Oleh : Asep Nendi R
Bandung dalam pengintaian…
Di balik rimbunnya pepohonan dan belukarnya semak-semak benteng-benteng itu bersembunyi. Menyebar di ketinggian sekitar Bandung, seolah-olah mengintai kota Bandung yang sepi.
Dengan arsitektur yang maha dahsyat, benteng-benteng itu berdiri kokoh, tegak menantang musuh yang hendak membawa bahaya. Mengintai setiap marabahaya yang mengancam, menunggui setiap kedatangan musuh yang hendak mengancam pada Perang Dunia I.
Jauh-jauh hari sebelum masa Perang Dunia I, Deandels sudah memperkirakan keberadaan Bandung. Topografinya yang dikelilingi dataran tinggi (gunung dan bebukitan) menjadikannya lokasi yang strategis untuk tempat pengintaian.
Benteng Gunung Putri
Perjalanan menuju lokasi benteng dapat ditempuh melalui Kampung Legok, tepat di sisi kiri jalan Raya Bandung-Subang. Jalan aspal yang mulus sudah mencapai setengah perjalanannya, untuk kemudian berganti jalan tanah (koral) yang berdebu di musim kemarau. Di tengah perjalanan kita dapat menikmati pemandangan kota Lembang dengan jelasnya, ditemani aroma pohon pinus.
Tepat di puncak bukit Gunung Putri, berdiri kokoh sebuah benteng yang lumayan luas. Tidak sulit menemukannya, sebuah bagian seperti gapura (gerbang) melengkung menghadap ke Timur seolah-olah menyambut kita. Di kanan kirinya terdapat sebuah tangga. Dari sana sebuah ruangan berjendela 3, dengan ruangan yang disekat di dalamnya nampak menganga. Menggeser sedikit terdapat sebuah blok, dengan bentuk yang kelihatannya sama dengan yang ditemukan tadi.
Setelah berkeliling mengikuti alur dinding pembatas benteng, kita akan menemukan beberapa blok benteng. Diperkirakan terdapat empat blok, yang satu sama lainnya terpisah. Di salah satu blok terdapat sebuah cerobong asap yang masih utuh.
Agak sulit untuk membayangkan bentuk benteng secara utuh, dikarenakan semak belukar dan ilalang yang menutupi setengah bagian benteng. Benteng ini dibangun sekitar tahun 1913-1917, pada masa Perang Dunia. Adapun dilihat dari bentuknya benteng ini difungsikan sebagai tempat penyimpanan persenjataan dan perlengkapan. Benteng ini sering juga disebut Benteng Jayagiri.
Benteng Kolotok
Benteng ini terletak di sebelah timur Benteng Gunung Putri, di sebuah lembahan. Dari sini mendatar tanah yang luas, dimana jalan raya Bandung-Subang terlihat dengan jelas.
Dilihat dari konstruksi dinding-dinding pembatasnya, benteng ini memiliki luas yang hampir sama dengan benteng Gunung Putri, dengan bentuk persegi panjang. Dinding-dindingnya masih tegak berdiri, namun sayang keseluruhan bangunan inti benteng ini ambruk. Di ujung sebelah timur, menyudut, terdapat suatu celah. Tersembunyi dari penglihatan, karena ditutupi pepohonan dan ilalang yang belukar. Dari sudut ini kita bisa dengan jelas menengok sebagian kecil ruangan benteng. Benteng ini ambruk karena ulah manusia. Tiang-tiang penyangganya dipreteli, besi-besinya kemungkinan besar dijual.
Masa pembangunannya diperkirakan sama dengan pembangunan Benteng Gunung Putri, dan merupakan satu kesatuan dengan Gunung Putri. Benteng ini memiliki fungsi pengintaian pada zamannya. Disini memang lokasi yang strategis untuk mengeker. Kalau Benteng Gunung Putri berfungsi sebagai tempat penyimpanan perlengkapan, maka Benteng Kolotok bertindak sebagai tempat pengintaian dan menyambut kedatangan musuh-musuh yang datang.
Pasir Ipis Fort
Dari Benteng Gunung Putri kita dapat menyusuri jalan koral (bebatuan) mengarah ke barat. Di kanan jalan nampak kemegahan Gunung Tangkuban Parahu, dengan panorama hutan pinusnya. Di tengah perjalanan, kita akan menemukan sebuah tempat penampungan air. Air-air tersebut dialirkan melalui pipa-pipa air yang ukurannya besar. Pipa-pipa besar tersebut mengalirkan air ke daerah di bawahnya, untuk mengurangi kecepatan air karena kontur yang curam dibangunlah bak-bak yang berfungsi sebagai pengurang kecepatan air. Bak penampungan air tersebut dapat ditemui di bukit Jayagiri, sampai sekarang pipa-pipa air itu masih melaksanakan fungsinya dengan baik. Kemungkinan besar air tersebut berasal dari mata air di sekitar Gunung Tangkuban Parahu.
Tepat di kaki gunung Tangkuban Parahu, pada sebuah bukit di sebelah utara Sukawana, terdapat sebuah benteng yang dikenal sebagai Benteng Pasir Ipis. Hampir seluruh bagian benteng tertutupi semak belukar, bahkan beberapa pepohonan sudah mengakar pada dinding-dinding benteng. Beruntung masih terdapat sebuah bagian di sudutnya, dengan jendela yang sempit berbentuk persegi. Kemungkinan sudut inilah tempat para tentara Belanda mengeker lengkap dengan senjatanya.
Benteng ini diperkirakan dibangun pada masa yang sama dengan benteng lainnya, keperluan pembangunannya pun tidak lain sebagai tempat pengintaian. Diperkirakan benteng ini memiliki luas yang lebih besar daripada dua benteng sebelumnya. Memerlukan suatu penelitian lebih jauh mengenai berapa luas dan bagaimana bentuk aslinya benteng ini.
Benteng Cipada
Benteng ini terletak di Kampung Pasirmalang, Desa Cipada, Kecamatan Cikalong Wetan. Kabupaten Bandung Barat. Kini sisa-sisa reruntuhan benteng ini digunakan sebagai tempat tinggal sebuah keluarga sejak tahun 1980an. Keluarga tersebut diberi ijin oleh Pemerintah setempat untuk tinggal di dalam benteng.
Benteng Tangkil
Benteng ini terletak tidak jauh dari Benteng CIpada.
Benteng Mekarsaluyu
Letaknya di dekat Maribaya, pada sebuah tempat yang dikenal sebagai Dago Bengkok. menurut BR sebagian benteng masih berdiri, dengan kondisi yang agak memperihatinkan…
Selain Benteng di sekitar Bandung juga banyak dibangun bungker (tempat pertahanan) dan gua-gua yang memanfaatkan kontur bumi. Biasanya difungsikan sebagai tempat pertahanan dan pos radio militer.
Gua Belanda (Tahura)
Gua Belanda ini sepertinya sudah tidak asing lagi bagi kita. Keberadaannya di tengah-tengah kawasan Taman Hutan Raya Ir. Juanda, membuatnya tetap lestari dan terperhatikan. Gua ini memiliki luas sekitar 140 m2, terdiri dari beberapa ruangan membentuk trisula.
Gua Belanda ini dibangun pada tahun 1918, difungsikan sebagai terowongan air yang mengalihkan aliran Cikapundung ke kolam penampungan yang akan digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik. Namun pada akhirnya, terowongan air ini dijadikan sebagai ruang tahanan dan tempat penyimpanan senjata. Bahkan sempat dijadikan Pusat Stasiun Radio Telekomunikasi Militer Hindia Belanda.

by:yosnex2.blogsome.com
Bungker Upas
Bergerak sedikit ke arah Timur, terdapat sebuah Pos Penjagaan Belanda, tepatnya di sekitaran Kawah Upas. Mungkin nama Kawah Upas diambil dari nama pos penjagaan ini, karena di pos penjagaan ini biasanya ditunggui oleh Opas atau Pegawai.
Pos penjagaan ini agak tersembunyi keberadaannya, dan lebih berbentuk bungker. Di dalamnya terdapat sebuah ruangan yang agak luas. Panjang bungker ini sekitar 10 meter, dengan pintu di kedua ujungnya.
Di tempat ini terdapat pula sumber mata air, yang kemudian dikenal sebagai Mata Air Cikahuripan, tempat Dayang Sumbi dahulu mandi.
bersambung ah…
ahh lagi asik2 baca …nyambung kamana nih?