Sekitar Bandung Lautan Api: HJ Sirie

Oleh: Komunitas Aleut

MARKAS POLISI TENTARA DI KEPATIHAN

HJ Sirie tidak menyertakan biodata dalam tulisan singkatnya untuk buku “Bunga Rampai Perjuangan dan Pengorbanan” yang diterbitkan oleh Markas Besar Legiun Veteran RI (Jakarta, 1982), sehingga tidak ada catatan latar belakang kehidupannya. Dia memulai tulisannya sebagai seorang pemuda yang sekolahnya terbengkalai akibat situasi kala itu dan akhinya memilih bergabung dengan satuan Polisi Tentara di bawah pimpinan Mayor Rukana dengan markas di Jalan Kepatihan.

Suatu malam setelah terjadinya banjir besar Ci Kapundung yang melanda Bandung, para pemuda Polisi Tentara berkumpul di markasnya untuk menerima instruksi dari Mayor Rukana dan ajudannya, Yuskin. Kawasan sekitar Lengkong Besar dan Sasak Gantung masih tergenang air, sementara di depannya di Hotel Homann saat itu sudah digunakan sebagai tempat kedudukan tentara Inggris dengan penjagaan oleh pasukan Gurkha. Pertempuran kecil-kecilan dengan pasukan Gurkha sering terjadi di sekitar hotel itu.

Dalam pertemuan itu Mayor Rukana menyampaikan berita tentang ultimatum Inggris yang mengharuskan semua unsur bersenjata dari pihak Indonesia harus segera meninggalkan Kota Bandung bagian utara dengan batas jalan kereta api sebagai garis demarkasi. Instruksi yang diberikan adalah agar semua kesatuan tetap mengambil peran aktif, serta pesan agar “siapa-siapa yang belum kawin, harus cepat-cepat kawin.”

Mayor Rukana juga berpesan agar para pemuda turut membantu korban-korban banjir yang melanda Bandung Selatan tetapi sambil tetap waspada, berhati-hati, karena berada di dekat markas tentara Inggris dan Jepang yang masih merajalela, apalagi waktu itu kebanyakan pemuda hanya bersenjatakan golok atau bambu runcing saja.

Setelah Bandung sudah terbagi dua menjadi Bandung Utara yang diduduki Sekutu dan Bandung Selatan sebagai wilayah pihak Republik, terus menerus terjadi kontak senjata baik dengan pihak Sekutu maupun dengan pihak NICA yang sudah datang dengan membonceng tentara Sekutu. Kebanyakan tentara NICA waktu itu berasal dari para tahanan perang yang sudah dilepaskan oleh pihak Jepang dari penjara Cimahi.

Sebagian besar adalah Belanda-Indo dan mereka inilah yang sering bertindak lebih kejam terhadap pemuda-pemuda Indonesia yang ditangkap dan disekap dengan siksaan-siksaan yang menyedihkan. HJ Sirie mendengar bahwa banyak kalangan Belanda-Indo ini yang keluarganya pernah diasingkan oleh pejuang-pejuang Indonesia di satu perkampungan di Pangalengan.

SERANGAN KE MARKAS POLISI TENTARA DI ANDIR-CIROYOM

Ketika Polisi Tentara Ruka memindahkan markasnya ke Andir/Ciroyom, tak jauh dari garis demarkasi, tiba-tiba pada suatu subuh mereka mendapatkan serangan dari tentara Inggris/Gurkha dengan persenjataan lengkap. Suara-suara tembakan mendadak itu membuat para pemuda panik. Peluru-peluru menembus dinding asrama. Para pejuang langsung mengadakan perlawanan dan berhasil membuat musuh mengundurkan diri. Serangan Sekutu pagi itu telah merenggut nyawa enam orang pemuda Polisi Tentara yang sedang bertugas jaga.

MARKAS POLISI TENTARA DI KEBON MANGGU

Setelah serangan terhadap markas di Ciroyom, pasukan Polisi Tentara terpaksa mengungsi dulu sebelum memindahkan lagi markas ke Kebon Manggu. Beberapa rekan Sirie di sini adalah Kusno AJ, Jombang Rusad, dan di antara pemimpin ada Djamhir Parjdaman dan Atam. Setelah pertempuran di Markas Andir itu, HJ Sirie juga ikut bertempur di kawasan Viaduct Pasirkaliki melawan pasukan Inggris/Gurkha. Dalam pertempuran jarak dekat ini, selain mempergunakan senjata berat, Inggris juga mengerahkan pesawat-pesawat pengintai dan pembomnya. Beberapa bagian kota hancur oleh serangan udara mereka. Dalam pengepungan Stasiun Bandung, seorang prajurit Polisi Tentara bernama Amiruddin gugur.

Suasana kota Bandung terasa sangat mencekam. Di daerah Bandung Utara terlihat beberapa pesawat terbang Sekutu melakukan dropping berbagai bahan makanan, dan mungkin juga persenjataan, bagi pasukan mereka. Sebagian dropping tersebut ternyata jatuh di wilayah yang diduduki oleh pemuda Republik. Sebuah peti besar berisi bahan makanan dan obat-obatan jatuh di dekat Gedung Sate dan menyebabkan perebutan dan perkelahian dengan orang-orang Belanda-Indo yang merasa dirinya kuat dan berkuasa karena lindungan Sekutu.

Semua kerusuhan ini terjadi akibat ultimatum dari pihak Inggris yang disampaikan oleh Jendral MacDonald yang ternyata diterima oleh pihak pemerintah Republik Indonesia. Puncaknya adalah peristiwa bumi hangus yang dikenal sebagai Bandung Lautan Api. ***

Rumah-rumah di daerah Poengkoer yang dibom sewenang-wenang oleh Sekutu. Foto: IPPHOS/nationaalarchief.nl

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s