetapi sudah melegenda hingga ke Jakarta, dan kota-kota lain di sekitar Bandung. Di sebelah utara pasar ini pun terdapat sebuah outlet roti dan biskuit yang memperkaya pilihan kuliner di kawasan ini.

Sedangkan masuk sedikit ke jalan Sabang, kita bisa menemukan sebuah taman bacaan yang juga telah lama melegenda sebagai salah satu taman bacaan terlengkap di Bandung, yaitu Taman Bacaan Hendra. Terletak di sebuah rumah besar dengan tulisan di temboknya: .TB Hendra. Taman bacaan ini berdiri sejak tahun 1967 dengan modal 100 buku saja dan tentunya berkembang pesat dengan beragam koleksi buku. Mulai dari komik, serial klasik, novel-novel, dan banyak jenis lainnya. Konon, koleksi buku di taman bacaan ini sudah mencapai 500.000 buah buku. Taman bacaan ini pun membuka semacam kafe kecil bagi pengunjung.

Di seberang Taman Bacaan Hendra, ada sebuah toko yang sangat esensial bagi mereka yang berkecimpung di dunia seni rupa dan arsitektur, yaitu Toko Tidar. Toko Tidar menyediakan berbagai peralatan seni rupa, prakarya, dan desain arsitektur. Hal yang unik adalah koleksi kertas daur ulang. Kertas-kertas daur ulang ini didesain sedemikian rupa sehingga tampak cute dan menarik.

Jalan Cihapit termasuk wilayah yang mudah diakses. Jika anda datang dari kawasan Dago, anda bisa turun terus hingga perempatan Dago-Jl.Riau. Belok kiri di perempatan, dan anda tinggal menyusuri Jl.Riau untuk menemukan Jl.Cihapit atau untuk yang menggunakan angkutan umum bisa naik jurusan Dago-Riung Bandung dan mintalah diturunkan di Cihapit dengan tarif sekitar Rp.2500 hingga Rp.3000 dari terminal Dago.

Sedangkan bagi anda yang datang dari kawasan Lembang, anda tinggal mengikuti Jl.Setiabudi, lalu Cihampelas, lalu terus melewati kolong Fly Over Pasupati, terus hingga anda menemukan jalan kearah perempatan Riau-Merdeka, masuk jalan Riau, dan terus hingga anda akan menemukan Jl.Cihapit atau bagi yang “berangkot ria” bisa naik Jurusan Ledeng-Margahayu dengan tariff sekitar Rp.3000 dan turun langsung di Jl.Cihapit.

Bagi yang datang dari Stasiun Bandung, bisa masuk ke Jl.Perintis kemerdekaan (balai kota), lalu berbelok kearah kanan menuju belakang Kantor Walikota dan DPRD hingga tiba pada perempatan Jl.Merdeka. Ambil lurus kearah Jl.Sumatera hingga jalan Aceh sampai ke Stadion Siliwangi, lurus terus anda akan menemukan Jl.Cihapit. Atau untuk angkutan umum, bisa menaiki jurusan Stasiun Hall Dago, lalu turun di Perempatan Dago-Riau dan lanjut dengan jurusan Dago-Riung Bandung.

Sumber :

Moving Blue 80, “Berani Mengambil Resiko”, (http://www.indonesiaindonesia.com), diakses 25 Agustus 2009 pkl.19.12

Ema Nur Arifah, 2008 , Cihapit, Jadi Pasar Loak Sejak 1945, (http://bandung.detik.com). Diakses 28 Agustus 2009 pkl.00.31

Dewi Lestari, 2009, Dee’s Essential List #2, (http://dee-idea.blogspot.com). Diakses 28 Agustus 2009. Pkl 00.52.

(TULISAN INI PERNAH DIMUAT DALAM BUKU “WHERE TO GO BANDUNG” KERJASAMA KOMUNITAS ALEUT DAN INTISARI)