Oleh : Fadhli A.Sadar

Sebagian warga bandung kini,menghabiskan waktu minggunya dengan pergi berolahraga di car free day Dago, atau  mungkin sebagian lagi beristirahat di rumah. Lain halnya dengan komunitas jalan jalan sejarah yang disebut Komunitas Aleut  yang pada hari Minggu pagi jam 8, tanggal 20 Februari 2010 mengadakan perjalanan menuju kawasan Chinatown atau kawasan Pecinan Kota Bandung,sehari setelah perayaan Cap Go Meh.
Komunitas yang sudah berdiri sejak tahun 2006 ini telah melakukan ngAleut (istilah bahasa sunda yang artinya jalan-jalan bareng) ke berbagai daerah di Bandung. kali ini mengunjungi kawasan pecinan yang orang awam mungkin tidak ngeh,bahwa jalan yang dilintasinya adalah kawasan tempat bermukimnya warga keturunan Cina.

Perjalanan dimulai dari Gedung KAA Asia Afrika menuju jalan Banceuy dan Alketeri (berawal dari Al-Katiri).  Di Alkateri ini kami, berhenti di seberang kedai kopi yang sudah sejak tahun 1900an berdiri,untuk memberikan penjelasan mengenai informasi daerah yang kita kunjungi saat ini. Kedai Kopi Purnama,berdiri karena kebutuhan warga keturunan Cina akan minum kopi di pagi hari,yang  merupakan tradisi bagi mereka . Selain informasi mengenai kedai kopi,kami jadi tahu kawasan Alketeri dulunya adalah kawasan yang dihuni  oleh pendatang pendatang dari timur, seperti Arab, Pakistan,dan India. Nama Alkateri sendiri diambil  dari nama klan Arab yang terkenal yaitu Al-Katiri,yang bermukim di daerah tersebut.

Lalu perjalanan dilanjutkan menuju Jalan Pecinan Lama dimana kita masih bisa melihat beberapa ruko yang nuansa arsitekturnya sangat Cina. Tapi sayangnya ada beberapa gedung yang tak terawat, dan ada yang bagian dalamnya direnovasi total.

Aleutian berhenti untuk mendapatkan penjelasan mengenai kawasan Jl Pecinan Lama

 

Ngaleut dilanjutkan menuju jalan belakang Pasar Baru – salah satu kawasan teramai di Kota Bandung. dan berhenti di tempat makan Cakue Osin yang terkenal akan cakuenya yang hampir sepanjang tangan orang dewasa. Disana Aleutians (sebutan buat penggiat aleut) istirahat sejenak, dan menyantap bubur kacang tanah.

Lalu perjalanan kita mulai kembali ke Jalan Saritem,menuju Vihara Satya Budhi. melewati Jalan Kebonjati kami mendapatkan cerita bahwa dulu di kawasan ini sempat ada hotel dengan arsitektur unik,yakni Hotel Surabaya. Sayang hotel tersebut hanya disisakan bagian depannya. Padahal jikalau hotel tersebut dirawat dengan baik, mungkin akan menjadi daya tarik wisatawan berkunjung kesana.

Perjalanan berakhir di Vihara Satya Budi di Jalan Kelenteng, selain melihat arsitektur dan tradisi klenteng di Indonesia, di vihara itu kami mendapatkan penjelasan penutup, betapa berpengaruhnya budaya Cina dalam kehidupan kita.  betapa tradisi Cina berpengaruh besar dalam pembangunan bangsa ini. Jadi jangan lagi ada gap antara pribumi dan dan warga keturunan Cina. kita bagaimanapun harus berterima kasih . xie xie