Month: January 2022

Catatan Perjalanan Ngaleut Bojongsoang (2)

Ditulis oleh: Inas Qori Aina

Lokasi Ngaleut kami berikutnya adalah Makam Luluhur Bupati Bandung yang ada di Dayeuhkolot. Sebelum lanjut, MagLex mengusulkan supaya kami mampir dulu ke rumah salah satu keturunan H. Rahmat Adam yang terletak tidak jauh dari komplek pemakaman. Kawan-kawan Aleut angkatan lama memang sebelumnya sudah pernah mampir untuk bersilaturahmi ke rumah ini di tahun 2016. Awalnya kami ragu-ragu untuk masuk, tapi akhirnya kami masuk juga.

Continue reading

Catatan Perjalanan Ngaleut Bojongsoang (1)

Ditulis oleh: Inas Qori Aina

Sabtu pagi yang cukup cerah untuk mengawali Ngaleut kali ini. Tidak seperti Ngaleut biasanya yang dimulai dari mulai pukul tujuh, pada Ngaleut Bojongsoang, saya dan beberapa kawan Aleut berangkat dari sekretariat Komunitas Aleut pukul sepuluh kurang sebelas menit. Kami berangkat agak siang karena rute serta tempat yang akan kami singgahi tidak banyak dan relatif berdekatan. Pasukan Ngaleut Bojongsoang kali ini hanya ada saya, Rani, Annisa, Reza, Adit, juga MangLex yang menjadi “ensiklopedia berjalan” kami selama Ngaleut berlangsung. Ada pula satu kawan baru kami yaitu Asep yang langsung bertemu di titik Ngaleut pertama.

Continue reading

Mausoleum Keluarga Ursone: Orate Pro Nobis – Doakanlah Kami

Ditulis oleh: Deuis Raniarti

Rumah Keluarga Ursone di Lembang. Foto: Reza Khoerul Iman

Minggu lalu saya dan teman-teman mengunjungi bekas rumah tinggal keluarga Ursone di Jalan Baruajak, Lembang. Sedikit flashback ke tulisan saya sebelumnya yang berjudul Momotoran Lembang, kami mengunjungi rumah ini setelah Ngaleut ke beberapa tempat di kawasan Lembang. Rumah ini tampak bagus dan dilengkapi halaman luas yang bersih. Salah satu perbincangan saya dan teman-teman saat duduk santai di halaman adalah tentang makam Ursone yang berada di kompleks makam Pandu. Mang Alex menjelaskan bahwa yang dimakamkan di makam berbentuk mausoleum itu bukan hanya satu orang saja, melainkan ada beberapa anggota keluarga Ursone, juga dari generasi yang berbeda. Mang Alex juga menyinggung soal bagaimana cara membaca tanda angka-angka yang tertulis di mausoleum bagian depan mausoleum Ursone.

Continue reading

Momotoran Gas Tipis ke Lembang

Ditulis oleh: Deuis Raniarti

Agenda Momotoran Komunitas Aleut kali ini dibuka untuk umum, namun pesertanya dibatasi. Temanya Momotoran Lembang dan sekitarnya, jadi di kawasan dekat-dekat saja. Poster diposting tiga hari sebelum hari H dan ada google form yang harus diisi oleh peserta yang mendaftar, dengan catatan: “Apabila mendadak tidak dapat hadir, sila konfirmasi maksimal H-1 ke admin via nomor whatsapp atau DM ke Instagram @KomunitasAleut.

Jika sudah konfirmasi hadir, namun batal saat hari-H tanpa kabar atau alasan yang jelas, Aleutian tidak dapat mengikuti kegiatan Komunitas Aleut selama 3 bulan ke depan, karena kuota peserta terbatas. Mohon bertanggung jawab atas kuota yang telah diambil.” Catatan tersebut disematkan di akhir google form, alasannya tentu saja agar peserta disiplin dan bertanggung jawab dengan pilihannya. Pasalnya pada kegiatan-kegiatan Aleut sebelumnya, ada beberapa orang yang tidak bertanggung jawab seenaknya saja tidak konfirmasi bila tidak bisa hadir, sementara banyak orang tidak kebagian kesempatan karena kuotanya telah mereka ambil.

Peserta Momotoran berkumpul di Sekretariat Komunitas Aleut pada Minggu pagi, 9 Januari 2022. Tak disangka, peserta yang daftar hadir semua. Ternyata catatan akhir yang jadi pengingat pada google form itu bermanfaat juga, hehehe. Sebelum berangkat, saya menjelaskan dulu rencana kegiatan hari ini, mulai dari teknis Momotoran di Komunitas Aleut, materi pengantar untuk kegiatan hari ini, serta rencana rute perjalanan. Mengapa rencana rute? Karena bisa saja tidak semua kita jalani, let it flow~

Continue reading

Ngaleut 90 Tahun Makam Pandu: 1932-2022

Ditulis oleh: Aditya Wijaya (@adityanism)

Para peserta Ngaleut di depan gerbang Ereveld Pandu. Foto: Deuis Raniarti

Hari Kamis 13 Januari 2022, Komunitas Aleut mengadakan kegiatan Ngaleut Makam Pandu. Ngaleut ini dihadiri oleh sepuluh peserta dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Ngaleut dimulai pukul 09.30 pagi dengan Mang Alex menjelaskan latar belakang berdirinya Makam Pandu, dilanjut mengunjungi Makam Ursone. Jadi Makam Pandu ini merupakan makam pindahan dari Kerkhof Kebon Jahe yang dahulu lokasinya berada di sekitar Gor Pajajaran sekarang. Kerkhof adalah kata kuno Belanda yang artinya pemakaman.

Lokasi pertama yang kami kunjungi ialah makam keluarga Ursone. Makam ini berbentuk mausoleum bergaya barok dan berlapis marmer. Kenapa berlapis marmer? Mungkin karena A. Ursone pernah membuka usaha batu marmer yang bernama Carrara Marmerhandel en–bewerking di Bantjeuj, Bandung. Keluarga Ursone merupakan keluarga berkebangsaan Italia dan memiliki perusahaan susu sapi yang berada di Lembang.

Continue reading

Ngaleut Cidadap: Mata Air di Kota Bandung Kini (2)

Ditulis oleh: Aditya Wijaya

Penampungan air di Setiabudhi tahun 1920. Foto: Leiden University

Tulisan ini adalah lanjutan dari bagian pertama Ngaleut Cidadap: Mata Air di Kota Bandung Kini (1). Bagian pertama adalah rangkaian perjalanan dan cerita saat mengunjungi Gedong Cai Cidadap dan Gedong Cai Tjibadak, sedangkan pada bagian ini saya ingin bercerita ketika kami mengunjungi tempat penampungan air di Setiabudhi dan Gedong Cai Cikendi.

Setelah dari Gedong Cai Cidadap dan Tjibadak, kami melanjutkan perjalanan menuju tempat penampungan air di Setiabudhi. Tempat ini tampak berbeda dengan Gedong Cai yang kami kunjungi sebelumnya. Bagian atas bangunan terlihat agak membulat dan tertutupi tanah dan rumputan, dulu bangunan seperti ini disebut sebagai gunung cai. Namun sayang ketika kami berkunjung ke sana, kondisi bangunan sudah tertutup dengan rerumputan. Sebagian bangunan juga terkena aksi vandalisme, penuh coretan.

Continue reading

Ngaleut Cidadap: Mata Air di Kota Bandung Kini (1)

Ditulis oleh: Reza Khoerul Iman

Relief nama Tjibadak – 1921 yang sudah dirapikan. Foto: Deuis Raniarti

“Tepat pada 29 Desember 2021 lalu, Gedong Cai Tjibadak diramaikan oleh banyak orang. Wartawan berdatangan, berbagai komunitas menghadiri tempat tersebut, MCK dan lingkungan sekitar direvitalisasi, bahkan Pelaksana Tugas (Plt) Walikota Bandung, Yana Mulyana, pun turut turun ke hadapan Gedong Cai Tjibadak”.

Entah sejak kapan saya menaruh perhatian khusus kepada gedong cai di Kota Bandung. Saya kira usianya yang telah genap menjadi satu abad bukan salah satu alasan saya mengenal gedong cai. Mungkin lebih karena aktivitas saya yang harus ke sana ke mari mencari berita yang akhirnya mempertemukan saya dan gedong cai.

Sewaktu mengikuti kegiatan Ngaleut Cidadap dan mampir ke gedong cai bersama rekan-rekan Komunitas Aleut, pada Kamis, 30 Desember 2021, ternyata juga dilakukan bukan karena usia gedong cai yang telah genap menjadi satu abad.

Continue reading

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑