Month: April 2017

Catatan Perjalanan: Ngaleut Palintang

Oleh: Irfan Teguh Pribadi (@irfanteguh)

Minggu datang lagi. Motor siap dihangatkan. Kali ini ngaleut Palintang: 2 April 2017. Seperti biasa titik berangkat dari Kedai Prenger, Buahbatu. Baru sampai Jalan Laswi, motor seorang kawan sudah dihunjam paku. Rombongan menunggu sebelum pintu perlintasan kereta api, di kejauhan nampak gedung baru warna-warni. Sebagian rombongan menunggu di Simpang Dago.

Cuaca cerah, perjalanan dilanjutkan via Buniwangi. Di sebuah tanjakan yang curam, seorang kawan menyerah, motornya tak mau naik. Pasangan dipecah, disesuaikan dengan medan turun-naik yang menghadang. Selepas Buniwangi, ada lagi yang dihunjam paku, terpaksa mencari tambal ban ke arah sebelumnya. Rombongan lagi-lagi menunggu, cukup lama. Kopi, minuman dalam gelas, dan rokok bersahut-sahutan. Yang mulai ngantuk tiduran di pinggir jalan. Obrolan santai mengalir dari tema ke tema, diselingi tawa berjamaah.

Seorang tua pedagang gula lewat. Kami menyapanya, melempar beberapa pertanyaan, dan membeli barang dagangannya. Gula kelapa manis aduhai. Pak tua berjalan kaki berkilo-kilo meter menjajakan barang manis itu. Setelah yang menambal selesai, perjalanan dilanjutkan melewati Maribaya dan sebuah ruas jalan yang macet parah di sekitar The Lodge.

Jalan yang semula sepi, kini kerap dipenuhi kendaraan yang hendak menuju tempat wisata yang menawarkan wahana ayunan dan naik sepeda di tali. Pemandangan di belakang wahana itu adalah penghuni Instagram yang populer. Volume kendaraan yang tinggi perlahan menghancurkan jalan. Macet bertubi-tubi, melongsorkan kesabaran sedikit demi sedikit. Continue reading

#InfoAleut: Kelas Literasi “Musik” dan Ngaleut Dewata

Selamat malam! Belum punya acara akhir pekan panjang ini?

Mari gabung di Kelas Literasi Pekan Ke-91 dengan tema “Musik”. Ini kelas santai aja, boleh pake alat musik, boleh pake laptop atau smartphone, dan boleh banget pake buku.

Hari Minggunya kita bakal Ngaleut lagi bareng tim @djeladjahpriangan, kali ini ke satu kawasan yang belum terlalu banyak diketahui orang banyak, perkebunan dan pergunungan selatan yang membelah wilayah Ciwidey dengan Pangalengan.

Siapkan jaket hujan, alas kaki yang nyaman, helm kalo ada, bekal dan obat²an pribadi pakaian ganti siapa tau diperlukan.

Yuk gabung. Ditunggu kehadirannya 😀

Bayah dan Perjalanan Seru Lainnya

Oleh: Mey Saprida Yanti (@meysaprida)

Aku ikut Susur Pantai Selatan Jilid II bersama Komunitas Aleut dan Tim Djeladjah Priangan. Susur pantai pertama sangat menyenangkan, total perjalanannya sekitar 400 km dengan rute Bandung – Pangalengan – Cisewu – Rancabuaya – Pameungpeuk – Karang Tawulan – Cikatomas – Singaparna – Garut – Bandung.

Sementara kali ini kami menyusuri Pantai Selatan Jawa Barat ke arah Barat: dari Cianjur, Sukabumi sampai Bayah di Banten Selatan. Meskipun aku pernah ke Bayah, tepatnya ke Pantai Sawarna, tapi aku ingin merasakan kebersamaan bersama teman-teman Aleut lagi. Seperti mimpi, perjalanan ini tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Awalnya tidak terlalu berniat, hanya ingin melakukan perjalanan saja.

Jum’at malam (24 Maret 2017), kami berkumpul di Kedai Preanger, Jalan Solontongan No. 20-D, Buahbatu. Sekitar pukul 20.00 WIB kami makan malam terlebih dahulu untuk mengisi tenaga. Setelah makan dan semua teman telah berkumpul, kamipun briefing. Tujuan pertama adalah Ciwidey via Bojongsoang. Ya, kami akan mencari penginapan di dataran tinggi Bandung Selatan.

Agar keuangan perjalanan terjamin, kami patungan 100 ribu per orang sebagai kas perjalanan. Dana terkumpul 1,7 juta dengan total yang melakukan perjalanan 18 orang dan 10 motor. Dua orang teman tidak punya pasangan dalam perjalanannya, yang satu tidak ikut rombongan dari awal, kami akan bertemu di Cidaun.

Ciwidey

Ciwidey Valley, kami tiba di sana sekitar pukul 22.00. Tapi kami tidak menginap di Ciwidey Valley melainkan penginapan yang ada di depannya. Kami menyewa satu kamar dengan empat tempat tidur, satu tempat tidur bisa cukup 4 sampai 5 orang. Sebagian teman tidak bisa tidur karena suhu udara yang cukup dingin, ada yang lebih memilih berbincang sehingga mengundang teman lain yang juga susah tidur untuk bergabung.

Sebelumnya telah diperingatkan kepada teman-teman semua agar istirahat yang cukup, karena esok harinya akan melanjutkan perjalanan panjang. Di luar rencana awal, esoknya kami tidak akan berhenti di Sukabumi, melainkan langsung ke Bayah. Keputusan ini diambil karena ada sebagian teman yang akan pulang duluan di hari Minggu: pekerjaannya sudah menanti, maka diupayakan agar semua bisa sampai di Bayah.

Sabtu pagi, perjalanan yang sesungguhnya baru dimulai. Karena cuaca dingin, sebagian teman memilih untuk tidak mandi, walaupun begitu tapi tetap semangat untuk melakukan perjalanan. Continue reading

Catatan Perjalanan: 4 Hari Untuk Selamanya

Oleh: Hendi “Akay” Abdurahman (@akayberkoar)

Dalam nirsinar saya celangak-celinguk sedangkan film telah usai beberapa menit yang lalu. Film tersebut memberikan efek agar segera menyulut rokok untuk kemudian bergaya seperti Yusuf, tokoh dalam film itu. Saya tak kuasa untuk menghisap dalam-dalam lalu menyemburkan asapnya hingga berlarian. Tapi apa daya, tak sebatang rokok pun saya miliki. Namun manusia memang memiliki akal. Saya mencarinya ke lantai bawah, dan tak menemukannya. Saya kembali naik ke lantai atas, mencari di sekitar, dan akhirnya menemui bungkus rokok berwarna hitam berisi 4 batang rokok milik seorang kawan. Saya mengambilnya, lebih tepatnya, saya mencurinya. Bermodal korek, saya nyalakan rokok lalu menikmati setiap hisapan. Dan setelah hisapan pertama itu saya mulai menulis catatan perjalanan ini.

***

Perjalanan saya bersama Komunitas Aleut dan Tim Djeladjah Priangan untuk menyusuri Pantai Selatan dengan rute Bandung – Cidaun (Cianjur Selatan ) – Pelabuhan Ratu (Sukabumi) – Bayah pada Jumat, 24 Maret 2017 sangat memorable. Ini adalah perjalanan kami yang kedua setelah sebelumnya kami menyusuri Pantai Selatan dengan rute Bandung – Rancabuaya – Cikalong – Tasikmalaya.

Dari segi perjalanan, susur Pantai Selatan kali ini hampir sama dengan susur Pantai sebelumnya. Hanya berbeda sedikit bumbu, namun dengan rasa yang tak kalah sedap. Bagi saya, jalur yang kami lewati merupakan jalur baru. Biasanya, jika akan menuju Sukabumi, saya kerap melalui jalur perkotaan. Tapi kali ini saya melewati jalur perdesaan, berteman dengan pantai dan perbukitan.

Karena si Kuya (nama motor kesayangan saya) tidak memungkinkan untuk ikut, saya menunggangi motor seorang kawan bernama Angie. Namun sayang, bukan dia yang saya bonceng melainkan seorang fans garis keras JKT 48 bernama Ajay. Ada yang saya sesali saat saya membonceng Ajay. Apalagi kalau bukan penyesalan karena tak mengorek jauh seluk beluk tentang Kinal dkk. Padahal perjalanan kami cukup panjang, seharusnya saya dapat oleh-oleh lain dari perjalanan ini dengan mengetahui sejarah JKT48 dan perkembangannya sampai saat ini. Hahaha…

Berangkat dari markas yang berada di Jalan Solontongan 20-D sekitar pukul 21.00 WIB, kami merangsek menembus gerimis menuju jalur Ciwidey. Sesampainya di daerah Ciwidey, kami berniat menginap untuk melanjutkan perjalanan pada esok pagi. Gelapnya jalanan dan dinginnya udara malam itu membuat kami menginap di Pondok Gembyang. Penginapan yang cukup luas dengan tarif yang relatif murah. Bayangkan saja, belasan orang bisa masuk dan dapat tidur nyenyak di ruangan yang cukup luas dengan jumlah kasur yang juga cukup banyak. Bahkan, saya bisa lari-lari di atas kasur saking empuknya dan ber-smack down bersama Arif, salah seorang kawan saya. Penginapan yang recommended untuk kamu yang akan menginap dengan jumlah orang yang banyak. Continue reading

#InfoAleut: Kelas Literasi “Perpustakaan Bagian 2” dan Ngaleut Gunung Hejo

Malam, Aleutians! Mati gaya karena “jaga kandang” di Bandung long weekend ini? Ayo mending gabung di dua acara seru dari kami, karena dijamin ga akan bikin mati gaya 😀

Besok di Kelas Literasi pekan ke-90 kita akan membahas Perpustakaan Bagian 2. Setelah dua minggu sebelumnya adalah bagian mukadimah soal perpustakaan, nah di pekan ini kita bakal juga belajar bareng dan praktek pengelolaan perpustakaan Dijamin seru deh, makanya langsung aja merapat ke Kedai Preanger pukul 13.45 WIB.

Di hari Minggu-nya kita bakal momotoran ke arah barat di Ngaleut Gunung Hejo. Ya seperti biasa, kita ga akan hanya ke satu lokasi saja. Ga jauh dari rest area KM-97 ada bukit yang pohonannya masih terlihat lebat. Bukit ini legendaris karena banyak mitos di baliknya. Nah nanti kita akan lihat juga ada apa sih di balik bukit itu.
Ayo ramaikan, kalau tertarik ikut langsung kontak via teks ke nomor 0896-8095-4394 atau LINE @FLF1345R dan kumpul di KedaiPreanger pukul 07.26 WIB.
Saat konfirmasi cantumkan juga keterangan bermotor atau tidak, dan bagi yang bermotor jangan lupa bawa dua helm ya.
Ayo gabung untuk menghindarkan diri dari mati gaya di long weekend ini. Sampai jumpa 😀

Jarambah ka Bayah

Oleh: Hevi Fauzan (@pahepipa)

Bayah adalah kota kecil di selatan Provinsi Banten. Walaupun kecil, Bayah pernah menjadi kawasan yang penting, terutama saat pendudukan Jepang.

Komunitas Aleut bersama Tim Djeladjah Priangan kembali menyelenggarakan perjalanan susur Pantai Selatan. Pantai yang kata almarhum sejarawan Prof. Leirissa merupakan halaman belakang pulau Jawa ini, disusuri untuk kedua kalinya. Program susur Pantai Selatan pertama adalah menyusuri pantai selatan dari Bandung-Ranca Buaya ke arah timur menuju Cikalong Tasikmalaya. Susur pantai kali kedua menyusuri Pantai Selatan dari Bandung-Cidaun-Pelabuhan Ratu, sampai Bayah di provinsi yang berpisah dengan Jawa Barat tersebut di tahun 2000.

Bayah adalah kawasan yang terkenal dengan kandungan batu bara. Di awal abad 20, para peneliti Belanda menemukan kandungan batu bara yang sangat banyak di sana. Karena keadaan alam Banten Selatan yang bergunung, perusahaan Belanda gagal mengeksplotasi batu bara. Salah satu sebabnya adalah karena mahalnya ongkos pembangunan infrastruktur transportasi.

Eksploitasi batu bara baru terjadi di masa pendudukan Jepang. Mereka yang telah mengetahui laopran-laporan kandungan alam Bayah, memutuskan untuk mengeksploitasi batu bara sebagai bahan bakar perang di tahun 1943.

Rombongan Aleut berangkat dari Bandung pada hari Jumat (24/3) malam. Mereka kemudian memutuskan untuk menginap di Ciwidey, sebelum melanjutkan perjalanan keesokan harinya menuju Cidaun. Saya sendiri, berangkat dari Pangandaran Sabtu (25/3) pagi, menyusuri sepanjang pantai melewati Cikalong, Cipatujah, Pameungpeuk, Ranca Buaya, sepanjang 150 km sebelum akhirnya sampai di Cidaun, tempat kami janjian untuk bertemu. Continue reading

#InfoAleut: Kelas Literasi Pekan Ke-89 dan Ngaleut Merak Dampit

Selamat malam! Belum punya kegiatan di weekend ini? Ayo mending gabung di dua acara seru dari kami, karena anak muda harus tetap sibuk 😀
 
Besok di Kelas Literasi pekan ke-89 bakal berlangsung Bincang Buku “Oto Iskandar Di Nata: The Untold Stories” bareng penulisnya, Kang Iip D. Yahya. Dijamin seru deh, makanya langsung aja merapat ke KedaiPreanger pukul 14.00 WIB.
 
Di hari Minggu-nya kita bakal momotoran ke arah Bandung Utara lagi di Ngaleut Merak Dampit. Untuk kali ini, rutenya bakal ke utara-agak-ke-timur gitu. Ayo ramaikan, kalau tertarik ikut langsung kontak via teks ke nomor 0896-8095-4394 atau LINE @FLF1345R dan kumpul di KedaiPreanger pukul 07.00 WIB.
 
Saat konfirmasi cantumkan juga keterangan bermotor atau tidak, dan bagi yang bermotor jangan lupa bawa dua helm ya.
 
Mari menyibukan diri di akhir pekan ini. Sampai jumpa 😀

Ida Jacoba Andina Douwes Dekker

Oleh: Vecco Suryahadi Saputro (@veccosuryahadi)

Makam Ida Jacoba Andina Douwes Dekker di Pandu (Foto: Media-KITLV)

Jika kita mencari foto Permakaman Pandu di KITLV dengan kata kunci “Pandu”, niscaya kita akan menemukan belasan foto. Di antara belasan foto itu, ada satu foto nisan yang menarik perhatian lantaran tahun kematiannya yakni 1944 yang berarti si pemilik nisan meninggal di era pendudukan Jepang. Pemilik nisan yang itu adalah istri G.M.G Douwes Dekker, adik E.F.E Douwes Dekker atau yang kita kenal dengan nama Setiabudhi.

Siapakah dia? Continue reading

#InfoAleut: Kelas Literasi “Perpustakaan” dan Ngaleut Palintang

KL PerpustakaanSelamat siang! Hari ini di Kedai Preanger akan berlangsung Kelas Literasi “Perpustakaan”. Sesuai judulnya, kita akan sedikit ngobrol dan praktek langsung soal perpustakaan. Langsung aja gabung mulai pukul 13.45 WIB

Ngaleut PalintangNah, di hari Minggu-nya kita bakal Ngaleut Palintang. Minggu ini kita bakal touring pendek ke daerah Bandung Utara. Kalau kawan-kawan tertarik gabung, langsung aja konfirmasi kehadiran via teks ke nomor 0896-8095-4394 atau LINE @FLF1345R (cantumkan keterangan bermotor/tidak) dan kumpul di Kedai Preanger (Jl. Solontongan No. 20-D) pukul 07.13 WIB. Siapkan jas hujanmu, dan bagi yang bawa motor dimohon bawa helm dua yes.

Mari ramaikan. Tabik!

Tak Butuh Tanda Jasa

Oleh: Indra Pratama (@omindrapratama)

Alexander Jacob Patty. Jurnalis pendiri Sarekat Ambon (1909). Salah satu tokoh nasionalis Indonesia pertama dari Maluku, saat Mollucans saat itu sangat identik dengan sikap pro-Belanda. Dibuang ke Boven Digoel, menyeberang ke Australia, menjaga kemerdekaan saat Masa Revolusi di Medan, dan kemudian menutup usia di Bandung.

Nama dan kisah ini kembali berkelindan di kepala saat saya membaca artikel berita (di kanal berita online tentunya), bahwa makam Patty akan dipindahkan dari Permakaman Pandu di Bandung, ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Kapahaha Kecamatan Sirimau Kota Ambon, Maluku, pada tanggal 22 Maret 2017. Patty nantinya akan diusulkan menjadi pahlawan nasional oleh Pemerintah Provinsi Maluku. Kini Patty akan menghuni taman makam pahlawan, dengan nisan yang akan lebih bagus, pemeliharaan yang rutin, dan lagi, Patty akan diusulkan menjadi pahlawan nasional. Hal yang sama mungkin juga akan segera terjadi kepada Bapak Bangsa Indonesia, Tan Malaka, yang “makamnya” akan segera dipindah dari pedalaman Selopanggung ke Lima Puluh Kota.

64 tahun sudah Patty menghuni Pandu. Makamnya di Pandu sangat sulit diidentifikasi karena tidak diberi nama. Continue reading

© 2025 Dunia Aleut

Theme by Anders NorenUp ↑