Oleh : Bpk.Asep Suryana
Saya tidak sengaja menunjukkan satu bong yang bentuknya antik, mirip dengan profil bangunan bangunan di daerah Pecinan belakang Pasar Baru Bandung. Ternyata itu adalah makam Letnan Cina yang bernama Tan Joen Liong (1859-1917) beberapa literatur menulilskan Tan Djoen Liong. Artinya pada waktu masih hidup beliau pernah memimpin orang Cina di Bandung.
Meskipun pada masa lalu saya sering ke komplek Kuburan Cina Cikadut Bandung, tetapi tidak mengetahui adanya makam seorang Letnan Cina. Letak makamnya tidak jauh dari Los atau gerbang masuk komplek pemakaman.
Dari Pak Steve Haryono yang banyak mengetahui mengenai budaya Tionghua, saya mendapatkan daftar opsir di Bandung berdasarkan Regerings Almanak ada tiga Letnan:
1. Oei Boen Hoen (1881-1882)
2. Tan Hay liong (1882-1888)
3. Tan Djoen Liong (1888-1917, putra Tan Hay Liong)

Pemilihan acara ngAleut hari Minggu tanggal 14-11-2010 setelah melalui rembugan kilat dengan rekan Cici dan Asep Nendi sehari sebelumnya. Saya pikir juga Komunitas Aleut belum pernah ngAleut ke sini, jadi ada baiknya ngAleut ke tempat yang belum pernah disambangi. Keberadaan Kuburan Cina Cikadut hampir tidak disinggung dalam buku-buku mengenai Bandung. Setelah Sentiong-Banceuy tidak lagi menjadi tempat pemakaman bagi orang Cina dan juga Belanda pada masa awal abad ke-20, maka daerah Cikadut menjadi pekuburan Cina yang terus menerus semakin luas. Seorang penunggu salah satu makam mengatakan luas komplek ini 270 hektar.
Ketika mengamati sebuah makam keluarga yang diberi nama Atlantic Park, kami ditunjukkan oleh penunggu makam, salah satu kuburan orang Belanda. Saya kira satu-satunya kuburan Belanda di komplek Kuburan Cina Cikadut. Tahun meninggalnya 1921.

Perjalanan kemudian dilanjutkan ke krematorium, serius ini adalah tempat untuk kremasi mayat, bukan untuk ‘keramas’. Bangunan ini didirikan tahun 1967 dan mempunyai tiga oven untuk kremasi.

Setelah mengunjungi dua makam raja tekstil di Bandung perjalanan diteruskan ke Situs neolitik Panyandaan yang letaknya sebelah utara dari Kuburan Cina Cikadut. Situs Panyandaan sudah disinggung dalam penelitian geolog Swiss Dr. W. Rothpletz (1951) sebagai kuburan masa pra Islam. Kami mencapai puncak Pasir Panyandaan dengan susah payah (kecapaian) dan di sekeliling situs kini berdiri komplek pesantren. Kini tugas kami selain mendokumentasikan perjalanan ini adalah mengumpulkan informasi yang berkaitan dan melakukan studi.


wahh kerenn euuyy ngaleuutt yang bermanfaat
banyak ilmu tahh yang di dapattt
tapii te seremmm tahhh.. ka kuburann
ckckkckckckkc
ok sipp
sukses lahh
sampurasun,wah hebat pisan buat aa dan teteh yg ganteng itu baru anak muda harapan bangsa.kang ay jg urang panyandaan asli rindu pissan kl lihat kl lihat situs panyandaan,teringat sy mengenang rasa kecil dl,dan udah 20 tahun sy ga pulang kampung,tp alhamdulilah sy masih memengang lontar situs panyandaan.kl mau jelas dongkap we ka alamat pribados di el***********@***il.com nuhun
salut lah abdi oge orang cikadut asli dari masa kecil sampe sekarang cuma itu kampung halaman saya saya tau persis kegiatan para pemborong cikadut yang merawat makam tionghoa/ cina ter masuk orang tua saya untuk lahan buat pemakaman kurang lebihmeng habiskan empat gunung termasuk tempat krematorium yang punya yayasan dana sosial priangan yang baru itu per batasan kota bandung dan kabupaten bandung.
Tanpa sengaja kami berkunjung kesitus ini setelah mencari padanan kata Titulair. Kami sebagai turunan dari Tan Hay Liong dan Tan Yun Liong,mengucapkan banyak terimakasih atas adanya tulisan ini. Betul saya pernah menemukan sebuah dokumen tentang penunjukan ancestor kami sebagai kapitein titulair suatu saat yang lampau. Perlu diketahui juga bahwa sebuah jalan yang pada saat ini bernama Baranang Siang pernah dinamakan sebagai jalan Tan Yun Liong atas jasanya membuat jalan tersebut.. Sekaligus kami juga sedih melihat bahwa pernah adanya vandalisme terhadap makam leluhur kami.Semoga nanti ketika kami berkunjung kemakam keluarga dapat mengenang masa-masa kecil kami..
Pendek kata Keep Bandung Beautiful euy
Wah menyenangkan sekali. Semoga kita bs menjaga pengetahuan ttg kapiten tidak punah. Salam.