carpe diem
Jika mencari Mesjid di kawasan Cipaganti, tujuan kita pasti Mesjid Cipaganti. Mesjid yang tergolong besar ini ternyata memiliki cerita masa lalu yang menarik untuk dipelajari. Kenapa tidak. Jika kita membaca peta Bandung era kolonial, kita akan menemukan lokasi Mesjid Cipaganti berada di kawasan perumahan orang Eropa.
Pada awalnya, telah ada kampung di kawasan Cipaganti. Kampung tersebut adalah Kampung Cikalintu. Kampung Cikalintu yang telah memiliki penduduk dipilih oleh Wiranatakusumah II sebagai lokasi ibukota baru. Hal ini terjadi karena Kampung Cikalintu memiliki sumber mata air atau pangguyangan badak putih dimana merupakan salah satu syarat pemilihan lokasi ibukota.
Sayangnya, Kampung Cikalintu berlokasi sangat jauh dari Jalan Raya Pos. Oleh karena itu, Wiranatakusumah II diharuskan mencari lokasi ibukota yang dekat dengan Jalan Raya Pos. Akhirnya, Wiranatakusumah II menetapkan Kampung Bogor sebagai lokasi ibukota baru. Karena pencarian lahan pengganti, muncullah nama Cipaganti yang bermakna “lahan pengganti”.
Kembali ke Mesjid Cipaganti. Mesjid Cipaganti pada awalnya berada di Nylandweg. Nylandweg ini berdekatan dengan Lembangweg atau Jalan Setiabudi. Kemudian beberapa tahun setelah kemerdekaan, Nylandweg diganti dengan nama Jalan Cipaganti.
Mesjid Cipaganti yang berada di Jalan Cipaganti memiliki informasi–informasi penting. Informasi–informasi tersebut berdasarkan plakat yang terpasang di Mesjid Cipaganti, antara lain:
1. Pembangunan Mesjid Cipaganti ini dimulai dari 7 Februari 1933 sampai 27 Januari 1934 sehingga memakan waktu kurang dari setahun.
2. Batu pertama Mesjid Cipaganti diletakkan oleh Raden Tg. Hassan Soemadipaadja yang menjabat bupati Bandung, Raden Rg. Wirijadinata yang menjabat patih Bandung, dan Raden Hadji Abdoel Kadir yang menjabat hoofd penghulu Bandung.
3. Mesjid Cipaganti dirancang oleh Prof. C. P. Wolff Schoemaker.
Sang arsitek Mesjid Cipaganti, Prof. C. P. Wolff Schoemaker sangat terkenal dengan mengambil konsep arsitektur Jawa, yang sepertinya diterapkan pada Mesjid Cipaganti. Konsep ini dipasang dengan pemakaian atap berundak pada tengah bangunan, mustoko pada atap bangunan, dan soko guru tatal sebagai empat tiang utama.
Pada tanggal 28 Oktober 1983, Mesjid Cipaganti direhabilitasi dan diresmikan oleh Walikota Ateng Wahyudi. Rehabilitasi ini dilakukan dari 2 Agustus 1979 sampai 31 Agustus 1983. Rehabilitasi ini menghasilkan sayap kiri dan kanan pada Mesjid Cipaganti. Walaupun telah direhabilitasi, kita masih bisa menikmati bangunan asli dari Mesjid Cipaganti.
Sumber foto :
Komunitas Aleut
Leave a Reply