Oleh : Matias Arif Eka
Tidak seperti kegiatan biasanya, dimana Aleut biasa berjalan menyusuri situs-situs budaya dan sejarah. Kegiatan Aleut kali ini diisi dengan sebuah sharing berbagi mengenai pengalaman masa kecil.
Kali ini, Aleut berkumpul di saung Icha, di Derwati. Bangunan saung ini terbuat dari bilik kayu dan banyak jendela serta pintu masuk yang besar. Saung tersebut di kelilingi oleh kolam-kolam. Sehingga saat kami duduk di situ bisa kita rasakan hawa kesejukan dan angin yang bertiup. Di tambah lagi dengan keramahan keluarga Icha dan kelezatan makanan yang disajikan, terutama rujak Aceh yang sangat disegani beberapa pegiat, membuat kegiatan Aleut kali ini menjadi sangat menyenangkan.
Sharing kali ini dibuka oleh Bang Ridwan dengan memutar beberapa lagu lama Indonesia yang dinyanyikan oleh penyanyi asing, maupun lagu-lagu luar yang di aransemen ulang oleh tokoh Indonesia. Ada lagu “Soleram” yang dinyanyikan dalam beberapa versi dan yang mengagetkan beberapa versi tersebut dinyanyikan oleh orang asing. Kemudian ada lagu “Negaraku” dari Malaysia yang ternyata setelah ditelusuri berasal dari lagu Perancis. Ada pula lagu “Internationale” dari Rusia yang dibuat liriknya oleh Ki Hajar Dewantara dan dinyanyikan sebagai lagu mars di Indonesia. Kemudian lagu ‘Genjer-genjer” yang pernah dilarang pada jaman pasca G-30-S PKI karena dianggap menganalogikan lirik dalam lagu tersebut dengan pembantaian oleh orang-orang PKI. Lirik lagu tersebut padahal bercerita tentang seorang Ibu yang mengumpulkan daun genjer dan menatanya di atas tanah kemudian memotonginya.
Dari pengalaman ini saya bisa melihat ada banyak lagu lama yang memilki cerita dan informasi sejarah dan banyak juga terdapat versi yang tidak pernah didengar. Lagu daerah mungkin terdengar membosankan bahkan kita tidak pernah menghargainya. Tapi dari lagu yang sederhana tersebut bisa diaransemen dengan musik yang berbeda dan memberikan nuansa yang lain. Dan beberapa lagu tersebut justru diaransemen oleh orang asing, betapa hanya dari lagu yang sederhana mampu menginspirasi untuk menciptakan lagu yang baru. Dan meski terdengar simpel, namun dengan melihat sejarah dan cerita yang membayanginya, membuat lirik lagu tersebut menjadi begitu bermakna.
Bagi saya sendiri pun, saya baru sekitar 2 tahun belakangan ini mulai menelusuri berbagai musik lama dari berbagai aliran. Dan mencoba untuk bisa menikmati semua jenis aliran musik. Saat mengikuti Aleut kali ini, saya bisa melihat bahwa dunia musik ini masih terlalu luas untuk dijelajahi, bahwa tidak cukup hanya mengenal aliran musik dan para tokoh legendaris. Kita harus mempelajari pula esensi, makna, dan ungkapan yang ada pada lirik lagu tersebut. Bahkan memahami apa yang ada dalam perasaan komposer saat menciptakan lagu tersebut. Setiap lagu seolah-olah memiliki memori seperti manusia, memiliki pengalaman hidup yang membuatnya unik dari mulai dia diciptakan sampai populer.
Dari pengalaman Aleut kali ini, saya bisa belajar untuk lebih kritis dalam mempelajari sebuah musik. Musik itu bisa dilihat dari berbagai sisi. Bukan hanya dari komposisi nada-nada saja.
Leave a Reply