Tag: Cidadap

Ngaleut Cidadap: Mata Air di Kota Bandung Kini (2)

Ditulis oleh: Aditya Wijaya

Penampungan air di Setiabudhi tahun 1920. Foto: Leiden University

Tulisan ini adalah lanjutan dari bagian pertama Ngaleut Cidadap: Mata Air di Kota Bandung Kini (1). Bagian pertama adalah rangkaian perjalanan dan cerita saat mengunjungi Gedong Cai Cidadap dan Gedong Cai Tjibadak, sedangkan pada bagian ini saya ingin bercerita ketika kami mengunjungi tempat penampungan air di Setiabudhi dan Gedong Cai Cikendi.

Setelah dari Gedong Cai Cidadap dan Tjibadak, kami melanjutkan perjalanan menuju tempat penampungan air di Setiabudhi. Tempat ini tampak berbeda dengan Gedong Cai yang kami kunjungi sebelumnya. Bagian atas bangunan terlihat agak membulat dan tertutupi tanah dan rumputan, dulu bangunan seperti ini disebut sebagai gunung cai. Namun sayang ketika kami berkunjung ke sana, kondisi bangunan sudah tertutup dengan rerumputan. Sebagian bangunan juga terkena aksi vandalisme, penuh coretan.

Continue reading

Ngaleut Cidadap: Mata Air di Kota Bandung Kini (1)

Ditulis oleh: Reza Khoerul Iman

Relief nama Tjibadak – 1921 yang sudah dirapikan. Foto: Deuis Raniarti

“Tepat pada 29 Desember 2021 lalu, Gedong Cai Tjibadak diramaikan oleh banyak orang. Wartawan berdatangan, berbagai komunitas menghadiri tempat tersebut, MCK dan lingkungan sekitar direvitalisasi, bahkan Pelaksana Tugas (Plt) Walikota Bandung, Yana Mulyana, pun turut turun ke hadapan Gedong Cai Tjibadak”.

Entah sejak kapan saya menaruh perhatian khusus kepada gedong cai di Kota Bandung. Saya kira usianya yang telah genap menjadi satu abad bukan salah satu alasan saya mengenal gedong cai. Mungkin lebih karena aktivitas saya yang harus ke sana ke mari mencari berita yang akhirnya mempertemukan saya dan gedong cai.

Sewaktu mengikuti kegiatan Ngaleut Cidadap dan mampir ke gedong cai bersama rekan-rekan Komunitas Aleut, pada Kamis, 30 Desember 2021, ternyata juga dilakukan bukan karena usia gedong cai yang telah genap menjadi satu abad.

Continue reading

Ledeng

Foto-foto koleksi KITLV.


Foto-foto koleksi KITLV.

Ledeng… Sebagai nama kawasan, Ledeng sudah sangat akrab dengan warga Bandung, karena terdapat sebuah terminal untuk akses transportasi ke wilayah di sebelah utara kota Bandung. Selain itu juga di kawasan ini terletak salah satu kampus penting di Bandung, yaitu Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Tapi bagaimana ceritanya sehingga kawasan ini dinamai Ledeng?

Sampai tahun 1920-an daerah ini dikenal dengan sebutan Cibadak, sesuai dengan keberadaan sebuah mata air cukup besar di sana, Cibadak. Nama badak di sini ternyata selain dapat berarti mengacu pada hewan badak dan kemungkinan keberadaanya pada masa lampau di daerah ini[1], juga bisa jadi merupakan perubahaan dari kata bahasa Sunda lainnya, badag (=Cibadag), yang berarti besar.

Warga sekitar lokasi mata air ini memang mendapatkan cerita turun-temurun tentang besar atau melimpahnya air dari sumber mata air di sini. Hampir seluruh kampung di sekitar kawasan Cibadak lama memanfaatkan air dari tempat ini. Selain mata air Cibadak, ada juga beberapa mata air lainnya di dekat Cibadak, yaitu Cidadap dan Cikendi. Seluruh sumber air ini diberi benteng pelindung seperti tampak dalam foto kanan bawah, yang dibangun antara tahun 1920-1923.

Air yang melimpah ini disadap dan dialirkan melalui saluran pipa-pipa besar ke kawasan sekitarnya. Bangunan penyadapan tampak pada gambar kanan bawah. Pipa-pipa saluran berukuran besar yang melintang inilah yang yang kemudian menjadi cikal munculnya nama Ledeng bagi kawasan tersebut, karena ledeng (leiding) dalam bahasa Belanda memang berarti saluran. Sampai sekarang pipa-pipa ini masih tertanam dan dipakai sebagai saluran pembagian air ke pemukiman penduduk.

Gambar kiri atas adalah mata air Cibadak, sedangkan gambar kiri dan kanan bawah adalah rekaman foto saat peresmian instalasi penyadap air Cibadak yang dilakukan oleh Walikota Bandung, Bertus Coops, tahun 1921.

(Sumber foto KITLV)

 


[1] Lihat buku “Lie Kim Hok” karya Tio Ie Soei  dan dua buku Haryoto Kunto, “Semerbak Bunga di Bandung Raya” dan “Wajah Bandoeng Tempo Doeloe”

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑