Oleh : Annisa Wibi

Siapa sih yang enggak tahu bioskop? Hampir semua orang pasti udah pernah nonton film di bioskop. Dulu, bioskop itu sifatnya berpindah-pindah atau mobile, dari suatu tempat ke tempat lain.

Pada tahun 1905, untuk pertama kalinya sebuah film masuk ke kota Bandung dan diputar di sebuah tempat di Jalan Braga, yang sekarang menjadi sebuah restoran yang menyediakan menu berbahan dasar ‘bebek’. Pada tahu kan restoran yang dimaksud apa? Yup, Bebek Garang. Nah, bioskop itu namanya Helios yang berarti dewa matahari. Jangan bayangkan bioskop dulu sama persis seperti sekarang ini, jaman itu bentuknya masih seperti layar tancep.

Beberapa tahun kemudian, dibangunlah seperti sebuah kompleks atau kawasan khusus untuk bioskop. Selain terdapat bioskop didalamnya juga terdapat layar tancep yang dikenal dengan istilah theatre. Contohnya adalah seperti gedung Majestik atau AACC di Braga, yang merupakan gedung khusus Bioskop.

Pernah memperhatikan bangunan tua terletak persis di depan Bandung Indah Plaza (BIP), Jalan Merdeka? Ternyata dulunya bangunan itu merupakan salah satu bangunan bekas bioskop di Bandung yang bernama Panti Karya. Panti Karya ini bukan sebuah gedung yang sengaja dibangun untuk bioskop, melainkan gedung milik PJKA. Gedung ini dijadikan bioskop karena pada jaman itu perfilman sedang booming di Bandung.

Ngomong-ngomong soal theatre dan bioskop, dulu tuh orang pribumi enggak boleh nonton di dalam gedung bioskop, kalau pun nonton di dalem bioskop, nontonnya harus dibalik layar, otomatis orang pribumi ketika itu nonton filmnya terbalik, hehe lucu ya.

Nah, jadi kalau orang pribumi mau nonton film enggak terbalik, ya bentuknya layar tancep. Kalau gerimis bubar alias misbar!

Oya, ternyata Lutung Kasarung merupakan film pertama di Indonesia loh! Film ini dibuat di sekitar Bandung dan Padalarang, terus pemeran-pemeran di film ini berasal dari keluarga Wiranatakusumah yang katanya cantik-cantik. Tapi, karena sutradara film ini berkebangsaan Belanda, jadi film ini enggak dianggap sebagai film pertama di Indonesia sampai pada tahun 1956 muncul lah sebuah film yang berjudul Darah dan Doa yang kemudian dianggap sebagai film pertama di Indonesia.

Bioskop lainnya di Bandung, yaitu di Gedung BI Bandung sekarang ini. Tempat itu merupakan salah satu theatre di Bandung bernama Vanda Theatre sebuah bioskop kelas menengah bawah. Tapi karena tempat ini hanya sebuah theatre yang kegiatannya cuma nonton, tempat ini jarang banget dipakai buat nongkrong. Biasanya orang-orang nongkrong di Kebon Raja atau sekarang dikenal dengan nama Balai Kota. Sayangnya, dulu Kebon Raja ini imejnya negatif karena terkenal dengan sebuah taman yang banyak waria nya dan kegiatan prostitusi. FYI, jalan di depan gedung ini, yaitu Jalan Perintis Kemerdekaan merupakan jalan pertama yang di ‘aspal’ di kota Bandung loh..

Bekas bioskop jaman dulu selanjutnya adalah Bioskop Apollo. Terletak di daerah Banceuy, di belakang Kantor Pos Alun-alun. Alun-alun itu sendiri merupakan pusat dunia bioskop di Bandung. Banyak sekali bioskop-bioskop yang berada di daerah ini seperti Bioskop Elita yang kelas Mewah, Bioskop Radiocity dalemkaum, Bioskop Regol, Bioskop Dian disamping Palaguna, Bioskop Nusantara, Bioskop Dallas, Bioskop Galaxy, sampai Plaza Parahyangan pun dulunya adalah sebuah bioskop.

Dari daerah Alun-alun, lanjut ke daerah Luxor Permai. Terdapat bangunan bekas bioskop tua di Bandung, namanya Bioskop Roxy. Bioskop ini merupakan bioskop yang memutar film bicara pertama, karena dulu tuh film hanya sebuah gambar dan musik.

Sebenarnya masih banyak bioskop-bioskop tua lainnya selain yang diceritakan disini. Seperti daerah kosambi, cicadas, dan daerah lainnya di Bandung. Ini hanya beberapa. Semenjak tahun 1990-an, bioskop independen sudah semakin berkurang, makin kesini bioskop rata-rata bergabung dengan mall, seperti yang kita ketahui saat ini.

Lalu, siapakah orang dibalik bioskop-bioskop di Bandung ini? Jawaban nya adalah F.A Busche (maaf kalo salah nulis). Beliau dikenal sebagai Raja Bioskop kota Bandung pada masa itu, karena hampir 80 persen jaringan bioskop di kota Bandung ini dikuasainya.

Julukan Kota Kreatif sepertinya memang sudah sejak dulu dipegang oleh kota Bandung ini. Selain art, musik, ternyata puncak perfilm-an pun pada tahun 1970 berpusat di Bandung. Wow! Yuk! Sebagai generasi muda, kita buat Bandung makin kreatif lagi! (Sumber: Komunitas Aleut)

Original Post : http://bandung.detik.com/read/2011/05/27/104320/1648306/667/menelusuri-bioskop-tua-di-bandung?881104485