Oleh : Erik Pratama
Dago, siapa tak kenal Dago.Mulai dari FO, Tea House sampai dengan Car Free Day membuat daerah ini sangat dikenal. Dago berasal dari basa sunda Dago yang berarti tunggu ; menunggu. Ya, tempat ini dahulu merupakan tempat orang saling menunggu untuk bersama-sama menuju kota karena saat itu jalanan menuju kota sangat sepi dan rawan.
Wisatawan tentu sudah tak asing lagi dengan tempat ini, di daerah dago berdiri banyak hotel kelas atas dan beberapa fashion outlet. Namun bagi anda yang bosan dengan suasana Dago yang terlalu “kota” anda bisa terus menjelajahi Dago ke arah utara, and akan menemukan suasana yang lebih alami. Ya, Taman Hutan Raya (Tahura) Juanda bisa menjadi alternatif menikmati liburan anda di kota Bandung. Dari Tahura Juanda ini anda dapatmelanjutkan perjalanan menuju Lembang dengan berjalan kaki. Hanya memerlukan waktu sekitar 2 -3 jam untuk sampai di Lembang.
Selepas memasuki pintu masuk Tahura anda bisa langsung menuju Gua Jepang, gua yang dijadikan penyimpanan mesiu dan pertahanan Jepang pada masa pendudukannya. Gua Jepang ini konon merupakan tambahan dari gua gua sebelumnya yg pada masa belanda dijadikan saluran air untuk pembangkit Listrik. Gua jepang ini dibangun sendiri dengan tenaga rakyat Indonesia namun tentunya atas perintah Jepang melalui suatu kegiatan romusha.

Dari Gua jepang kita lanjutkan perjalanan menuju pendahulunya yaitu Gua Belanda, Gua yang pertama kali dibangun untuk kepentingan saluran air pembangkit.

Gua Belanda mulai dibangun pada tahun 1912 dengan membobol bukit di sisi aliran sungai Ci Kapundung. Fungsi awalnya adalah sebagai saluran penyadapan aliran sungai untuk keperluan pembangkit tenaga listrik. Tahun 1918 tampaknya ada perubahan atau penambahan fungsi gua karena di dalam gua ditambahkan ruang-ruang dan cabang lorong hingga panjang keseluruhan gua mencapai 547 meter. Tinggi mulut gua 3,2 meter dan jumlah cabang lorong 15 buah. Beberapa ruang tampak seperti ruang tahanan. Setelah terjadinya perubahan fungsi, maka dibuatlah jalur air yang baru menggunakan pipa-pipa besar yang ditanam di bawah tanah kawasan Tahura. Kemungkinan Belanda juga menjadikan gua ini sebagai tempat penyimpanan mesiu. Saat masuknya tentara Jepang, Belanda sempat menggunakan gua ini sebagai Pusat Telekomunikasi Militer Hindia-Belanda bagi tentaranya.
Dari sini anda bisa memlih untuk mengitari gua atau menembus gua untuk melanjutkan perjalanan menuju Maribaya, Lembang. Jika memilih menembus gua sebaiknya anda menyiapkan penerangan yang cukup, atau anda bisa berjalan lurus saja tanpa penerangan dengan berpatokan pada cahaya dari luar gua, karena memang panjangnya yang tidak begitu panjang anda dapat melihat ujung gua ini.
Sebelah kanan dari pintu gua adalah jalan menuju Maribaya. Jalan ini cukup nyaman, bukan jalan setapak yang becek, sehi ngga anda tak perlu kuatir mengalami kesulitan menyusuri jalan ini. Selama perjalanan anda bisa menikmati pemandangan sembari mengenali berbagi pohon yang ada di kawasan ini. Pohon di sini diberi papan nama,baik nama daerah maupun nama ilmiah, sehingga bagi anda yang baru belajar mengenal pohon anda dapat lebih terbantu dengan adanya papan nama ini.
Jika ada memiliki waktu yang panjang anda dapat pula mengunjungi air terjun saat menusuri jalur menuju Maribaya ini. Curug Dago bisa menjadi tujuan pertama anda karena letaknya yg lebih dekat.

Air yang mengalir di Curug Dago ini bersumber dari aliran sungai Cikapundung. Satu lagi peninggalan sejarah di kota Bandung yang dapat kita ketahui yaitu prasasti yang terdapat di sekitar Curug Dago. Konon menurut para ahli sejarah disekitar Curug Dago terdapat 2 buah Bangunan berwarna merah yang didalamnya terdapat 2 buah prasasti peninggalan Raja Rama V dan Raja Rama VII yang berkunjung ke Curug Dago sekitar kurang lebih tahun 1818 dari Kerajaan Thailand.
Apabila masih belum puas anda bisa pula mengunjungi Curug Lalay
Curug Lalay di ambil dari Bahasa Sunda yang bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia artinya adalah Air Terjun Kelelawar (Lalay = Kelelawar), itu sebabnya air terjun ini dinamakan Curug Lalay karena di sekitaran air terjun ini banyak di temukan beberapa kelelawar. Keadaan alam di Curug Lalay masih asri dan tentu saja sejuk dengan ketinggian sekitar 1800m dpl.

Curug Lalay merupakan urutan curug terakhir dari sebuah aliran sungai, curug – curug tersebut bila diurut dari hulu ke hilir yaitu seperti ini Curug Layung, Curug Tilu, Curug Brugbrug, Curug Cimahi, Curug Panganten, kemudian yang terakhir inilah Curug Lalay.
Tak perlu cemas jika anda lelah,di sepanjang jalan menuju maribaya anda akan menemukan banyak warung makanan. Jadi jika lelah anda bisa istirahat di warung terdekat.
Saat lelah sudah hilang anda bisa kembali melanjutkan perjalanan menuju maribaya dengan terlebih dahulu mampir di Curug Omas. Sepanjang perjalanan mungkin anda juga akan menemukan monyet-monyet berkeliaran di habitat aslinya.

Curug Omas merupakan curug yang cukup besar dengan ketinggian mencapai 35m, Di Curug Omas pengunjung tidak dapat bermain – main atau mandi di bawah air terjun ini karena Curug Omas cukup tinggi dan airnya pun terlihat dalam, jadi kita hanya dapat menikmati kesegaran cipratan airnya saja dari jembatan yang ada di Curug Omas tersebut. Di jembatan ini lah para pengunjung lebih senang berlama – lama untuk menikmati kesegaran udara dan gemuruh disertai percikan air terjun lebih dekat.
Dari sini anda semakin dekat denga Lembang, dengan berjalan sebentar saja anda dapat langsung memasuki kawasam Maribaya, Lembang.

Konon Maribaya berasal dari nama seorang perempuan sangat cantik yang menjadi sumber kehebohan bagi kaum laki-laki. Saking terpesona oleh kecantikannya, pemuda-pemuda di kampungya sering cekcok sehingga sewaktu-waktu bisa terjadi pertumpahan darah. Itulah gambaran keindahan Maribaya tempo dulu. Karena keindahan dan kenyamanan wilayah itu, lokasi pemandian air hangat itu diabadikan dengan nama Maribaya. Keelokan pemandangan disertai desiran air terjun digambarkan bagai seorang gadis cantik jelita yang membuat setiap pemuda bertekuk lutut. Maribaya adalah salah satu tempat wisata di Bandung yang memiliki sumber Mata Air Panas, taman dan juga air terjun setinggi 2,5 meter. Di sini terdapat beberapa air terjun seperti Curug Cikawari, Curug Cigulung, dan Curug Cikoleang, ketiga curug tersebut bersumber dari Sungai Cigulung dan Sungai Cikawari.
Dari maribaya anda bisa keluar dari pintu maribaya di Cibodas untuk kemudian anda bisa memilih tempat istirahat atau bahkan kembali menuju Dago.
Sumber:
http://brilianfirman.wordpress.com/2010/02/11/maribaya/
http://aleut.wordpress.com/2011/01/26/truedee-jajal-geotrek-6/
foto :
vikathequeen.blogspot.com
Untuk koreksi bahwa Curug Layung, curug Tilu, Curug Brugbrug , curug Cimahi, Curug Panganten dan curug Lalay lokasinya tidak berada diantara Dago-Maribaya (sesuai judul) tapi tepatnya ada di aliran sungai Cimahi, Curug Cimahi diambil dari nama sungainya yg mengalir diatasnya yg berhulu di Situ Lembang. Lokasinya jl. Kol. Masturi Desa Kertawangi-Cisarua.
Trims, salam Aleut
hatur nuhun bu kritiknya, segera di reka ulang
@bu wiwit ::hatur nuhun bu..sy dpt dr blog sumber..saya cek lagi..trims
yg berada di jalur tsb mksudnya curug lalay nya saja…klo curug yg lain memang bkn..hanya sbg penjelas saja bahwa curug lalay satu aliran dgn 3 curug lain..tp nanti sy cek lagi..sy juga msh blm tau pasti..hehe…kmrn kita sempet cari arah menuju curug lalay. di tahura sndiri ada papan penujuk curug lalay
Ralat: bbrp sumber mengatakan curug lalay berada di aliran sungai cimahi, namun menurut keterangan lain mengatakan curug lalay tidak berada di aliran sungai cimahi…mohon maaf..trims
::erik pratama::