
Peserta sedang memperhatikan penjelasan ipin – Komunitas Aleut
Oleh : Rulfhi Pratama (@rulfhi_rama)
Pagi itu kamu dan beberapa manusia lainnya sedang menunggu di Taman Lansia. Sebuah taman yang berada di Jalan Diponegoro dekat dengan Museum Pos dan tak terlalu jauh dari Museum Geologi. Taman ini kini kian populer setelah seekor T-Rex sengaja di daratkan untuk bertempat tinggal disini.
Tentu yang kamu maksud bukan seekor T-Rex sungguhan tetapi hanya replika dari binatang pra sejarah ini. Replika T-Rex ini menjadi spot instagrameble yang berada di Taman ini. Tentu kamu kesini bukan hanya untuk melihat dan berfoto dengan replika T-Rex. Kamu akan mengikuti biotour volume #2 yang bertajuk “Poisonous December: Tumbuhan Berbahaya di Sekitar Kita” yang diselenggarakan oleh Indischemooi dan Mooi Bandoeng.
Ini bukan pertama kalinya buat kamu. Kamu sebelumnya sudah mengikuti biotour volume #1 yang bertajuk “Bandung Botanical Garden”. Keseruan dan pengetahuan yang kamu dapatkan di biotour volume #1 membuat kamu tak ragu lagi untuk mengikuti biotour volume #2.
Sambil menunggu manusia-manusia lainnya berdatangan kamu menyantap sekotak snack: martabak, kue yang telah dibagikan panitia. Kebetulan sekali kamu saat itu belum sarapan hingga kamu habiskan semua makanan tersebut dan hanya menyisakan sebotol air mineral untuk amunisi di perjalanan.
Perut sudah terisi dan para manusia lainnya pun sudah berdatangan. Seorang pria berkemeja flannel menyuruh kamu dan manusia lainnya untuk merapat dan membuat sebuah lingkaran. Kemudian tak lama dari itu suara wanita menyapa kamu dan menjelaskan apa itu biotour. Suara wanita itu tak terlampau keras, sayup-sayup kamu dengar ia memperkenalkan para pemateri dalam biotour kali ini. Arifin atau yang biasa dipanggil Ipin menjadi pemateri untuk urusan tumbuhan, Mbak Nurul yang lekoh dengan logat Mbantul bertindak sebagai juru selamat yang memperkenalkan kamu dengan urusan obat-obatan dan terakhir ada Pak Hevi yang bertindak sebagai pemateri sejarah dari Taman di Kota Bandung.
Kamu tentunya sudah tak sabar untuk mendengarkan setiap penjelasan mengenai tumbuhan berbahaya yang hidup sekitar kamu sekarang. Kamu telah mempersiapkan buku catatan kecil yang ditemani ballpoint yang siap mencatat apa yang kamu anggap penting. Tak ketinggalan sebuah camera mirroless seri terbaru asal negeri Jepang yang siap mengabadikan setiap momen dalam biotour kali ini.
Secara umum, suatu jenis tumbuhan dikatakan sebagai tumbuhan berbahaya apabila memiliki bagian tubuh yang dapat menyebabkan luka fisik pada manusia dan hewan. Bagian tersebut dapat berupa duri, rambut penggatal, dan kristal kalsium oksalat. Contohnya yaitu, salak, mawar. Selain bisa menyebabkan luka fisik, tumbuhan beracun bisa menyebabkan rasa sakit, cedera serius hingga kematian jika racun tersebut masuk ke dalam tubuh manusia. Ipin mengatakan tak terlalu sulit untuk mengenali tumbuhan beracun. Sebab tumbuhan beracun memiliki karakter yang mudah dikenali, seperti warna yang menyolok, beraroma kuat, atau bergetah.
Meskipun tumbuhan beracun hidup disekitar kita bukan berarti harus dimusnahkan. Tumbuhan beracun telah hidup menjadi bagian dari kehidupan yang memiliki manfaat untuk makhluk hidup. Tumbuhan ini telah memberikan oksigen secara cuma-cuma, akar-akarnya mencengkram tanah mengurangi dampak erosi, daun-daunnya dapat menjadi santapan untuk makhluk herbivora tertentu, dan senyawa racunnya dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk manusia dalam dosis tertentu.
Kemudian kamu melihat Ipin mengeluarkan jambu mete (Anacardium occidentale) dari tas putih jinjing yang dipegang oleh gadis yang cukup manis. Jelas kamu sudah sering melihat jambu mete atau yang kampung halaman kamu lebih dikenal dengan sebutan jambu monyet. Meskipun namanya jambu nyatanya tak berkerabat dengan jambu biji maupun jambu kopo. Malah jambu mete berkerabat dengan mangga (Mangidera indica) karena sama-sama dikelompokan dalam suku Anacardiaceae (mangga-manggaan). Jambu mete mengandung senyawa urushiol pada bagian getahnya. Senyawa ini dari golongan resin yang menyebabkan dermatitis jika kontak dengan kulit. Senyawa inilah yang menyebabkan mulut kita terluka dan iritasi ketika memakan “buah” jambu mete yang masih muda.

Ipin sedang menunjukan salah satu tumbuhan – Komunitas Aleut
Kamu mendengarkan dengan seksama apa yang keluar dan mulut Ipin. Sesekali kamu menuliskan di catatan yang kamu bawa dan mengarahkan lensa ke objek yang dipegang Ipin. Setelah itu kamu maju sekitar tujuh langkah mengikuti manusia-manusia lainnya untuk menuju pohon kawung. Kawung banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Sebagian besar bagian kawung bisa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Air yang disadap dari tangkai perbungaannya dapat dibuat nira, gula merah, maupun difermentasi menjadi tuak. Serat pada tangkai daunnya digunakan sebagi ijuk. Bagian umbut dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat, karena mengandung pati atau karbohidrat. Selain itu buahnya dapat diproses menjadi kolang-kaling. Namun kulit buah yang masih muda dapat membahayakan, karena menyimpan kristal kalsium oksalat. Kristal ini mampu menimbulkan reaksi alergi apabila mengenai jaringan kulit manusia.
Tak terasa kamu telah berkeliling Taman Cilaki dan menuju Taman Kandaga Puspa. Taman yang pernah dihiasi dengan berbagai bunga. Namun kini kamu tak dapat menemukan bunga satu pun dan beberapa fasilitas pun terlihat terbengkalai. Sungguh disayangkan. Disini kamu masih tetep antusias untuk mendengarkan penjelasan dari Ipin. Layaknya kantong ajaib Doraemon tas putih yang dijinjing seorang gadis yang selalu di dekat Ipin ini mengeluarkan sebuah tumbuhan yang bisa menimbulkan halusinasi, jika terkena racunnya. Uniknya lagi Ipin membeberkan alasan kenapa selama ini ada istilah nenek sihir tapi tak ada kakek sihir, itu semua ternyata ada kaitannya dengan tumbuh-tumbuhan.
Sinar matahari sudah mulai membakar kulit kamu. Kamu segera memakai topi. Tapi teriknya matahari tak mengalahkan semangat kamu untuk tetap menjelajahi, mempelajari ilmu-ilmu dan pengetahuan yang diberikan pemateri dalam kegitan biotour ini. Tak terasa kamu sudah menginjak kaki di Cibeunying Park. Taman yang terlihat seperti sebuah food court daripada sebuah Taman. Disini menjadi titik terakhir dan disinilah kamu mendengarkan penjelasan Mbak Nur mengenai penanganan pertama jika terkena racun, segera muntahkan kemudian minum air kelapa murni boleh yang merek atau tidak bermerk. Jika masih berlanjut segera bawa ke dokter.
Kemudian setelah penjelasan mengenai penanganan racun selesai. Acara dilanjut dengan sesi sharing, lalu pembagian bibit pakcoy dan ditutup dengan foto bersama maka kegiatan biotour volume #2 akan segera berakhir.

Foto keluarga Biotour volume #2 – Komunitas Aleut
Dengan berakhirnya kegiatan kamu merasa sedih. Namun nyatanya hari kamu belum berakhir, kamu dan manusia-manusia lainnya mendapat keberuntungan. Panitia Indischemooi dan Mooi Bandoeng ternyata memiliki kejutan bagi para peserta tour yakni tiket Museum Gedung Sate. Museum yang belum lama ini baru diresmikan dan telah memadukan dengan kecanggihan teknologi. Kamu sontak senang dengan kabar ini dan kamu berjanji akan menceritakannya, jadi tunggu saja.
Baca juga artikel menarik lainnya!
0 Comments
1 Pingback