Denyut di jantungmu kota
Pusat gelisah dan tawa
Dalam selimut debu dan kabut
Yang hitam kelam warnanya
Sejuta janjimu kota
Menggoda wajah-wajah resah
Ada di sini dan ada di sana
Menunggu di dalam tanya

(Balada Sejuta Wajah-God Bless)

Saya masih mengingat dengan jelas, saat duduk di kelas dua SMP, pernah meminta kepada seorang kawan untuk dibuatkan gambar logo band God Bless. Kawan tersebut memang pandai menggambar, matanya awas dan mampu menangkap bentuk dengan baik, untuk kemudian digambarkan di atas kertas. Saya tak mampu membuat karya seperti itu. Setiap dia menggambar, saya selalu memperhatikan dengan takjub.

Dia sering menggambar segala hal tentang band rock Inggris, Queen. Mulai dari logo hingga gambar personilnya. Lewat dia, saya kemudian lebih mengenal Queen. Setiap bertandang ke tempat tinggalnya, saya mendengar lagu-lagu Queen dari tape-nya.

Kawan SMP saya itu tinggal di sebuah rumah di lingkungan kompleks Wyata Guna, sekitar satu kilometer jaraknya dari sekolah kami di Jl. Semar. Karena jarak itulah, saya beberapa kali singgah ke rumahnya. Ketika main ke rumahnya, saya jadi lebih mengenal mereka yang memiliki kekurangan dalam indera pengelihatan atau cacat netra. Lewat kawan SMP itu pula saya jadi lebih peduli pada mereka yang tak dianugerahi kelebihan seperti layaknya orang kebanyakan.

Melihat kawan saya membantu menyeberangkan, atau bertanya hendak ke mana kepada mereka yang tak mampu melihat, lalu memberhentikan angkutan kota yang sesuai dengan tempat yang mereka tuju. Hal-hal tadi begitu membekas dalam benak saya.

Mungkin saja kawan tadi memang terbiasa karena tinggal di lingkungan mereka yang tunanetra. Ayahnya pegawai di Dinas Sosial dan bertugas di Wyata Guna, itulah mengapa keluarganya memperoleh rumah dinas di dalam kompleks rumah buta, sebuah rumah tua yang terletak di deretan ujung dan di pinggir sebuah sungai. Menurut kawan saya, rumah tua tersebut berhantu, tapi bagian ini tak ingin saya ingat. Cukuplah ingatan akan Queen, God Bless dan uluran tangan kepada mereka yang membutuhkan yang akan tinggal dalam kenangan.

Rumah Buta Bandung

Semenjak saya tergabung di Komunitas Aleut beberapa tahun belakangan ini, saya lebih mengenal tentang sejarah Wyata Guna. Rumah dinas tua yang ditinggali oleh kawan SMP saya tadi setidaknya sudah berdiri bersamaan dengan dibangunnya kompleks “Blinden Instituut en de Werk Inrichting voor Blinden Indlanders te Bandeong” pada tahun 1901; Sebuah bengkel kerja didirikan dengan tujuan membekali para penghuni panti tuna netra dengan berbagai keterampilan sehingga kelak tak harus menggantungkan nasibnya pada bimbingan tangan orang lain.

Blinden Instituut,Bandoeng, 1910 (KITLV)
Continue reading