Oleh : Ujang Lukman
Momen Piala Dunia telah membius hampir seluruh warga dunia, fanatisme dan histeria mengaduk emosi para penontonnya tak terkecuali di Indonesia negara yag berjarak jauh dari Afrika sekalipun. Sepak bola telah menjadi hiburan murah namun meriah yang bisa melupakan penontonnya terhadap masalah yang terjadi dinegeri ini. Lalu seperti apakah sejarah sepakbola Indonesia hingga sampai dapat berpartisipasi pada Piala Dunia 1938 di Prancis.
Sejarah per-sepakbola-an negeri ini dicatat dalam buku History of Java yang ditulis oleh Gubernur Jenderal Raffles, yang menyinggung kegemaran kaum pribumi terhadap sepak bola. Dan dari sejarah lahirnya organisasi persepak bolaan kita yaitu Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang lahir di bulan April 1930, bahwa inilah organisasi olahraga yang pertama menggunakan nama Indonesia dan ini terjadi jauh sebelum Indonesia Merdeka. PSSI menjadi wadah persatuan klub-klub yang pada masa tersebut banyak tersebar di seluruh tanah air. PSSI untuk pertama kalinya diketuai oleh Soeratin Sosrosoegondo, seorang insinyur lulusan Jerman yang lama tinggal di Eropa. Seiring semangat kebangsaan yang tercetus di masa-masa 1920-an, PSSI juga menjadi wadah untuk menyatukan kegiatan sepak bola di nusantara karena sepak bola Indonesia di zaman kolonialisasi terkotak-kotak ke dalam berbagai bond sepak bola lokal.
Hingga akhirnya pemerintah kolonial Hindia Belanda mendirikan Nederlandsh Indische Voetbal Unie (NIVU) pada 1936, sebagai bentuk upaya menandingi kekuatan PSSI. Dan bentuk persaingan ini terasa saat menjelang Piala Dunia di Prancis tahun 1938. Maka dibuatlah perjanjian antara kedua pihak untuk mengirim tim perwakilan.
Dari buku berjudul “Tionghoa Surabaya dalam Sepak Bola” karangan R.N. Bayu Aji ( Ombak, 2010) di dapatkan sebuah kenyataan : “Pihak PSSI bersikukuh bahwa wakil di Piala Dunia adalah PSSI bukan NIVU, akan tetapi FIFA mengakui NIVU sebagai wakil Dutch East Indies.
Ir. Soeratin (Ketua PSSI saat itu) menolak memakai nama NIVU karena ketika NIVU mempunyai hak, maka dalam penentuan komposisi materi pemain yang menentukan adalah orang-orang Belanda. Perjanjian tersebut lantas dibatalkan oleh PSSI.” (hlm 77-78). Soeratin
membatalkan secara sepihak perjanjian tersebut. Namun NIVU tetap mengirimkan tim ke Prancis dengan bendera Dutch East Indies (Hindia Belanda). Tim tersebut adalah perwakilan Asia pertama sepanjang sejarah Piala Dunia.
Ditangani pelatih Johannes Mastenbroek, pemain kesebelasan Hindia Belanda tersebuat adalah mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda. Tercatat nama Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermandji, Anwar Sutan, dan kiri luar Achmad Nawir yang juga bertindak sebagai kapten.
Keikutsertaan Dutch East Indies atau Hindia Belanda bukan semata undangan, namun melalui pra kualifikasi yaitu menghadapi Jepang, namun karena situasi sosial dan keamanan pada masa itu, Jepang mengundurkan diri. Jepang menolak hadir dan memberikan kesempatan bagi Hindia Belanda untuk tampil mewakili zona Asia di kualifikasi grup 12. Lalu Amerika Serikat yang jadi lawan berikutnya menyerah tanpa bertanding.
Pada babak penyisihan, Hindia Belanda langsung menghadapi tim tangguh, Hungaria. Stadion Velodrome Municipale, Reims, 5 Juni 1938, menjadi saksi bersama 9.000 penonton yang hadir, Hindia Belanda tak mampu berbuat banyak dan terpaksa pulang lebih cepat setelah digilas 6-0 oleh Hungaria. Dan memang oleh kemampuannya yang tinggi, kelak Hungaria meraih posisi runner-up. Dan posisi pertama ditempati oleh Italia dengan mengalahkan Hungaria 4-2. Meski belum menggunakan bendera Merah-Putih, inilah satu-satunya penampilan indonesia di Piala Dunia.
Semoga kita dapat mengambil hikmah dari pengetahuan sejarah ini, doadan harapan dari semua masyarakat untuk bisa melihat penampilan Indonesia pada Piala Dunia selanjutnya…Amin.
DAFTAR KLUB SEPAKBOLA HINDIA BELANDA TAHUN 1894-1942 :
• Ardjoeno – Malang – Indonesisch
• BVC (Bataviasche Voetbal Club) – Batavia – Europees
• The Corinthians – Malang – Europees
• Djocoja – Djokjakarta
• Excelsior – Soerabaja
• Hak Sing – Malang – Chinees
• HBS – Soerabaja
• HCTNH – Soerabaja – Chinees
• Hercules – Batavia – Europees
• MVS (Medansche Voetbal Vereniging) – Medan
• OLVEO (Onze Leus is Voortwaarts En Overwinnen) – Batavia – Europees
• SIDOLIG (Sport In De Open Lucht Is Gezond) – Bandoeng – Europees
• Sparta (Militairen) – Batavia – Europees
• Sparta (Militairen) – Bandoeng – Europees
• Sparta – Malang
• STOVIA (Inlandse Artsen) – Batavia – Indonesisch
• SVBB (Sportvereniging Binnenlands Bestuur) – Batavia – Europees
• SVV – Semarang
• Takja Oetama – Malang – Indonesisch
• THOR (Tot Heil Onzer Ribbenkast) – Soerabaja
• Tiong Hoa – Soerabaja – Chinees
• VIOS (Voorwaarts Is Ons Streven) – Batavia – Indonesisch
• Vitesse – Malang
• UMS (Unity Makes Strength) – Batavia – Chinees
• UNI (Uitspanning na Inspanning) – Bandoeng – Europees
• Velocitas (Militairen) – Bandoeng – Europees
• Voorwaarts – Malang – Europees
• VVJA (Voetbal Vereniging Jong Ambon) – Batavia – Indonesisch
• VVM (Voetbal Vereniging Minahassa) – Batavia – Indonesisch
Sumber : olahraga.kompasia.com, www.indischhistorisch.nl
Kang Ujang, saya jadi ingat ketika masih SD tahun 70-an suka diajak alm. ayah nonton kompetisi Persib di Stadion UNI dan Sidolig (tempat homebase tim yg disebut di atas). Kini kompetisinya entah berjalan atau tidak. Saya suka lihat seorang laki2 tua yang kalau tim jagoannya memasukkan gol terus “ngengklak” (menari). Penonton jauh lebih tertib dari sekarang.