Month: March 2018 (Page 2 of 2)

Dewata yang Membawa Luka, Tawa, dan Was-was

Imajinasi di Dewata
Petualangan Menuju Dewata | © Fan_fin

Oleh: Hendi “Akay” Abdurahman (@akayberkoar)

“Kay, ban tukang kempes,” sahut Ervan setengah berteriak. Saya memperlambat laju motor. Kania, partner saya dalam Perjalanan Ngaleut Dewata jilid 2 ini, mengingatkan saya agar menepi jika menemukan tukang tambal ban. Saya mengangguk pertanda mengiyakan.

Hujan yang turun dari pagi membuat jalanan basah dan licin. Tak berapa lama, Kania menepuk pundak dan menyuruh saya untuk berhenti karena dia melihat tukang tambal ban. Entah sedang melamun atau justru terlalu serius berkendara, saya kaget dan menarik handle rem secara mendadak. Motor tersungkur, saya dan Kania meluncur. (Wah, kalimat terakhir berima nih) Hahaha…

Beberapa kawan yang berada di belakang tentu saja berhenti untuk menolong kami. Saya sedikit meringis. Mengalkulasi antara rasa sakit, kaget, dan malu. Meski rasa malu ditulis terakhir, nyatanya, perasaan malu itu berada di urutan pertama. J

Continue reading

Catatan Perjalanan: Akhirnya sampai Dewata!

Akhirnya sampai Dewata

Kawasan perkebunan teh Dewata

Oleh: Amanda Nafisyah (@nafisyamanda)

Pagi itu tanggal 3 Maret 2018 Komunitas Aleut mengadakan kembali kegiatan momotoran ke Perkebunan Teh Dewata. Ini kali kedua, setelah kali pertama kami tak berhasil menginjakan kaki di tanah Dewata karena beberapa alasan. Untuk momotoran Dewata kali ini aku yang sudah mendaftarkan diri dua hari sebelum hari H. Tepat pukul 05.05 WIB dering telpon membangunkanku. Ternyata itu telpon dari Rizka.

“Halo Riz, maaf aku baru bangun hahahaha”

“Iya Man, Nisa juga udah aku bangunin. Haha”

Padahal malam sebelumnya aku yang menyanggupi untuk membangunkan mereka berdua pukul 04.30 WIB. Tapi aku gagal. Ini semua gara-gara selimut! Setelah shalat dan persiapan ok, aku langsung pergi menuju rumah Tintin. Rumah kami yang terletak di Kopo, berada dalam jalur perjalanan rombongan dari Kedai Preanger ke Dewata Continue reading

#InfoAleut: Tour “Ngabandros Jejak Soekarno di Bandung” dan Kelas Literasi “Musik Indonesia”

Selamat sore, Aleutian. Sehubungan hari Sabtu ini Komunitas Aleut akan mengadakan tur Ngabandros Jejak Sukarno di Bandung, maka Kelas Literasi pekan ke-133 ini akan di adakan di hari Minggu. Jadi ngaleutnya libur dulu
.
Kelas Literasi ini akan dimulai pukul 13.00 wib di Museum Gedung Sate. Bentuknya obrolan santai saja buat meramaikan Hari Musik Nasional yang jatuh pada hari ini sambil mendengarkan contoh² musik di Indonesia pada masa sebelum Kemerdekaan RI
.
Aleutian yang berminat ikut serta dalam kegiatan ini harap membawa sampel lagu dalam bentuk (file) audio
.
Selain itu jangan lupa konfirmasi kesertaan Aleutian dalam kegiatan Kelas Literasi ke nomor kontak atau Line Komunitasaleut
+6289680954394 (Upi)
.
#KomunitasAleut
#kelasliterasi

Dewata #2: Tentang Keindahan yang Tak Nampak

IMG-20180304-WA0164
Perjalanan Menuju Perkebunan Teh Dewata | © Komunitas Aleut

Oleh: Anisa Dwiyanti (@nisa.dy)

Jumat malam saya masih mikir-mikir untuk ikut ke Dewata. Sambil ngulet di kasur saya mempertimbangkan banyak hal sampai akhirnya memutuskan untuk pergi, itu pun (masih) sembari mengumbar alasan menyebalkan semacam: kalau nggak ikut berarti saya gagal bangun pagi. Ternyata keesokan harinya saya bisa bangun dengan mudah setelah dapat telepon dari Rizka. Tanpa ba bi bu saya mandi, packing, dan meluncur menuju Kedai Preanger. Saya sama sekali nggak menggerutu ketika dihadang hujan di Jalan Riau, entah bagaimana, saya hanya merasa jika perjalanan bakal berat dan nggak semestinya saya mengawali hari dengan perasaan kacau hanya karena hujan sudah turun sepagian.

Continue reading

Seperti Mata Dewa(Ta)

IMG-20180304-WA0179
Perkebunan Teh Dewata|© Komunitas Aleut

Oleh: Ariyono Wahyu Widjajadi (@A13xtriple)

Saya mungkin tak punya keberuntungan untuk memperoleh kemewahan berlibur ke tempat-tempat eksotis yang penuh sanjung dan publisitas, namun saya mendapat kehormatan untuk dapat ikut dalam perjalanan momotoran dengan Komunitas Aleut dan Djelajah Priangan.

Bagi saya perjalanan bersama mereka bagaikan berpergian ke Wakatobi atau Bali. “Semua rasa hanya ada dalam pikiranmu,” begitu ujar orang yang paling dituakan di Komunitas Aleut pernah berkata. Maksudnya mungkin kita sendiri yang dapat memberi arti bagi perjalanan dan pengalaman yang kita dapatkan.

Entah itu hanya berpergian menelusuri sudut-sudut Priangan atau pergi berpesiar ke Lombok sana. Ya, bagi saya semua perjalanan adalah kemewahan yang tak pernah putus saya syukuri. Bila harus menjalani kembali, semua sama istimewanya dengan pengalaman yang pertama.

Seperti perjalanan hari Sabtu yang baru saja berlalu. Ini adalah usaha kedua kami untuk dapat mencapai Perkebunan Teh Dewata. Usaha pertama hanya rampung setengahnya karena waktu yang berkehendak lain. Saya tau momotoran kali ini akan membutuhkan kesabaran dan kepasrahan yang berlipat-lipat. Saya sempat melihat kondisi jalan yang harus dilalui untuk dapat mencapai Dewata saat mengantar seorang kawan memompa ban motornya yang kempes di Kampung Mandala, peradaban terakhir menuju perkebunan teh yang akan kami tuju, pada perjalanan yang pertama. Setidaknya ada jarak kurang lebih 18 km jalanan berbatuan yang harus dilalui.

Memang ujian beratlah yang nyatanya kami harus hadapi dengan tabah tanpa kenal lelah. Medan berat jalanan makadam yang menguras tenaga serta berbagai masalah harus kami hadapi.

Continue reading

O, Dewata

Oleh : Arifin Surya Dwipa Irsyam (@suryadwipa)

Perhatian! Catatan ini ditulis dari sudut pandang Aleutian yang berhalangan ikut momotoran ke Perkebunan Teh Dewata. Sengaja ditulis agar penulis masih dapat tetap eksis walaupun tidak ikut serta. Selain itu, catatan singkat ini juga ditulis karena adanya dorongan hasrat yang tinggi untuk berbagi informasi mengenai Dewata dari aspek tertentu. Hatur nuhun.

Tak bisa kupungkiri bahwa dadaku dijejali rasa iri pagi itu. Saat teman-teman pergi bersama-sama menuju Perkebunan Teh Dewata yang terletak di Pasirjambu, Kabupaten Bandung. Aku hanya bisa membatin, “Groet Uit Bandoeng1i”. Salam hangat dari Bandung untuk kalian di sana. Sesak sekali rasanya. Segenggam tar pekat seperti mencengkeram trakeaku dengan erat, sehingga sulit untuk bernafas. Ya.., hal ini memang sudah menjadi konsekuensiku karena kali ini tidak dapat bergabung bersama mereka untuk menjamahi kecantikan kawasan pegunungan di Bandung Selatan. Continue reading

#InfoAleut: Turing Perkebunan Teh Dewata Part 2 dan Pelesiran Bandoeng Tempo Doeloe Bersama SMP Al-Falah

Sejak Jumat ini, rekan² Aleut bakal lebih sibuk oleh beberapa kegiatan. Program reguler Kelas Literasi akan digabung dengan Ngaleut pada hari Sabtu besok dan dilaksanakan di Perkebunan Teh Dewata sesuai poster ini. Seperti biasa, kegiatan turing selalu kerjasama dengan @djeladjahpriangan.

Nah untuk kegiatan rutin hari Minggu jadinya diisi oleh tour Bandung Baheula bareng SMP Al Falah selama tiga hari sampai Selasa. Tour akan dilaksanakan sekitaran Alun², MKAA, Braga, Balaikota, sampai ke Museum Gedung Sate, Saung Udjo, Observatorium Bosscha, Floating Market, sampai ke Garut.

Semangat yes..
Urang ramekeun Bandung!

***

Bulan Maret sudah terjadwalkan beberapa kegiatan nonreguler. Ada program bareng @mooibandoeng @indischemooi dan @museumgedungsate.

Salah satu yang akan segera dilaksanakan, “Pelesiran Bandoeng Baheula” selama 3 hari untuk SMP Al Falah dari Jakarta Timur.

Oya akan ada BioTour lagi, kali ini di Gedung Sate, Tour Kuliner, dan satu kejutan Urban Legend. Tunggu saja jadwalnya.

Mengenal Pans Schomper dalam Lembaran Kertas Cokelat

IMG_20180302_151006
Buku Selamat Tinggal Hindia: Janjinya pedagang telur | © Komunitas Aleut

Oleh : Arifin Surya Dwipa Irsyam (@poisionipin)

Namanya Frans Schomper, yang kemudian bermetamorfosis menjadi Pans melalui lidah pribumi. Pans adalah anak seorang pengelola hotel. Ayahnya bernama L.C. Schomper, sementara sang ibu bernama A.M. Bruyns. Ia lahir di Batavia pada tanggal 27 Oktober 1926. Pans digambarkan sebagai sosok bocah Eropa Totok yang bandel dan senang bermain-main. Bocah petualang ini sering berpindah-pindah tempat tinggal, karena pekerjaan ayahnya. Mulai dari Batavia, Lembang, hingga ke Bandoeng. Saya “mengenal” Pans sejak beberapa tahun lalu. Hanya saja, memang belum diberi kesempatan untuk mengenalnya lebih intim melalui lembaran buku Selamat Tinggal Hindia: Janjinya pedagang telur.

Minggu lalu, Abang menghadiahkan pada saya satu eksemplar buku best seller tersebut, sebagai “penghargaan” atas kesudian saya menjadi pemateri Kelas literasi bertema Indische Groenten di Museum Gedung Sate.

Continue reading
Newer posts »

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑