Oleh : Indra Pratama
Metode termudah untuk mengidentifikasi adalah dengan membuat suatu penanda. Dalam musik industri dan industri musik kita mengenal istilah genre, yang dibuat untuk memudahkan media dan kita mengenal, menganalisis, dan berkegiatan sok-tahu lainnya tentang musik populer berdasarkan bunyi instrumen,tekstur, tangga nada, pola lagu dan waktu tertentu. Dalam sejarah populer dan sosiologi (konsep timeline) dikenal sebuah teori bernama Great Man theory.
Teori ini dipopulerkan oleh Thomas Carlyle pada 1840an melalui buku “On Heroes, Hero-Worship, and the Heroic in History”. Dalam buku tersebut Carlyle merumuskan fenomena yang sudah terjadi ribuan tahun bahwa “The history of the world is but the biography of great men,”, bahwa sejarah semata-mata hanyalah biografi dari orang-orang besar. Carlyle melihat sejarah sebagai hasil keputusan pribadi para “pahlawan”, dengan memberikan analisis rinci dari pengaruh orang-orang besar seperti Muhammad, Shakespeare, Luther, Rousseau, dan Napoleon. Epos tertua yang pernah ditulis dan kemudian ditemukan adalah teks Epos Gilgamesh dari 2000 tahun sebelum masehi, yang menceritakan kepahlawanan Gilgamesh dari Mesopotamia yang bertualang melewati berbagai halangan para dewa untuk akhirnya mendapat berkah pengetahuan yang dipergunakan untuk kemakmuran bangsanya. Lalu terjadilah, para pahlawan makin mendapat sorotan : cerita Jason dan Argonauts, Hercules, Buddhacarita, Mahabharata, Ramayana, Beowulf, Arthur, Joan of Arc, hingga Muhammad, Thariq, Alexander, Attila the Hun, Diponegoro, hingga Sebastian Pinera baik dalam epos yang entah fact or fiction,ataupun dalam biografi, dan autobiografi. Para pahlawan selalu dikarakterkan sebagai mereka yang berjuang nyaris one-man show, menjadi agen perubahan bagi kaumnya, dan seringkali dicitrakan sebagai satu-satunya aktor dalam timeline mereka.
Alhasil para penikmat kisah pun seringkali terperangkap pada pengkultusan, seolah-olah memang para pahlawan itu adalah manusia unggul yang semenjak lahir sudah bisa mengorganisir suatu perubahan, atau dalam otaknya sudah langsung ada gagasan-gagasan yang datang dari langit. Sosiolog Herbert Spencer menyatakan pandangannya akan pendekatan heroic ini : Before he can remake his society, his society must make him.
Jika memang para pahlawan itu manusia normal, yang hidup dengan proses lahir-belajar-salah-belajar lagi-praktik-gagal lagi-berhasil/gagal-mati, maka tentunya adalah tidak objektif bila kita mengkultuskan mereka. Seorang jenius pun butuh lingkungan yang mendukung untuk menemukan momen kejayaannya. Muhammad memang manusia istimewa, tapi tanpa bantuan Abu Bakar, ia tidak akan pernah mencapai Madinah untuk kemudian memulai mengorganisasi rezim super tangguh yang kemudian menguasai Timur-Tengah. Diponegoro mungkin akan tertumpas sebelum 1830 jika ia bukan seorang bangsawan. Jim Morrison memang jenius, tapi tanpa The Doors dia akan jadi pengamen puisi yang mabuk. Soekarno tanpa bimbingan Tjokroaminoto, tanpa sekolah HBS Surabaya, tanpa perlindungan Inggit, tanpa dampingan Hatta, dan tanpa desakan para pemuda tidak akan menjadi founding fathers Republik Indonesia.
Tanpa dukungan semesta (lingkungan), kejeniusan dan keinginan kuat para jenius hanya akan menjadi abu. Kepahlawanan mereka ternyata bergantung pada banyak faktor dan tidak terjadi sendiri sesuai keinginan mereka.Maka bagi saya untuk memahami sebuah sejarah, yang selalu saling berkait dari suatu waktu, adalah kurang baik apabila kita hanya fanatik dengan salah satu tokoh tanpa berusaha memahami lingkungan di sekitar si tokoh, dan lebih parah lagi, tanpa perbandingan sumber dan tanpa kritisi terhadap kisah resmi dari si tokoh. Kita tahu bahwa pahlawan adalah para pemimpin, dan pemimpin dekat sekali dengan godaan penggunaan propaganda dan pencitraan. Fanatisme dan pengkultusan tampaknya sudah terlalu lawas untuk dianut, karena ternyata dengan usaha super keras dan lingkungan yang baik serta nasib yang berpihak, semua dari kita bisa jadi pahlawan.
No weak men in the books at home
The strong men who have made the world
History lives on the books at home
The books at home
It’s not made by great men
Gang of Four – Not Great Men
Leave a Reply