Month: December 2017

#InfoAleut : Kelas Literasi “Cagar Budaya” dan Ngaleut “Ngabaraga”

Selamat sore, Aleutian. Komunitas Aleut hadir kembali dengan kegiatan rutin setiap akhir pekan, Kelas Literasi. Pekan ke-123 ini akan mengangkat tema Cagar Budaya.
Tapi, mohon maaf. Untuk pekan ini Kelas Literasi bersifat internal, maka pesertanya dibatasi.

***

Aleutian, hayu NGABARAGA! .

NGABARAGA ini akan dilaksanakan pada hari Minggu, 31 Desember 2017 dan ini adalah tema Ngaleut untuk pekan ini

Mangga konfirmasi ke nara hubung yang tertera di poster. Atau bisa juga via Line Komunitas Aleut (pakai @) .

Aleutian yang sudah konfirmasi kesertaan Ngaleut bisa kumpul di Taman Dewi Sartika jam 07.30 wib.

Sepotong Cerita Ngaleut Rancabali

Rombongan Aleut ngaleut Rancabali

Rombongan Aleut ngaleut Rancabali. Photo Mariana Putri

Oleh: Mariana Putri (@marianaaputri)

Hari minggu kemaren aku mengisi waktu bareng Komunitas Aleut dalam kegiatan ngaleut.  Judul ngaleut  kali ini adalah ‘Ngaleut Rancabali”. Kami mengunjungi Kampung Rancabali dan kompleks perkebunan teh yang erat kaitan dengan Max I. Salhuteru, salah satu tokoh yang berjasa dalam nasionalisasi perkebunan teh Sperata dan Sinumbra di Ciwidey, tahun 1957. Di Rancabali pula, Max I. Salhuteru dimakamkan.

Selain mengunjungi makam Max I. Salhuteru, kami pun mengunjungi sebuah patung dada Max I. Salhuteru yang berada di Ciwidey. Kondisi patung sudah tak terlalu terawat. Continue reading

Sejarah Singkat Pabrik Kina

Pabrik Kina

Bandoengsche Kinine Fabriek N.V. Foto Tropen Museum

Oleh: Vecco Suryahadi (@Veccosuryahadi)

Pada pertengahan abad ke-19, tersebar sebuah penyakit yang memakan banyak orang Eropa di Batavia. Saking banyaknya, Batavia sempat dijuluki Het Graf van Het Oosten atau kuburan di negeri timur. Penyakit yang memakan banyak korban itu bernama malaria.

Saat itu, obat malaria yang ampuh berasal dari pohon Kina. Bagian yang diambil yaitu kulit pohonnya.

Melihat hal itu, pada tahun 1851, Ch. F. Pahud yang menjabat sebagai Menteri Jajahan Seberang Lautan Belanda mengusulkan Junghuhn untuk membudidayakan kina di Jawa. Di tahun yang sama, Prof. de Vriese mendapatkan biji Kina paling baik dari Perancis dan mulai menanam di Kebun Raya Bogor. Continue reading

Pendirian Lembaga PSBN Wyata Guna

Oleh: Vecco Suryahadi (@Veccosuryahadi)

Pada tahun 1902, K.A.R. Bosscha mendonasikan lahan seluas tiga bahu yang terletak di Burgemeester Coopsweg (kini Jl. Pajajaran) kepada yayasan untuk tuna netra bernama Blinden Instituut en de Werk Inrichting voor Blinde Inlanders te Bandoeng. Kemudian dibangunlah sebuah komplek rumah buta di lahan tersebut.

Baru pada tahun 1903, komplek rumah buta ini selesai. Peresmian komplek ini dilakukan oleh Ketua Kehormatan Perkumpulan Residen bernama G. J. A. F. Oosthout yang kemudian diserahkan kepada Dr. Westhof yang saat itu menjadi ketua perkumpulan.

Selanjutnya, banyak aktivitas-aktivitas terkait kaum tuna netra di Hindia Belanda. Salah satunya ialah pengajaran cara meraba, mencium, dan mencicipi yang memungkinkan para murid dapat mengetahui ilmu tumbuh-tumbuhan dan tanah.

Lambat laun, terjadi peningkatan sistem pengajaran di Lembaga Rumah Buta. Salah satunya dilaksanakan workshop tentang cara mengolah bahan baku yang murah dan biasa. Dampaknya ialah sebanyak 49 orang tunanetra dapat bekerja sebagai pengrajin di desanya masing-masing.

Selain itu, terdapat aktivitas mengasuh dan membimbing anak asuh tuna netra yang diawas penuh oleh lembaga. Hasilnya cukup memuas, yakni dengan adanya anak asuh yang dapat menyelesaikan pendidikan Lyceum (setingkat SMA) dengan baik.

Continue reading

Melihat Langsung Proses Pembuatan Teh di Pabrik Teh Malabar

Oleh: Erna Sunariyah (@ernasunariyah)

Masih tentang tour Mengenang K.A.R Bosscha bersama Mooi Bandoeng beberapa waktu lalu. Kali ini, saya ingin berbagi tentang satu tempat yang bisa dibilang jantungnya perkebunan teh di Malabar. Yaitu pabrik teh Malabar atau dulu dikenal dengan nama Pabrik teh Tanara.

Di tempat inilah, daun teh dari seantero perkebunan di wilayah Malabar dan Tanara di produksi hingga menjadi bubuk teh dan bisa kita seduh seperti sekarang.

Pabrik Teh Malabar yang dulunya bernama Pabrik Teh Tanara

SEJARAH PABRIK TEH MALABAR

Pada tahun 1896 K.A.R Bosscha mengelola pabrik pengolahan teh. Yaitu pabrik teh Malabar yang kini menjadi Gedung Olahraga Gelora Dinamika dan Pabrik teh Tanara yang dibangun pada tahun 1905 yang sekarang menjadi pabrik teh Malabar.  Gedung olahraga Gelora Dinamika sendiri lokasinya tidak jauh dari perkebunan pabrik teh Malabar.   Continue reading

#Info Aleut: Kelas Literasi “Bandung Folk” dan Ngaleut “Kelahiran Kota Bandung”

Selamat malam, Aleutian.

Jangan lupa besok ada Kelas Literasi pekan ke 121. Bertempat di 372 Kopi Dago Pakar Jl. Pasar Kulon No. 112. Kelas Literasi akan dimulai pukul 13.45 wib

Aleutian yang tertarik bisa langsung mendaftarkan kesertaan di nara hubung berikut:
+6289680954394 (Irfan)
Line @Komunitaasaleut

Cek terus postingan kegiatan kami melalui media sosial kami di:
Twitter: @komunitasaleut
Instagram: @komunitasaleut

***

Setelah hari Minggu kemarin menjelajahi Wyata Guna dengan sejarah yang berhubungannya dengannya. Hari Minggu ini Komunitas Aleut bersama @urbansocialforum akan mengadakan ngaleut bersama dengan tema Kelahiran Kota Bandung.
Kumpul di Alun-alun (dekat bakal perpustakaan) pukul 07.30 wib

Konfirmasi kesertaan Aleutian di nara hubung berikut: +6289680954394 (Irfan)
Line: @komunitasaleut

Hayu ngaleut. Kita kenali Bandung melalui sejarahnya. Siap-siap jalan kaki ya.

#komunitasaleut
#ngaleut

Sampai jumpa besok.

Map My Day Bandung

Oleh : Hilmi harosilia (@harosilia)

I remember tiptoed a long yellow track on city pavements couples of weeks ago. Unaware that those yellow lined, some with straight embossed pattern and dots on others, are there as an aid. I guess most of you might already knew, but for some who don’t yet, those are guiding line provided for blind and visually impaired pedestrian.

In Indonesia there are around 3.7 million people with disability to see, and the yellow paving is still such a fancy to find at most sidewalks in our city, left alone throughout our country. As for you who often hangout around downtown Bandung, we see that some sidewalk has been installed with guidelines, yet it is discovered as some paths are not really walked-through friendly. Continue reading

Kamu dan Biotour Volume #2

Biotour volume 2

Peserta sedang memperhatikan penjelasan ipin – Komunitas Aleut

Oleh : Rulfhi Pratama (@rulfhi_rama)

Pagi itu kamu dan beberapa manusia lainnya sedang menunggu di Taman Lansia. Sebuah taman yang berada di Jalan Diponegoro dekat dengan Museum Pos dan tak terlalu jauh dari Museum Geologi. Taman ini kini kian populer setelah seekor T-Rex sengaja di daratkan untuk bertempat tinggal disini.

Tentu yang kamu maksud bukan seekor T-Rex sungguhan tetapi hanya replika dari binatang  pra sejarah ini. Replika T-Rex ini menjadi spot instagrameble yang berada di Taman ini. Tentu kamu kesini bukan hanya untuk melihat dan berfoto dengan replika T-Rex. Kamu akan mengikuti biotour volume #2 yang bertajuk “Poisonous December: Tumbuhan Berbahaya di Sekitar Kita” yang diselenggarakan oleh Indischemooi dan Mooi Bandoeng. Continue reading

Bukan Hanya Hitam dan Putih di Kampung Warna Cibunut

Kampung Warna Cibunut

Ngaleut Kampung Warna Cibunut – Komunitas Aleut

Oleh : Rulfhi Pratama (@rulfhi_rama)

Kampung Warna Cibunut mungkin bukan yang pertama kalinya menjadi kampung warna di Indonesia. Sebelumnya sudah ada Jodipan di Malang dan Kampung Pelangi di Semarang. Tapi di Kota Bandung rasanya menjadi kampung warna pertama.

Kampung Warna Cibunut berada di Jalan Sunda yang terhimpit oleh tembok-tembok bangunan niaga. Mungkin kawan-kawan sudah sering melewati Jalan Sunda tetapi belum ngeh dengan keberadaan kampung ini, itu juga yang saya rasakan. Saya baru tahu Kampung Warna Cibunut setelah melihat unggahan instagram pak Ridwan Kamil yang meresmikan kampung warna ini. Continue reading

#Info Aleut: Kelas Literasi “Museum Gedung Sate” dan Ngaleut bersama TuneMap “Map My Day”

Sore ini Museum Gedung Sate akan diresmikan. Mumpung masih hangat, Kelas Literasi Pekan ke-120 kita adakan di sana aja. Kita ngobrol-ngobrol santai, diskusi ringan seputar Museum Gedung Sate.

Yuk, Aleutians, jangan ketinggalan lagi. Segera daftrakna kehadiran kalian melalui CP yang tertera di poster atau add line official kami di @komunitasaleut

***

Hari minggu paginya kita isi dengan Ngaleut. Namun, ngaleut kali ini sedikit berbeda. Kita akan ngaleut bersama @tunemap.id dalam rangka kampanye #MapMyDay #Bdg, sebuah kampanye untuk mewujudkan kota Bandung menjadi lebih dapat diakses oleh tuna netra dengan cara memberikan informasi kondisi trotoar di kota Bandung.

Sok atuh geura konfirmasi kehadiran. Jangan ditunda-tunda lagi. Kuuuy!!
Whatsapp: 089680954394
Line: @komunitasaleut

Ngaleut Kampung Warna Cibunut

IMG-20171203-WA0050

Ngaleut Kampung Warna Cibunut – Komunitas Aleut

Oleh: Hendi “Akay” Abdurahman (@akayberkoar)

Beberapa orang meyakini, pertemuan dan ide-ide cemerlang kerap hadir di cafe-cafe di tengah kota. Obrolan ngalor-ngidul untuk menghasilkan sesuatu yang berujung pada satu tujuan yang sama diharapkan akan membuat satu perubahan besar. Lalu, bisakah pertemuan dan ide-ide itu lahir dari obrolan di gang-gang kecil?

Saya melihat sekumpulan orang di depan toko Istana Boneka setelah melewati perempatan Jalan Sunda-Jalan Veteran. Seorang perempuan yang saya kenali melirik, untuk kemudian beradu pandang. Saya tak berhenti karena tanggung dengan kendaraan lain yang sedang melaju cepat. Alasan lainnya, saya mencoba mencari tempat parkir yang bisa ditinggali sampai siang.

Tempat parkir tak didapat, meski hari Minggu, halaman parkir di Jalan Sunda cukup padat. Mau tak mau akhirnya saya memutar kembali ke titik kumpul di depan toko Istana Boneka. Turun dari motor, saya melihat toko Istana Boneka dalam keadaan tutup. Saya tidak tau jam operasioanal toko ini, tapi entah mengapa, saya yakin jika toko ini bakalan buka siang nanti. Artinya saya harus pindah parkir dari sini. Continue reading

Perjalanan Mengenal Sosok Bosscha dan Jejaknya di Pangalengan

Pabrik Teh Malabar.jpg

Pabrik Teh Orthodoks PTPN VIII – Komunitas Aleut

Oleh : Irfan Noormansyah (@fan_fin)

Sebuah plang bertuliskan “selamat datang di kawasan Pabrik Teh Orthodoks PTPN VIII” berhasil melempar ingatan saya ke masa empat tahun yang lalu. Saat itu saya sedang berjuang melalui satu per satu tes dari perusahaan berlabel BUMN tersebut. Siapa sih fresh graduate yang nggak kesengsem menjadi karyawan BUMN? Setidaknya itu pikiran saya dulu. Gaji besar dan raut bahagia orang tua jadi impian. Tak berapa lama keluar seorang lelaki dari sebuah ruangan, yang mungkin umurnya sama ataupun tidak lebih tua dari saya dengan menggunakan jaket agak tebal. Wajar saja, suhu Pangalengan hari itu cukup membuat pundak dan leher bergidik. Hari yang diwarnai hujan hampir sepanjang hari tersebut saya habiskan untuk menyusuri jejak seorang Belanda yang lama tinggal di area perkebunan teh Malabar bernama Karel Albert Rudolf Bosscha. Di Pabrik Orthodoks inilah salah satu tempat di mana ia pernah meninggalkan jejak sebagai administratur perkebunan selama 32 tahun. Namanya bertengger di urutan pertama pada sebuah papan daftar administratur yang pernah menjabat di Perkebunan Malabar. Continue reading

#InfoAleut: Kelas Literasi “Konsumerisme Visual” dan Ngaleut “Kampung Warna”

Halo, Aleutian.

Kelas Literasi sudah memasuki pekan ke- 119 kali ini Kelas Literasi akan mengambil tema Konsumerisme Visual.
Sabtu, tanggal 2 December 2017 di @kedaipreanger mulai jam 13.45 wib
Mangga hadir dan kita diskusi mengenai tema yang kini sudah erat melekat dengan keseharian kita. . .
Untuk info lebih lanjut, narahubung berikut siap menjawab berbagai pertanyaan mengenai kegiatan Komunitas Aleut. Langsung saja hubungi
Whatsapp: +6289680954394 (Irfan) .

Jangan lupa juga untuk terus cek kegiatan Aleut lainnya di media sosial Aleut;

Twitter: @ Komunitasaleut
Line: @ Komunitasaleut
Instagram: @ Komunitasaleut

***

Kampung warna-warni berhias mural belakangan sedang marak. Hampir setiap kota di Indonesia punya kampung yang memiliki konsep yang sama. Termasuk Bandung. Yang terbaru dan sedang hangat dibicarakan adalah Kampung Warna Cibunut yang baru saja diresmikan oleh Walikota Bapak Ridwan Kamil pada tanggal 27November 2017.

Minggu ini kita ngaleut Kampung Cibunut Berwarna @cibunutfinest . Kita telusuri suasana kampung terbaru dan hal apa yang menarik untuk dipelajari. Aleutian nanti bebas berbaur dengan warga kampung sekitar.

OMAT! jangan cuma sibuk hunting foto untuk memuaskan hasrat menuhin feed Instagram dengan foto minimalis, ya. Hehehe kalau udah masuk kampungnya mah biasanya suka nemu hal menarik sampe lupa foto-foto. .

Hayu geura ikutan ngaleut Minggu ini, tanggal 3 Desember 2017 titik kumpulnya di depan Istana Boneka Jl. Sunda.
Konfirmasi kesertaan di narahubung
Whatsapp: +6289680954394 (Irfan)
Line: @ Komunitasaleut

Jangan lupa juga cek postingan kegiatan Aleut lainnya di media sosial Aleut:
Twitter: @ Komunitasaleut
Line: @ Komunitasaleut
Instagram: @ Komunitasaleut

Yuk ah, ngaleut!

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑