Bandung Dibakar Api Cinta?!

Oleh : Candra Asmara

Ketika kita berbicara mengenai bandung lautan api, pengertian kita akan langsung tertuju pada pembakaran yang dilakukan oleh warga bandung terhadap kotanya sendiri. Yang menjadi pertanyaan adalah,mengapa warga kota bandung saat itu sampai rela membakar “kehidupannya” sendiri? Mengapa jalan itu yang dipilih? Apakah langkah tersebut efektif dalam mempertahankan kemerdekaan indonesia? Mungkinkah itu hanya sekedar luapan heroisme yang sia-sia saja?

Indonesia, setelah memerdekakan diri, kota-kota pentingnya kedatangan “tamu” untuk kesekian kalinya. Tamu lama, yaitu belanda..tamu baru inggris, dan tamu allstar yang tergabung dalam team NICA. Mereka datang dengan berbagai kepentingan. Belanda, mencoba kembali menguasai Indonesia setelah Jepang dipaksa menyerah oleh sekutu. Inggris, berdalih untuk memulangkan tentara-tentara Jepang dan melucuti persenjataan Jepang. Dan NICA, bertujuan untuk menembaki, menjarah dan memerkosa. Heuheu.
Kota BAndung, tak ketinggalan untuk “dimeriahkan” oleh mereka.
Para mojang jajaka bandung keheranan melihat bule-bule berseragam tentara hilir mudik di kota. Sok-sok ngatur harus ini harus itu..legeg bahasa sunda na mah..
Dan para “selebritis” kota yang cukup kritis, mampu menangkap sinyal bahwa kalau ini dibiarkan, tak lama lagi Belanda akan menginjak-injak naskah proklamasi 17 agustus 45 yang menyatakan kemerdekaan Indonesia. Setelah darderdor mencoba mempertahankan harga diri sebagai bangsa yang telah merdeka, bule-bule pun tak tinggal diam. Terus mencari cara untuk mempersempit ruang gerak perjuangan para “selebritis” kota saat itu. Salah satunya dengan cara membagi wilayah Bandung menjadi dua bagian. Bagian utara khusus para tamu, dan bagian selatan khusus pribumi, yang dipisahkan oleh rel kereta api sebagai garis batas.
Setelah berbagai peristiwa insidental yang terjadi antara utara dan selatan. Sampailah pada suatu titik dimana pihak utara menginginkan militer pribumi yang ada di bandung selatan untuk “nyingkah” segera, tidak termasuk warga biasa, dan orang-orang pemerintahan.

Tentu saja para “selebritis” pejuang kota Bandung tidak menginginkan hal itu terjadi. Mereka berunding dan memunculkan beberapa pendapat:
1. “kita harus tetap berjuang! Kita lawan! Jangan pedulikan ultimatum mereka! Kita pertahankan kota ini! (-pendapat yang keluar berdasarkan cinta pada kota Bandung. Berani, tetapi tidak mempertimbangkan akibat bila hal ini benar-benar terjadi. Persenjataan sangat timpang, modal semangat?! Mati, percuma.)
2. “Kita turuti saja kemauan mereka! tetapi warga juga harus ikut mengungsi! kita tidak dapat membiarkan warga ditinggal sendiri! siapa yang melindungi mereka?! (-juga pendapat yang keluar berdasarkan cinta, agak humanis, tetapi mana perjuangannya?! kalau hanya menuruti kemauan bule-bule utara, sama saja kita menyerah..pengecut.)
3. “Kita turuti saja, kita mengungsi, ajak warga dan staf pemerintahan. Namun kota ini tidak akan kita berikan begitu saja. Kita lumpuhkan titik-titik penting yang sekiranya akan digunakan bule-bule utara untuk kembali menjajah kita!” (-cinta juga, tampaknya pendapat ini keluar dari pimpinan rapat, pendapat yang diplomatis, ngungsi iya, berjuang dengan cara lain pun iya..)
Akhirnya, pendapat ketiga yang disetujui dan disepakati. Untuk melumpuhkan titik-titik penting yang berada di bandung selatan dipih cara bumi hangus, tempat-tempat yang dirasa penting akan dibakar dengan api cinta para pejuang.
24 maret 1946. Rencana bumi hangus akan dilaksanakan. Warga kota mulai mengungsi ke arah selatan. Majalaya, Garut, bahkan ada yang ke Yogyakarta.

Semakin senja suasana kota bandung pun semakin mencekam. Warga kota berbondong-bondong, membawa barang seadanya. Anak kecil yang digendong bapaknya, bayi yang disusui ibunya, kakek nenek yang dituntun anak cucunya, bahkan ibu hamil yang ikut terbawa arus trend bandung saat itu..mengungsi. Ditengah warga kota yang sedang ”bingung”, para pejuang kota sedang sibuk-sibuknya memasang peledak di gedung-gedung yang dirasa penting dan akan diduduki bule-bule utara nantinya. Bumi hangus akan ”resmi” dilaksanakan dengan ditandai oleh ledakan dari indische restaurant (gedung BRI sekitar alun-alun). Ledakan restoran ini bagaikan kartu pertama yang disentuh dalam efek kartu domino. Begitu indishe restaurant meledak, semua yang ditugaskan untuk meledakan bom harus segera ”push the button”.
Hari semakin larut..kota semakin sepi. Kota hanya berisikan para pejuang yang tengah gugup untuk membumihanguskan kotanya sendiri. Di sudut-sudut kota tampak para NICA yang tengah menjarah isi rumah yang ditinggal, terlihat juga orang-orang Cina, sebagian cina tetap tinggal, sebagian cina yang lain mengungsi ke utara, dan sebagian cina yang lainnya lagi malah sibuk berbisnis.
Bada isya, sebagian kota mulai menyala merah. Warga yang tengah mengungsi pun ikut membakar rumah-rumah yang berada di piggir jalan yang mereka lalui. Rumah tukang nasi kuning, rumah pak RT, rumah ceu kokom, rumah mang usep dan rumah-rumah lain yang berdinding bilik. Untuk apa mereka membakar rumah-rumah penduduk yang tak akan pernah dilirik bule-bule? Bukankah hanya tempat-tempat penting saja yang harus dibakar?

Mungkinkah ini berangkat dari ketidaktahuan sebagian pejuang dan warga? Atau ikut-ikutan trend saat itu, bakar satu bakar semua, duruk hiji duruk kabeh,,
Tiba-tiba..
Jeleger! Buum! Deeus!
Pukul 8 malam. Indische restaurant meledak.
Segera saja peledak-peledak yang lain membuntuti, saling berdebum seperti yang direncanakan.
Ya, urutan peledakan memang sesuai yang direncanakan. Indische restaurant terlebih dahulu, lalu diikuti yang lainnya. Namun waktu peledakan ternyata terlalu cepat dari yang direncanakan. Pukul berapa sebenarnya waktu yang direncanakan itu? Banyak pendapat yang berbeda. Ada yang bilang pukul 22.00, ada yang bilang 24.00,,jadi boleh dibilang ga ada salahnya bila ada yang meledakkan pada pukul 20.00, toh waktu yang direncanakannya pun simpang siur.
Namun, buku-buku yang mengangkat tema bandung lautan api sepakat bahwa rencana peledakan sebenarnya pukul 24.00, dan peledakan pertama di indische restaurant terlalu cepat 4 jam. Oleh karena itu, banyak tempat yang tidak sempat diledakkan karena pemasangan hulu dan hilir ledak belum sempat terpasang dengan baik.
Ternyata, sebagian besar tempat yang diledakkan pun hanya menderita ”luka ringan”. Tidak rusak berat dan terbakar habis seperti yang dibayangkan. Ini dikarenakan kualitas bahan peledak yang seadanya sehingga tidak sanggup untuk meledakkan tempat-tempat penting yang sebagian besar berupa gedung-gedung besar yang berdinding keras dan kokoh.
Kembali pada masalah waktu perencanaan, bila memang saat itu peledakan dilaksanakan pada waktu yang sesuai rencana, apakah ketepatan waktu akan memberikan andil yang besar bila tujuannya untuk membumihanguskan tempat-tempat penting tadi? melihat fakta bahwa beberapa tempat yang diledakkan pun tidak sepenuhnya rusak dan bahkan bisa dipakai kembali.
Namun kita boleh terhibur dengan meledaknya gudang mesiu belanda di dayeuh kolot. Gudang mesiu yang dianggap oleh banyak orang diledakkan oleh moh.Toha yang hingga kini orang-orang masih memperdebatkan siapa beliau, wajahnya bagaimana, perawakannya bagaimana, dan zodiaknya apa..Dan untuk persepsi lain gudang tersebut meledak karena kesalahan penjaga gudang tersebut alias human error,.
Intinya, bumi hangus bandung tidak mempengaruhi perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan, karena tetap jalan diplomasi yang amat sangat berpengaruh. Bumi hangus bandung lebih tampak sebagai aksi heroik semata, melihat militer kita yang tengah terdesak, dan ini merupakan jalan satu-satunya yang bisa diambil. Bumi hangus bandung memiliki tujuan yang jelas, menghanguskan tempat-tempat penting di bagian selatan, meskipun faktanya sebagian besar hanya rumah penduduk yang terbakar, dan tempat-tempat lain yang nonfungsional untuk diduduki belanda. Tujuan bisa dikatakan jelas, namun perencanaan kurang matang.
Memang, bandung dibakar dengan api cinta. Warga kota rela membakar kehidupannya, dan harus hidup dari nol kembali saat kembali ke bandung. Sungguh gila. Kalau tidak gila bukan cinta namanya.

sumber:
membaca buku “saya pilih mengungsi”,
ngaleut, dan
mengobrol.

21 Comments

  1. Baso Basri

    Bandung Is The Best daah, Hee…

    http://basobasri.wordpress.com/

    • komunitasaleut

      iya dong.. ehhee makanya ayo kita jaga bareng2!

      • Baso Basri

        yaah, tapi saya tinggal di Jakarta…

        • komunitasaleut

          ndak masalah.. turut membaca dan bersimpati sama Bandung saja udah membantu kok, apalagi kalo link WP ini diperkenalkan ke teman2 Baso Basri yang laen.. hehehe.. thx!

  2. rosmellix

    mari teruskan perjuangan BLA

    • komunitasaleut

      mari, tapi dari berbagai bidang tentunya 😀

  3. Wiwit

    Saati membaca ada rasa terhibur dng gaya bhs yg ringan sedikit menggilitik krn ada kalimat2 yg lucu dan pas diterapkan spt “selebritis” pejuang kota bdg, Zodiak M.Toha yg diperdebatkan, rumah ceu Kokom yg duruk hiji duruk kabeh. Push the bottom… jeleger bum deeus.

    Bahasa gado2nya enak,coba nya buku sejarah Indonesia dibikin ringan spt ini pasti barudak sakola moal tunduheun ngapalkeunna.

    Salam buat Candra Asmara dan Komonitasaleut

    • komunitasaleut

      di Aleut kira2 emang gaya dalam menyampaikan sejarahnya gini, maklum masih pada belajar berbahasa Indonesia yg baik dan benar… ehhe tp syukurlah kalo bisa di mengerti mah.. 😀

  4. Wiwit

    Saat membaca tulisan diatas ada rasa terhibur, gaya bahasanya yg ringan, mengelitik. Ada bbrp kalimat yang lucu dan pas seperti ” Selebritis pejuang
    kota, zodiak M Toha yg diperdebatkan sampai rumah ceu Kokom yg harus di
    ” duruk hiji duruk kabeh”. Push the bottom … jeleger bum deeus… !!

    Gaya bahasa gado2nya enak dibaca, jadi g merasa lg membaca cerita sejarah yg biasanya monoton. Coba buku sejarah Indonesia dibuat spt diatas pasti barudak sakola moal nundutan ngapalkeunna.

    Salam buat Candra Asmara n Komonitasaleut. Nuhun

  5. Aboy PSB

    Asik….gaya bahasanya mudah dicerna….
    ditunggu bahasan ttg Konferensi Asia Afrika…..hatur nuhuun…..

    • komunitasaleut

      hehe, ditunggu aja kang tulisana ttg KAA nya..

  6. CiciAsri

    makin kenal, makin cinta deh sama bandung

  7. CiciAsri

    main kenal, makin cinta deh sama bandung

  8. opik

    tulisan yang bagus can…

    • komunitasaleut

      hatur nuhun ceuk si Candra pik..:)

  9. selly

    selama masih sekolah buku sejarah g pernah di buka kecuali klo ujian,
    di kelas jg suka ngantuk klo pelajrn sejarah..
    tp pas baca tulisan ini jd sadar klo sejarah bs di bwt jd asik…

    salut buat candra dan aleut.. 🙂

    • komunitasaleut

      betul, yang penting dalam “mendekati” sesuatu adalah “pendekatannya”.. 😀

      Candra orangnya emang asik bgt kok..heehhe

  10. erik

    baru baca nih….mantep gaya penulisannya..like thiz lah…..kocak tapi berisi..!!!!

  11. rena

    Tulisan-tulisan di Aleut teh bikin betah pisan bacanya 🙂
    Jadi pengen ikutan ngaleut juga tp bawa anak hehe..Capek ngga ya kira-kira?
    Oh iya, sama Izin pake tulisannya buat bahan belajar anak sy boleh? dia sekarang umurnya 9th, tp udah tertarik sama sejarah 🙂

  12. Komunitas Aleut

    silahkan mbak 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑