USAHA NANTI ISTIRAHAT
Oleh: Haryadi Suadi

Lahirnya kembali UNI dari keadaan yang kacau balau ini sesungguhnya sesuai dengan cita- cita Kessler almarhum yang tak dapat dipatahkan semangatnya oleh siapa pun untuk bekerja keras demi kepentingan persepakbolaan (Pidato Komandan Militer Letkol Veth pada pembukaan Nieuw Houtrust 1 Maret 1947).
SEJAK tahun 1920-an bangsa kita tidak lagi cuma berpangku tangan sambil menonton. Mereka pun tidak ketinggalan membentuk organisasi sepak bola, seperti Persidja (Jakarta). BVB (Bandung), PSIM (Yogyakarta), VVB (Solo), PSM (Madiun), dan SIVB (Surabaya). Perlu diketahui bahwa Persib (BVB) di masa itu juga memiliki beberapa orang jagoan bolanya yakni Ibrahim Iskandar, Zainul Arifin, Saban, Cucu, Male, Sukiman, Ating Prawirasastra, dan empat orang Belanda, de Wolf, Boogh, Van der Putten, dan Wellfers.
Nama de Wolf di tahun 1930- 1936 terkenal sebagai the best keeper se-Bandung. Dialah yang telah berjasa mempertahankan benteng Bandung dalam kompetisi yang diadakan oleh NIVB di tahun 1931 sehingga kesebelasan Bandung berhasil meraih juara pertama. Ating di tahun 1958 menjabat sebagai Ketua Persib. Sementara itu, Ibrahim Iskandar menjadi Komisaris PSSI Wilayah Jawa Barat.
Kemudian, atas inisiatif Ir. Suratin, Dr. Soetomo, Oto Iskandar Dinata, Mr. Kusumaatmaja, dan Dr. Kayadu pada tanggal 29 April 1930 di Yogyakarta didirikan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) semacam NIVB buatan Belanda. PSSI telah melahirkan nama-nama Maladi, Sunarto, Sarim, Rakhim, Sumadi, dan Dr. Suroso yang di masa itu mendapat julukan ‘bintang lapangan hijau’. Di tahun 1935 nama PSSI semakin berjaya dan bahkan kepopulerannya mampu mengimbangi NIVB.
Melihat kenyataan ini konon NIVB merasa tersaingi. Oleh karena itu, di tahun 1940 NIVB mengajak bekerja sama dengan PSSI. Tetapi, kerja sama itu hanya sebentar karena tentara Jepang keburu mendarat di Pulau Jawa.
Continue reading