Oleh : Nara Wisesa
“Cinta Cinta Cinta… Indonesia… Negeri Bagaikan Permata… Persada Bermandi Cahaya Gemilang…
Oh Tanah Air Beta… Nan Elok Rupawan… Inilah Senandung Pujaan…” (G.S.P.)
Setelah kemaren ikutan acaranya Komunitas Aleut (nonton bareng dokumenter ‘jadul’ pendek berjudul “Indonesia Calling” dan sharing sama Tante Charlotte “Lottie” Maramis), terus baca tulisannya Indra sama Kuke… Jari jemari yang padahal ngakunya masih hoream (males) ngetik gara2 disuruh kerja rodi pas periode tesis kemaren, jadi tiba-tiba gatel pengen bergaul lagi dengan keyboard laptop…
sekilas lebih banyak tentang acaranya bisa diliat disini 🙂 http://www.facebook.com/album.php?aid=2041323&id=1069614412#!/photo.php?pid=31009100&id=1069614412&ref=fbx_album
Di akhir acara kemaren, topik hangat yang terangkat dari pertanyaan/komentar Bang Ridwan ke Tante Lottie adalah mengenai Cinta Indonesia… Mengapa beliau yang notabene seorang “Aussie” bisa memiliki kecintaan sebegitu dalamnya terhadap Indonesia… Asiknya dari pertanyaan ini, dan jawaban dari tante Lottie (yang saya jujur aja gak bisa nulis ulang disini gara-gara kemaren keasikan jepret sana jepret sini), mungkin adalah efeknya ke teman-teman yang berada disana… Sebagai orang-orang yang ceunah mah “pribumi”, asli Indonesia, lahir dan besar di Indonesia, secinta apakah kita terhadap Indonesia?
Terus saya jadi mikir (jadi ajah otak ngebul, udah lama gak dipake mikir soalnya)… sebenernya yang perlu kita cintai dari Indonesia tu yang mananya aja yah…
Apakah yang bagus-bagusnya aja; kekayaan alam, semangat juang 45, ke”bhinneka-tunggal-ika”an dan toleransi kita terhadap sesama (walau mungkin akhir2 ini bisa diperdebatkan), kehebatan rekan-rekan kita yang mengharumkan nama Indonesia, lagu-lagu nasionalis sebangsa yang diatas…
Atau apakah kita patut juga mencintai seluruh elemen Indonesia tanpa kecuali… termasuk koruptor2, provokator2, orang2 bejat, pemales dan gak beresnya (mungkin termasuk saya juga ;p), polusinya, kerusakan alamnya, sinetron-sinetron dan lagu-lagu gak jelasnya… Hal-hal yang seringkali membuat kita jadi ‘ilfil’ atau kecewa sama Indonesia…
Kan ada yang disebut “unconditional love”… mencintai sesuatu apa adanya… sisi baiknya maupun buruknya… dalam senang maupun dalam susah… apakah kita juga perlu mencintai Indonesia apa adanya? Bisakah kita dari kecintaan yang apa adanya seperti itu kemudian memperbaiki keburukan yang ada sesuai dengan kemampuan kita?
Apakah “keburukan” itu “mau” berubah?
Jujur aja waktu ditanya sama temen-temen waktu kuliah kemaren tentang Indonesia, saya juga menceritakan tentang kesemrawutannya… ketidak-teraturannya… kesannya jadi kaya saya curhat tentang sisi buruknya Indonesia… (tenang, saya juga cerita yang bagus-bagus koq… ;p)
Anehnya, ada temen yang malah komentar, koq dari cara saya bercerita, saya terkesan bangga atas sisi-sisi buruk itu…
Jadi mikir… apa bener saya suka/bangga dengan keadaan itu… Atau karena saya sudah terlanjur mengidentikkan keadaan itu dengan Indonesia… sebagai bagian yang saat ini integral dengan Indonesia… sebagai sesuatu yang “uniquely Indonesian”…
Herannya juga, sekembalinya ke Indonesia, seakan terseret kembali ke keadaan semula… Mau nyetir baek-baek sesuai peraturan, koq ya mobil-mobil lain pada bikin nasteung (panas beuteung – utk yg gak ngerti silakan tanya orang sunda terdekat ;p)… Mau banyakin jalan kaki atau mau naek sepeda kemana-mana kaya waktu diluar koq ya kaya menyabung nyawa… Udah ngantri sopan-sopan koq ya orang-orang pada nyerobot minta digeplak…
as Leo Tolstoy said, “Everyone wants to change the world, but no one wants to change themselves”
semua orang ingin membuat perubahan di dunia (dalam skala besar)… tapi jarang atau gak ada yang mau mengubah dirinya sendiri…
… but then again… don’t forget Gandhi…
“Be the change you want to see in this world”
jadilah perubahan yang ingin kau lihat terjadi di dunia ini
Jadi gimana ya… mungkin bisa dibilang kalau saya sih menyukai ‘potensi’ yang dimiliki Indonesia… Bagaimana potensi ini bisa terwujud? tentunya kembali lagi ke kita masing-masing… apa yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan potensi ini… Dan mungkin juga gimana kita bisa bersama-sama memfasilitasi perwujudan potensi ini…
*note: Saya menggunakan kata ‘suka’ karena belum bisa menuliskan kata “cinta” karena saya belom tau juga sampai tingkat pengorbanan seperti apakah yang akan saya rela berikan bagi Indonesia kedepannya…*
Hmmmm… Dari kontribusi saya bagi bangsa kita sejauh ini (halah… kaya yang udah pernah ngasih kontribusi signifikan ajah…)
Saya gak tau juga, apakah saya sudah cukup layak untuk ‘mencintai’ Indonesia…
Jadi gimana? Apakah kita sudah cukup layak untuk ‘mencintai’ Indonesia?
”Tanah airku tidak kulupakan… Kan terkenang selama hidupku…
Biarpun saya pergi jauh… Tidak kan hilang dari kalbu…
Tanah ku yang kucintai… Engkau kuhargai…”
“Walaupun banyak negri kujalani… Yang masyhur permai dikata orang…
Tetapi kampung dan rumahku… Di sanalah kurasa senang…
Tanahku tak kulupakan… Engkau kubanggakan…”
p.s. mohon maap kalo note nya gak jelas dan isinya loncat-loncat… udah lama gak nulis & udah ampir jam satu malem… *alesan*
Leave a Reply