Oleh: Vecco Suryahadi (@Veccosuryahadi)

Tentu kita bertanya-tanya seperti apa Chinese Nieuwjaar atau Tahun Baru Cina di Bandung pasca kemerdekaan? Apakah saja yang warga etnis Tionghoa lakukan saat itu? Kali ini, saya akan menceritakan hal-hal yang ditemukan di koran-koran lama.

Foto Peresmian Bank Commercial Tionghoa di Bandung
Foto Peresmian Bank Commercial Tionghoa di Bandung

Pintu Kemakmuran di Ujung Tahun

Sebagian orang Tionghoa melihat pergantian tahun Cina sebagai waktu tepat untuk membuka pintu kemakmuran. Hal itu lah yang dilihat Tan Beng Kiam, The Tjie Tjhoen, Tan Kay Toeng, Tan Teng Pek, dan The Hong Liang saat membuka Commercial Bank di Chinese Voorstraat pada tahun 1952. Menurut Mr. Tan Kay Toeng, pembukaan ulang ini adalah bentuk pengembangan dari Tiong Hoa Siang Boe Tiong Hwee yang telah berdiri sejak tahun 1908. Fungsi kedua lembaga tetap sama yakni membantu para pemilik usaha kecil dan menengah.

Pada pembukaan Commercial Bank, hadir pula Gubenur R. Sanoesi Hardjadinata, Tuan Hordijk sebagai perwakilan Javasche Bank dan Commissaris van het Koninkrijk de Nedelanden te Bandoeng G. J. A. Velling. Tuan Sanoesi memiliki kepercayaan tinggi bahwa Commercial Bank dapat meningkatkan kesejahteraan warga Jawa Barat. Sedangkan, Hordjik lebih menekankan agar lembaga baru ini selalu bersiap dengan ancaman keuangan di masa depan.

Mempererat Tali Persaudaraan Pasca Revolusi

Tahun Baru Cina adalah waktu tepat untuk bertemu keluarga dan merekatkan tali silaturahmi. Hal itulah yang dimanfaatkan Chung Hua Tsung HuiTiong Hoa Siang Hwee, dan Partai Demokrat Tionghoa Indonesia untuk bertemu di sebuah gedung di Djalan Raya Barat. Dalam pertemuan ini, setiap tamu saling berjabat tangan dan mengucapkan selamat. Walau demikian terjadi obrolan dan kerja sama bisnis antar tamu. Pertemuan ini yang terjadi tahun 1951 dihadiri oleh Gubernur Sanusi dan Walikota Bandung Mr. Sabri.

Tahun Baru Cina pun digunakan oleh asosiasi murid Tionghoa bernama Ta Hsueh Hsueh Sheng Hui afdeling Bandoeng untuk bertemu dan berkenalan. Pertemuan ini dilakukan di Hotel Preanger pada tahun 1951. Sebelumnya, Preanger Bode memuat iklan yang intinya mengundang siswa-siswi etnis Tionghoa dan lainnya untuk datang. Selama pertemuan ini, setiap wakil sekolah memberikan pidato dan ucapan selamat. Pada akhir pertemuan, para murid menyanyikan lagu Lo Vivat untuk merayakan tahun baru.

Perayaan serupa pun terjadi empat tahun kemudian, yakni tahun 1954 atau Imlek 2505 yang diselenggarakan di bangunan Commercial Bank. Perayaan ini dimanfaatkan sebagian besar tamu untuk mempererat tali persaudaraan. Di antara tamu, hadir pula Walikota Bandung R. Enoeh dan Komisioner Hindia Belanda Mr. G. J. A. Velling.

Perayaan Imlek 2505 (1954)
Perayaan Imlek 2505 (1954)

Hal yang Dikurangi dan Tetap Ada

Sayangnya, ada yang berkurang saat perayaan tahun baru Cina pada tahun 1950-an. Hal itu terjadi karena warga etnis Tionghoa di Bandung dilarang menyalakan kembang api yang telah menjadi tradisi lama setiap tahun baru. Larangan itu diberikan langsung oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1951. Akibatnya, banyak warga Tionghoa yang merasakan Tahun Baru Cina tahun itu lebih hampa.

Walau demikian, masih ada beberapa tradisi lama warga Tionghoa yang tetap ada di Bandung era 50-an. Salah satunya ialah kegiatan pulang ke kampung halaman untuk bertemu keluarga besar.

Nah, cerita-cerita di atas adalah sebagian yang saya temukan. Mengenai kisah Imlek di Bandung era kolonial Belanda, pembaca bisa baca tulisan M. R. Wiryawan dan tulisan bertagar #imlek di web Aleut.

Baca juga artikel lainnya mengenai pecinan

(komunitasaleut.com – vss/upi)