Oleh : Taufik Hidayat
Bandung ,13 Juni 2010
Saat orang ramai ramai membicarakan tentang video xxx yang salah satunya mirip musisi dari Bandung dan pertandingan sepak bola Piala dunia di Afrika Selatan,disalah satu sudut Dago yang memang benar untuk padago dago terdapatlah sekumpulan orang yang sedang tidak membahas ke 2 hal tersebut tapi sedang merencanakan sebuah strategi,ibarat sebuah perang maka teknik dan strategi yang dipakai adalah perang gerilya,bukan bertugas untuk melawan kompeni karena kita sudah berada dijaman merdeka bukan pula perang melawan korupsi karena itu tugas KPK tapi untuk menembus dan menjelajahi sebuah kawasan yang biasa disebut dengan Patahan Lembang atau sesar lembang.
Para “Gerilyawan” aleut! tersebut tidak dipersenjatai AK 47,bambu runcing ataupun berpakaian militer ala gerilyawan kemerdekaan atau gerilyawan suku Moro dari Filipina.Mereka adalah masyarakat yang terdiri dari berbagai kalangan dan profesi dari mulai pelajar,mahasiswa,pekerja hingga wartawan.
Medan yang akan ditembus dan dijelajahi dimulai dari jalanan beraspal,jalan setapak,jalan berbatu ,hutan hingga menembus bukit bersemak belukar.
Patahan Lembang merupakan salah satu landmark geologis yang paling menarik di Dataran Tinggi Bandung dan ekspresi geomorfologi yang jelas dari aktivitas neotektonik di Cekungan Bandung.Patahan Lembang secara morfologi diekspresikan berupa gawir sesar (fault scrap) dengan dinding gawir menghadap kearah utara. Bagian Sesar Lembang yang dapat dilihat, baik dari peta topografi terutama dari foto udara ataupun citra satelit, mempunyai panjang 22 km. Dari timur ke barat, tingginya gawir sesar yang mencerminkan besarnya pergeseran sesar (loncatan vertical/throw maupun dislokasi) berubah dari sekitar 450-an meter di ujung timur (Maribaya, G. Palasari) dan 40-an meter di sebelah barat (Cisarua) dan kemudian menghilang di ujung barat utara Padalarang.Patahan tersebut sangat rawan terjadinya pergerakan tanah yang bisa menyebabkan gempa bumi didaerah lembang,bandung dan sekitarnya.
Zona pertama yang akan dilalui dimulai dari terminal Dago dengan jalanan beraspal menanjak hingga ke daerah dago atas atau daerah kordon,disana sekarang berjejejalan rumah rumah mewah yang seharusnya adalah daerah resapan air,didaerah tersebut pun dulu banyak ditemukan alat alat dari jaman purba berupa kapak genggam,mata panah batu dan lain lain.
Zona selanjutnya dari kordon menuju Warung bandrek dengan medan yang cukup menguras tenaga namun sebanding dengan keindahan pemandangan disana.Bukit bukit yang terhampar luas dengan tangan “kreatif” manusia disulap menjadi kebun kebun sayur yang mana seharusnya fungsinya sebagai daerah resapan air dan bisa dibayangkan nanti alam pun akan lebih “kreatif” lagi terhadap manusia.
Disana dapat terlihat Bandung yang berupa cekungan dan dikelilingi pegunungan dan coba bayangkan dahulu saat Bandung dahulu masih menjadi danau purba yang sangat luas dan besar.
Sesampainya diwarung bandrek para “gerilyawan” sejenak berisirahat dan mengisi “amunisi” karena perjalanan masih cukup jauh,warung bandrek ternyata sudah lama menjadi “markas” para pasukan “sapedah” yang saat itu memenuhi warung dan badan jalan.
Penjelajahan pun berlanjut,zona didepan cukup menantang dengan jalan setapak ditengah hutan dan rimbunnya semak belukar.Terdengar dari kejauhan suara raungan “Bremm,,Bremmm,Bremmm” suara apakah gerangan itu dan tenyata suara dari sebuah kendaraan roda dua bermesin yang suaranya cukup memecah kesunyian hutan dan dibelakangnya mengeluarkan sebuah asap.
Ouh No…!! Di depan jalan setapak yang akan dilalui terdapat sebuah “ranjau darat” berupa kubangan seperti parit yang berlumpur,beberapa ada yang terjebak dan terjatuh tapi tak menyurutkan semangat para “Gerilyawan” Aleut!.
Memang semua itu tak sebanding dengan perjuangan para gerilyawan/pejuang kemerdekaan dahulu saat berperang merebut kemerdekaan.Bisa dibayangkan keadaan saat jaman merebut kemerdekaan dahulu dan sekarang kita cukup menikmati kemerdekaan tersebut dan mengisi kemerdekaan tersebut dengan bermanfaat.
Dengan memakan waktu sekitar 7 jam perjalanan menyusuri patahan lembang,akhirnya penyisiran pun berakhir didaerah cibodas lembang yang mulai berselimut kabut.Misi menembus dan menyusuri patahan lembang pun dinyatakan berhasil.
Hujan deras pun mengiringi perjalanan pulang didalam armada pengangkutyang sedang melaju menuju markas besar Aleut! dijalan sumur Bandung no.4
Sumber pelengkap :
http://geodesy.gd.itb.ac.id/?page_id=82
kunjungi juga blog :
http://opakopik.multiply.com/
Like this!
Betul pengendara motocross sering dikeluhkan penduduk, apalagi yang melintas antara Suntenjaya dan Cibodas (KBB), dengan Kec. Cimenyen (Kab. Bandung), juga orang-orang yang melakukan hiking.
penduduknya harus bikin gerakan protes kayanya.. eh kalo aleut diprotes nggak?
kenapa yg hiking di protes…
kayany yg hiking mah buang sampah smbarang merenan…tp aleut! pas kmren mah ga lah..
judul tulisannya bagus.
@dewi : lumayanlah judul nya z yg bagus..hehehe