Kelas Literasi pekan ke-168 yang diadakan pada hari Minggu, 19 April 2020, bertepatan dengan bulan perayaan Konferensi Asia-Afrika ke-65. Sebagai bagian mandiri untuk peringatannya, Komunitas Aleut mengadakan Kelas Literasi mengenai proses penulisan buku peringatan “Pernik KAA 2015; Serba Serbi Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika” yang ditulis secara kolektif oleh Komunitas Aleut dan diterbitkan oleh penerbit Ultimus, Bandung.
Latar Belakang Buku “Pernik KAA 2015”
Ide penulisan buku “Pernik KAA 2015” ini awalnya muncul secara spontan karena ramainya pemberitaan mengenai persiapan-persiapan Peringatan 60 Tahun KAA yang dilakukan baik oleh pemerintah ataupun oleh masyarakat umum ketika itu. Ide-ide bergulir dengan cepat, mula-mula direncanakan sebagai sekadar peliputan biasa saja, namun intensif, dan ditujukan untuk mengisi website Komunitas Aleut saja.
Ternyata ide kasar itu mendapat sambutan dari warga Aleut, banyak yang mengajukan diri untuk terlibat sebagai tim peliput. Dari semua yang menawarkan diri untuk terlibat ini, nyaris tidak ada satu pun penulis profesional. Kebanyakan peliput waktu itu berpikir praktis saja: lihat, catat, foto, dan tulis. Pekerjaan penyuntingan tulisan sebelum dipublikasikan di website Komunitas Aleut dilakukan secara bersama pula oleh rekan-rekan Komunitas Aleut. Hari-hari itu adalah hari-hari penuh diskusi tentang menulis, memotret, meliput, dengan selingan lalu lintas postingan tulisan yang sangat ramai di www.komunitasaleut.com.
Pers Komunitas
Kota Bandung begitu riuh saat itu. Kebetulan, panitia acara Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60 membuka pendaftaran bagi komunitas-komunitas untuk terlibat dalam berbagai kegiatan peringatan. Komunitas Aleut memilih melakukan peliputan dan mendaftar sebagai pers komunitas dengan modal keberadaan website www.komunitasaleut.com yang memang sudah dipenuhi oleh tulisan-tulisan sejarah karya amatiran rekan-rekan Komunitas Aleut.
Komunitas Aleut berhasil mendapatkan enam kartu pers lokal. Dengan akses liputan yang dapat digunakan hingga Ring-2, sama dengan kebanyakan media nasional ketika itu. Standar keamanan yang ketat membuat akses Ring-1 hanya untuk media-media besar yang sudah dipilih atau ditentukan oleh panitia.
Selama hampir satu setengah bulan, sekitar 15 orang warga Aleut tersebar mondar-mandir di penjuru Bandung, terutama di sekitar Gedung Merdeka, untuk membuat foto dan mengumpulkan bahan tulisan. Yang menjadi perhatian Komunitas Aleut waktu itu sebetulnya bukan pada kegiatan utama peringatan 60 Tahun KAA, melainkan pada hal-hal kecil yang ketika itu dianggap terlewatkan oleh media-media pada umumnya. Karena itu apa-apa yang diliput dan ditulis oleh tim Komunitas Aleut lebih banyak pada hal-hal sederhana saja yang terjadi di sekitar persiapan besar Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60.
Penerbitan
Cukup banyak tulisan yang berhasil dibuat waktu itu. Usai seluruh kegiatan Peringatan, muncul ide lain, yaitu membukukan apa yang sudah ditulis selama enam minggu persiapan dan penyelenggaraan kegiatan Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60. Sekitar 60 tulisan dipilih dan disunting ulang, ditambah dengan beberapa puluh foto, dikumpulkan, disusun, dan dirancang menjadi bentuk sebuah buku.
Kami tidak punya dana untuk menerbitkannya. Lalu muncul saran untuk patungan dari sesama warga Komunitas Aleut. Penerbit Ultimus berbaik hati pula dan menyumbangkan waktu, pikiran, dan material untuk penerbitannya.
Kelas Literasi “Pernik KAA 2015”
Kelas Literasi yang berlangsung secara online melalui aplikasi Zoom ini diikuti oleh 18 orang peserta. Sesuai dengan jadwal, kelas dibuka pada pukul 13.00 dan dilanjutkan dengan penyampaian cerita pengalaman peliputan oleh Hani Septia Rahmi dan Vecco Suryahadi. Setelah ini, kami terpaksa mengambil jeda karena harus memperbarui room di Zoom yang otomatis mati setelah beberapa puluh menit. Ya apa boleh buat, akun yang kami miliki yang gratisan, bukan premium.
Selanjutnya ada Mang Alex dan disusul oleh Irfan Teguh Pribadi yang dulu bertugas sebagai koordinator seluruh peliputan selama persiapan dan penyelenggaraan kegiatan Pringatan 60 Tahun KAA berlangsung.
Di Kelas Literasi ini saya banyak menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penulisan, proses liputan di lapangan, hingga penerbitannya menjadi sebuah buku.
Teh Hani menyebutkan motivasi Komuitas Aleut karena ada hal yang menarik yang luput diberitakan oleh media besar, bahwa perayaan ini tidak hanya digelar untuk para pemimpin besar Asia dan Afrika, tetapi melibatkan masyarakat Kota Bandung juga.
Pengalaman menarik lain diceritakan oleh Vecco saat meliput permainan angklung di Stadion Silliwangi. Vecco merasakan perjuangan tersendiri untuk memotret acara tersebut, bahkan sampai harus naik ke atas panggung yang penuh sesak agar dapat leluasa mengambil foto para peserta yang bermain angklung.
Masih menurut Vecco, waktu itu dia dan kawan-kawan Aleut setiap hari menyebar ke sudut-sudut kota yang ramai oleh pergelaran Peringatan 60 Tahun KAA. Untuk proses mencari tulisan kebanyakan mengambil hal-hal spontan saja di lapangan. Sebagai contoh, ketika sedang berada di sekitaran Gedung Merdeka, secara tidak sengaja dia melihat sekelompok pramuka yang sedang latihan upacara mengibarkan bendera, dari situ muncullah bahan untuk ditulis.
Sesi Kedua
Kelas Literasi sesi kedua dimulai setelah menunggu waktu sekitar 15 menit untuk ngesave rekaman sesi pertama.
Sesi ini dimulai oleh Mang Alex yang saat itu lebih banyak berkontribusi dari rumah karena sedang sakit. Mang Alex mencarikan dan menambahkan referensi yang diperlukan secara cepat oleh kawan-kawan yang sedang berada di lapangan atau sedang dalam proses penulisan. Menurut Mang Alex, dari kegiatan peliputan ini warga Komunitas Aleut jadi bisa banyak belajar tentang kaidah-kaidah jurnalistik, seperti bagaimana memberi informasi yang benar, check and recheck data dari buku dan verifikasinya, bagaimana mewawancarai narasumber, dst. Semua proses pembelajaran ini dilakukan dengan cepat dan sangat mengandalkan media komunikasi online. Bisa dibilang belajar jurnalisme warga secara cepat namun bertanggung jawab.
Sesi terakhir bagian Mang Irfan. Dia banyak bercerita mengenai proses penulisan materi liputan hingga proses bagaimana buku ini sampai diterbitkan. Motivasi awalnya, sebagai warga dirasa perlu ikut meramaikan dan mengabadikan momen. Kalo kata Mang Irfan mah, ikut lebur dalam peristiwa besar Kota Bandung.
Tapi ada sedikit yang disesali kemudian. Karena saat itu kawan-kawan menulis setelah pulang ke rumah, jadi tulisannya lebih banyak bergaya menulis satu arah dan seperti prosa, padahal mungkin akan lebih baik bila waktu itu bikin laporan berita macam hardnews saja.
Hal yang menarik dari liputan lapangan, Mang Irfan bisa bertemu dan berbincang dengan Fadly Badjuri, anak dari pedangang sate Madrawi. Saat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika tahun 1955, Rumah makan Sate Madrawi dipercaya oleh Soekarno sebagai salah satu penyuplai makanan bagi para delegasi.
Untuk penerbitan buku “Pernik KAA 2015” yang dicetak oleh penerbit Ultimus ini, Mang Irfan bercerita bahwa pendanaannya berasal dari uang kas Komunitas Aleut yang tidak seberapa, ditambah udunan kawan-kawan Aleut, dan sumbangan dari Ultimus. Lewat kedekatan Bung Bilven dengan Bang Ridwan dan Komunitas Aleut sendiri, dan sebagai sikap loyalitas kawan, akhirnya buku ini bisa diterbitkan satu tahun kemudian.
Berbagai Gangguan Teknis
Kelas Literasi Buku “Pernik KAA 2015” ini selesai setelah 2×40 menit. Sebenarnya ada cukup banyak gangguan dan rintangan: keterbatasan waktu akun Zoom, gangguan sinyal yang tidak stabil dan komunikasi tersendat, hingga audio laptop saya yang mendadak mati, juga gemetaran karena di sini saya merasakan menjadi moderator untuk pertama kalinya.
Setelah beberapa kali mengadakan Kelas Literasi secara online, bahkan pernah juga dengan teks melalui media whatsapp, semoga kelas-kelas berikutnya dapat dilaksanakan dengan gangguan teknis yang minimal. Baru terasa, ternyata seru juga berkelas-literasi secara online begini.
Oh iya, terakhir, selain rilisan fisik berupa buku, tulisan-tulisan mengenai peringatan KAA 2015 masih tersedia juga via daring di website www.komunitasaleut.com. Mangga!
Baca artikel lainnya dari Ervan Masoem (@Ervan) atau mengenai Konferensi Asia Afrika