
Oleh: Audya Amalia
“….the glory of the past, had gone to underground and people just forgot
some people try hard, to wake up in this age to take back their life….”
Hari Minggu tanggal 24 Juni 2018, sepanjang Jalan Soekarno-Hatta Bandung menuju tujuan, earphones di telinga saya terus mengulang-ngulang lagu Unperfect Sky-nya Elemental Gaze. Sambil berdoa supaya hujan sore itu di-pending dulu dan membayangkan seperti apa tempat tujuan ngaleut episode kali ini.
Adalah Kampung Rancabayawak alias Kampung Blekok yang berada di daerah Cisaranten Kidul, Gedebage. Di kawasan ini banyak burung blekok (dan burung kuntul kerbau) hidup, nongkrong, belajar, bermain, bersarang, berkeluarga, berkembang biak.
Apakah Anda baru mendengarnya? Sama, saya juga L
Sesampainya di sana, kami disambut oleh aroma khas burung blekok dan sayup-sayup suaranya dari atas rumpun bambu —atau mari kita sebut saja basecamp-nya para burung blekok. Lalu kita juga disambut oleh Mang Ujang, ketua RW setempat alias kepala adat alias bapak dari semua burung blekok alias dosen pembibing luar heueheu. Menurutnya populasi burung blekok di sini mencapai 2700 ekor. Dan mulai bulan Juli-September biasanya kedatangan juga burung-burung yg bermigrasi dari Australia.
